Pria itu masih memandang sepucuk surat undangan di tangannya dengan tatapan nanar.
"Lo beneran mau nikah Vi.??" tanya lelaki itu pada gadis di hadapannya.
"Kalo gak beneran, mana mungkin ada undangannya Kka," jawab gadis itu. Lelaki yang bernama Cakka itu menghela nafasnya berat.
"Lo tega Vi," ujarnya pelan.
"Tega gimana.?? Alvin pacar gue, kita saling mencintai. Wajar kan kalo gue ngambil keputusan untuk menikah sama dia.?? Sadar Kka, lo udah punya Shilla. Lo harus ngebahagiain Shilla bukan gue. Gue milik Alvin. Hubungan kita terlarang Kka," jelas Sivia dengan tegas pada kalimat terakhir. Cakka kembali menghela nafasnya berat.
"Tapi gue juga sayang sama lo Via. Tolong ngertiin gue," ujar Cakka mengiba. Ia benar-benar tidak bisa menerima kenyataan Sivia menikah dengan Alvin."Cakka, please lepasin gue. Lupain gue. Gue juga sayang sama lo. Tapi sayang gue ke Alvin lebih besar. Gue milik Alvin, Kka," ujar Sivia lagi. Ia benar-benar bingung bagaimana harus mengahadapi Cakka.
"Lalu, apa artinya gue di hidup lo selama ini.??" tanya Cakka lagi."Lo.?? Emm, lo cuman selingkuhan. Begiu juga dengan gue, gue juga selingkuhan lo. Dan perselingkuhan itu gak akan pernah berakhir dengan indah. Hubungan ini harus segera diakhiri. Gue harap lo bisa ngertiin Kka. Semoga lo bisa lebih bahagia bersama Shilla," ujar Sivia yang kemudian langsung meninggalkan Cakka yang masih berdiri mematung di halaman rumahnya.