Sebuah Penantian

597 8 0
                                    

"Aku akan selalu menjadi pelindungmu. Hingga saat maut memisahkan kita,"

***

"Subaruuuuu~ ooi, Subaruuuu~?"

Seorang gadis melambai-lambaikan tangannya di depan wajah laki-laki yang bernama Subaru tersebut-berniat untuk menarik perhatiannya, tentu saja. Namun sedikitpun perhatiannya tidak teralihkan dari buku yang ia baca. Maka karena kesal-yah, ia sudah cukup lama melakukan hal yang sama selama sejam lebih, sih-ia memutuskan untuk menggodanya. Dengan sedikit niatan iseng, ia mendaratkan sebuah kecupan di pipi laki-laki keras kepala itu.

Dan...

Oh, usahanya berhasil ternyata.

"Kirara, apa maksudmu?" Dengan geram-dan sebenarnya ogah-ogahan, Subaru mengalihkan pandangan dari buku yang ia baca.

"Tidak apa," jawab gadis itu dengan polosnya.

"Katakan yang sebenarnya,"

"Subaru membosankan belakangan ini,"

"..."

"Subaru rindu Ren?"

Hening.

"oh, ayolah. Iya 'kan?"

"...tidak"

Bohong, tentu saja. Tidak mungkin kalau ia tidak rindu orang yang bernama Ren tersebut.

"yakin?" Tanya gadis itu lagi.

"Hanya itu yang ingin kau bicarakan?" Subaru menatap wajah Kirara lagi sebelum akhirnya ia menutup buku bacaannya dan beranjak dari tempat duduknya. Meninggalkan gadis itu sendirian dalam kebingungan.

***

"Jangan pernah tinggalkan aku,"

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Tidak akan. Setidaknya hingga maut memisahkan kita,"

"..."

"Ingat janji kita dahulu? Aku berjanji akan selalu melindungimu. Sekalipun aku harus berdosa karenanya. Toh setidaknya aku tidak akan memiliki rasa penyesalan lagi. Aku siap menanggung semuanya, demi melindungimu,"

"Kau berani memegang kata-katamu?"

"tentu,"

***

Ren. Kurotsuki Ren. Teman masa kecil Subaru. Bisa dibilang, orang yang sudah ia anggap sebagai kakaknya sendiri. Ren adalah satu-satunya yang berteman dengan Subaru dengan tulus-tanpa peduli latar belakangnya yang berasal dari strata atas. Hanya ia yang bisa mengerti perasaan Subaru. Tidak hanya Subaru, ia berteman baik dengan tunangan Subaru, Kirara.

Tapi semenjak insiden tujuh tahun lalu, Ren menghilang. Kobaran api menari-nari, membakar rumah keluarga Ren. Ayah dan ibunya ditemukan tewas dengan keadaan mengenaskan. Namun di tempat kejadian, sama sekali tidak ditemukan adanya mayat Ren. Maka polisi berasumsi bahwa kemungkinan besar Ren telah meninggal.

Subaru yang terpukul-mendadak kepribadiannya berubah. Semata-mata ia hanya ramah semenjak bertemu dengan Ren. Begitu Ren menghilang, kepribadiannya kembali seperti yang dulu lagi. Subaru yang pendiam. Subaru yang selalu menutup diri. Ia kembali menjadi sosok lamanya yang menyedihkan.

***

"Pembohong,"

Tidak peduli berapa kalipun ia ucapkan kata itu.

Tidak peduli berapa kalipun ia merutuk.

Tidak peduli berapa kalipun ia menyumpah.

Orang itu tidak akan pernah kembali.

Tidak akan mungkin.

***

Musim semi,

Terlepas dari masa berkabung, Subaru memutuskan untuk membuka diri. Walau ia tak yakin, bisa menjalani semua tanpa Ren, sih. Tapi setidaknya ia berusaha-berhenti menjadi seorang hikkikomori, dan mulai bersekolah.

Dan ia memutuskan untuk bersekolah di sekolah milik kerabatnya. Riverside Academy. Sebagian besar muridnya memang berasal dari kalangan atas. Dan yang membuatnya tertarik, ada beberapa murid dengan kepribadian eksentrik. Memang, ia akui, kepribadian mereka membuatnya tertarik, hanya saja, ia masih belum ingin-belum tertarik untuk memiliki seorang kawan.

***

Kelas 1-C.

Selama 3 bulan ini, kelas itulah yang ditempati Subaru. Dan selama 3 bulan ini, tanpa memiliki teman-satupun, ia hanya menjadi seorang observator. Menyedihkan, memang.

Oke, lewatkan bagian itu. Hari ini, Spero-asumsikanlah kalau ia adalah kepala sekolah disini-memperkenalkan seorang murid baru. Wajahnya sangat familiar bagi Subaru, tapi tanda aneh yang ada di leher anak itu-meski kelihatannya mati-matian ia tutupi-membuatnya ragu kalau anak itu adalah orang yang ia kenal.

"Kenalkan, Ren. Kurotsuki Ren,"

Sontak saja kata-kata yang dilontarkan anak itu membuat Subaru terperanjat. Kebetulan? Bisa jadi. Well, who knows?

Tapi reaksi anak itu juga sama saat melihat wajah Subaru. Tanpa keraguan lagi, yah, anak itu memang dia. Orang yang Subaru rindukan. Orang yang selama ini ia cari.

Maka dengan memberanikan diri, saat jam istirahat, ia memutuskan untuk menghampiri Ren. Beruntung, Ren tidak suka keramaian, jadi ia memutuskan untuk menarik diri, dan mendengarkan musik di bawah rindangnya pohon di sudut taman sekolah.

Reaksi Ren masih sama saat pertama melihat Subaru di kelas, ia tetap saja terperanjat-speechless, tepatnya.

"Suba...ru?"

Tidak ada jawaban. Subaru berdiri membatu. Ia sangat senang, oke. Sahabat yang selama ini dicarinya, kini muncul kembali di hadapannya. Siapa yang tidak senang?

"Subaru-"

Dalam hitungan sepersekian detik, Subaru sudah merengkuhnya dalam pelukan.

"...aitai," bisiknya pelan.

-Fin-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 11, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Sebuah PenantianTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang