Truth or Dare

364 10 0
                                    

Bahagia itu sederhana..
Bahagia menurut gue, ketika orang yang gue sayang secara langsung nyatain perasaan sayangnya ke gue secara langsung. Tapii...

Gimana kalo semua itu cuma mimpi.?? Haruskah gue tidur selamanya.???

***
Sivia mengetuk-ngetukkan ujung penanya ke meja nya. Soal fisika itu benar-benar membuat kepalanya pusing. Rasanya ada sekitar 10 burung yang mengitari kepalanya.

"waktunya tinggal 30 menit lagi anak-anak" ujar guru fisika yang tengah mengawasi berjalannya ulangan.

"Vi, udah nemu blm jawabannya.??" tanya Ify-teman sebangku Sivia- menyikut lengan Sivia.

"lo kira jawabannya ilang pake dicari.??" gerutu Sivia.

"iya, maksud gue lo udah dapet jawabannya blm.?? Gue liat donk. Gue blank nih kalo fisika gini," ujar Ify memelas.

"hmmmm" Sivia membuang nafas. "Satu soal lagi, dan gue bener-bener pusing," keluh Sivia.

"yang udah selesai, gue liat donk," pinta Ify.

"hmmm," Sivia mendesah lagi, "kapan sih lo gak nyontek gue kalo lg ulangan gini.??" geram Sivia. Ify hanya menunjukkan cengir kudanya seraya mencatat jawaban di lembar jawaban milik sahabatnya itu.

30 menit berlalu, Sivia menghela nafas lega karena akhirnya pelajaran maut itu berhasil dilaluinya. Ia tak pernah sepanik ini sebelumnya saat ulangan fisika. Tapi entah mengapa akhir2 ini konsentrasi belajarnya mendadak buyar saat kelas di sebelahnya kedatangan siswa baru yang tampannya luar biasa mengalahkan artis korea-menurut Sivia-.

"Vi, lo itu berubah deh," cela Ify setelah mereka keluar dari kelas. Ya, pelajaran fisika merupakan jam terakhir hari ini.

"berubah gimana.??" tanya Sivia heran yang kini berjalan beriringan dengan Ify.

"berubah aja. Lo itu bintang sekolah. Semua kelas tuh tau kalo lo itu juara umum berturut, dan lo selalu santai ngadepin ulangan apapun. Gak kayak tadi, aneh deh," cerca Ify.

Sivia terdiam, benar apa yang dikatakan ify. Sivia memang berubah belakangan ini. Entah kenapa fikiranya selalu tertuju pada siswa baru di kelas sebelahnya itu.

"Lo kebanyakan mikirin si Alvin sih," gerutu Ify lagi.

"Alvin siapa.??" tanya Sivia heran.

"Via, lo nyebelin banget sih. Lo suka sama dia tapi lo gak tau siapa namanya.?? Semenjak ada dia kok lo mendadak oneng sih.??" cerca Ify habis2an.

Pernyataan Ify barusan benar-benar menohok batin Sivia. Ify tak pernah sekesal ini padanya sebelumnya, sampai-sampai harus berkata kasar. Sivia menundukkan kepalanya, berjalan lebih cepat dan perlahan meninggalkan Ify.

"Yah, malah kabur. Vi, tungguin guee..." teriak Ify seraya setengah berlari mengejar Sivia.

--
Sivia sedih, ia kacau. Sahabatnya sendiri dengan tega mengatainya seperti itu.?? Apakah perubahannya benar2 fatal.?? Apakah salah ia jatuh cinta.??

Sivia terus mempercepat langkahnya, tak peduli dengan teriakan Ify di belakangnya.

Bukkk..
Sivia menabrak seseorang di depannya. Berjalan dengan kepala tertunduk membuatnya tak melihat arah depan. Sivia masih memegangi kepalanya yang terasa sakit.
"Lo gak kenapa-kenapa??" tanya seseorang yang Sivia tabrak barusan. Sivia kenal suara itu, ituu..

"Kurang tebal ya mbak kacamatanya.??" ujar suara lain yang ternyata temannya orang itu.

Sivia mendadak gagu. Jantung nya kali ini berdetak dua kali lebih cepat dari biasanya. Ditambah lagi perasaan malu akibat ucapan teman orang tadi. Entah seperti apa rona wajahnya sekarang.

Sebelum SenjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang