welcome to love

2.7K 34 11
                                    

"Saya terima nikah dan kawinnya DINDA HANITA PRAJA dengan mas kawin tersebut di bayar tunai"

"sah...sah,?

"SAAAHHH....!"

Terucap sudah dengan lantang, kalimat yang paling di impikan semua wanita, di pinang oleh seorang pria, menjalani status sebagai seorang 'ISTRI'. Pernikahan sepasang dua manusia yang terjadi di pagi itu, tepatnya dikediaman sang mempelai wanita. Suasana begitu ramai, seakan berlomba memperlihatkan senyum bahkan tawa paling bahagia. Ternyata ada satu topeng cantik dengan senyum manis, namun jika kita buka topeng itu, air mata lah yang kan pertama kita temukan. Mata merah pancarkan kesedihan, bibir seakan berat hanya untuk sekedar senyum. Namun ia tak sendiri, di sudut ruang luas tempat acara berlangsung, dapat kita temukan satu lagi wajah menyedihkan. Sekiranya ia tak memerlukan topeng, karena hampir seisi ruang itu tak menyapanya. Ya... karena hanya sang wajah bertopenglah yang tau, hanya mempelai wanita dengan senyum palsu dan tangisan di balik topengnya lah satu-satunya orang yang mengenalnya, amat sangat mengenal.

%%%%********%%%%

"mbok, liat istri saya?"

"enggak den arfa, mungkin non hani sudah pergi ke butik, seperti biasa, den"

"um,,, ya sudah, trimakasih ya mbok"

"sama-sama den"

Mbok dar, pun berlalu untuk kembali ke dapur, sedang arfa tengah menyesap kopi paginya di meja makan. Sendiri. Ya, rutinitas yang selalu ia jalani, sarapan sendiri tanpa istri menemani. Sebulan sudah pernikahan mereka, namun tetap tak berubah, ia berpikir, apakah langkahnya untuk menerima perjodohan itu adalah hal yang amat fatal untuk dirinya juga istrinya. Memang ia akui, arfa sudah jatuh pada pesona istrinya saat pertama ia jumpa di acara makan malam di kediaman sang istri. Di mana saat itu memang tak ada niat untuk perjodohan, sampai akhirnya orang tua hani, mengusulkan rencana itu, apalagi mereka melihat arfa sebagai seorang pria matang yang dewasa juga mapan, beranggapan mampu menjaga serta bersanding dengan anak bungsu mereka yang terbilang tak bisa di atur, DINDA. Ya, hanya arfa yang memanggilnya dengan sebutan HANI, panggilan saayang. Hani memang gadis yang periang dan hiperkatif, bukan tipe wanita yang keibuan, namun lebih pada sifat manja dan semaunya. Terkadang ia memperlihatkan sifat arogannya pada orang yang tak ia suka. Termasuk sang suami. Mulanya mungkin tidak, tapi setelah adanya perjodohan itu, ia membenci suaminya.karena saat itu ia telah memiliki kekasih, namun bukanlah dari kalangan mereka. Hanya seorang pemuda berprofesi sebagai delivery order di sebuah restoran. Ia ingat waktu pertama kali bicara empat mata denga istrinya setelah acara pertunangan itu, ya... baru itu kali pertama mereka bicara berdua.

" mengapa kau terima pertunangan ini?"

"karena aku suka"

"namun aku tidak"

DEG

"jika memang seperti itu, mengapa tak ada penolakan darimu?"

"demi ayah ku, ibu ku, ayah mu dan juga... ibu mu yang memohon pada ku"

Ya, arfa tau ibunya sangatlah menyayangiya, ibunya pun tau bahwa sang buah hati mencintai gadis itu, namun ia tak menyangka jika sang ibu sampai memohon pada gadis manja di hadapannya ini hanya untuk memenuhi keinginan sang anak. Ia memutuskan untuk melangkah lebih jauh, tak ingin pengorbana sang ibu menjadi abu yang tertiup angin. Miris! .

%%%****%%%

Hari-hari arfa lalui tanpa kasih sayang balik dari sang istri. Sikap dingin, kata-kata yang tak indah untuk di dengar, juga kesendirian dalam mencintai. Ia belum menjadi seorang suami seutuhnya. Ya... kini usia pernikahan mereka sudah menginjak hampir setahun, namun belumlah arfa mendapatkan hak-nya sebagai seorang suami pada istrinya.

welcome to loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang