INFINITY #15

648 83 0
                                    

"Sialan tuh Ara, aku datang jauh jauh kesini tapi dia malah sibuk selalu." Brianna menikmati gigitan pertama di burgernya. Dia sedang berada di sebuah café di Sheffield bersama James.

"Aku malah bersyukur." Jawab James jujur.

"Hah?"

"Iya, karena dia pasti menitipkan kau padaku. Ya jadi kita bisa berdua selalu." James tertawa kecil.

Brianna memutar bola matanya. "Hello James, ini juga aku terpaksa karena aku lapar. Sangat lapar dan dirumah Ara itu tidak ada apapun yang bisa di masak. Sebenarnya dia itu wanita atau gimana sih."

"Hahaha kau seperti baru mengenal Ara, dan apa tadi kau bilang? Terpaksa?"

"Jelas. Dan karena aku tidak tau apa-apa di Sheffield."

"Waw kau ini perempuan yang sangat jujur."

Brianna nyengir. "Dan sekarang kau lebih baik menikmati makananmu."

Disamping itu mereka melihat orang-orang ramai di luar cafe, berteriak-teriak dan terlihat saling mendorong.

"Orang-orang disini sering begitu ya?" Tanya Brianna polos.

"Hey emang kau pikir orang-orang disini tidak punya kerjaan lain. Mungkin mereka melihat artis atau apalah di luar. Ya biasanya sih seperti itu."

"Artis? Hahaha artis mana yang bisa membuat orang menjadi sangat heboh seperti itu. Aku jadi penasaran."

"Jangan bilang kau juga ingin mengambil foto dengannya."

"Oh tidak, hidupku sudah sangat berat hanya dengan berhubungan dengan salah satu member One Direction dan aku tidak ingin masalah lain. Itu lebih dari cukup."

Brianna melihat ke arah kerumunan orang-orang tadi yang mulai terlihat berkurang. Terlihat beberapa pengawal di depan pintu masuk cafe. Dan artis itu memasuki cafe itu seorang diri. Brianna tersedak dari makannya.

"Oh my God." Brianna meneguk minumannya sampai habis.

James melihatnnya dengan bingung. "Kau kenapasih?"

Brianna tidak memberitahu James, tapi matanya tidak bisa lepas dari arah pintu masuk. James langsung melihat ke arah yang sama. Seseorang yang di perhatikan pun merasa dan melihat ke arah mereka.

"Hey Bri, tidak menyangka kita bertemu disini." Sapanya mendekati meja Brianna dan James.

"Hai Zayn." Sapa Bri canggung.

Zayn hanya tersenyum dan mengisyaratkan ke arah James. Brianna langsung mengerti maksudnya.

"Hm, dia teman lama ku. James. James, ini Zayn." Bri memperkenalkan James dengan canggung.

"Yah, aku pasti mengenalnya." Jawab James simple dan melihat ke arah Zayn.

Zayn mengulurkan tangannya. "Hai James."

James dengan ragu membalas uluran tangan Zayn. Dia merasa aneh. "Hai Zayn."

"Kau sendirian Zayn?" Tanya Bri masih canggung.

"Iya, aku baru saja ada pemotretan tadi. Baiklah Bri, aku akan mengambil tempat dudukku." Potong Zayn.

"Kau bisa bergabung jika kau mau." Tawar James.

"Thankyou James. Tapi aku tidak ingin mengganggu waktu kalian berdua." Zayn tersenyum tipis. Entah apa yang ada di dalam pikirannya. Zayn langsung mengambil kursi yang berdekatan dengan dinding.

Brianna melirik sekilas ke arah Zayn, dan Zayn tersenyum.

'Sial. Kenapa aku harus ketemu dia disini. Bukannya aku merasa takut atau apa. Hanya...ketika melihat seseorang yang dekat dengan Louis , aku langsung teringat padanya. Semuanya. Aku mencoba memendam semua rindu itu, tapi ketika melihat Zayn entah kenapa hatiku, pikiranku, kembali ke Louis. Rindu itu semakin dalam. Sial, kalau hanya berhubungan dengan seseorang yang dia kenal saja aku bisa begini. Bagaimana jika aku bertemu langsung dengannya. Sial. Sial.'

"Bri."

"Ah iya?"

"Kau melamun?"

"Tidak."

"Kau aneh semenjak bertemu dia tadi."

"Itu perasaanmu saja James."

"Mungkinlah Bri."

**

"Halo" sapa seseorang di seberang sana.

"Hey man."

"Zayn? Ada apa kau menelpon?"

"Apa sekedar bertanya kabar pun aku tidak boleh menghubungimu Lou?"

"Bukan, aku bukan bermaksud seperti itu. Hanya saja tiba-tiba. Jadi aku tidak tau harus bertanya apa."

"Hahaha kau bertingkah seperti orang yang baru kenal. By the way bagaimana Freddie?"

"Yah begitu lah, dia semakin rewel. Jadi ayah itu tidak semudah yang aku bayangkan."

"Kau baik-baik saja dengan Brianna kan?"

"Ha?"

"Aku hanya sekedar memastikan Louis."

"Kenapa kau tiba-tiba. Itu aneh."

"Aku tidak tau bagaimana cara menyampaikannya. Tapi tadi aku bertemu Brianna, di Sheffield. Dia sedang bersama temannya. Dia bilang..."

"Laki-laki atau perempuan?" Louis memotong percakapan Zayn.

"Laki-laki."

"Sial."

"Kenapa man? Are you mad?"

"Thanks atas infonya Zayn."

"Oke man tapi..."

Sambungan terputus.

"Hah Louis, kau tidak pernah berubah." Keluh Zayn.

**

Louis mondar mandir dengan gelisah di kamarnya. Menjambak rambut belakangnya. Melihat layar handphone nya. Entah apa yang harus di lakukannya.

'Sheffield. Sheffield. Oke itu tidak terlalu jauh, tapi... Ah sial.' Louis menjambak lagi rambut belakangnnya. Danielle yang melihatnya seperti itu bingung.

"Kau baik-baik saja Louis?"

Louis hanya menggeleng.

"Wanna tell me?"

Louis menggeleng lagi.

"Jadi kau kenapa? Kau seperti orang gila dari tadi."

Louis mengambil tas berukuran sedang, membuka lemari dan mengambil beberapa bajunya, mamasukkannya ke dalam tas sembarangan.

"Louis, kau kenapa? Kau mau kemana?"

"Tenanglah Danielle, kalau aku bilang tidak apa-apa ya tidak apa-apa. Kau tidak perlu cemas sayang. Hanya ada beberapa urusan yang harus aku lakukan di Sheffield. Kebetulan Zayn juga disana."

"Kau bertengkar lagi dengan Zayn?"

Louis menggeleng. "Justru aku ingin menemuinya di Sheffield."

"Sekarang?"

Louis mengangguk. Di ciumnya kening Danielle dan membawa tasnya.
"Aku titip Freddie ya."

Danielle mengangguk. "Jangan pulang lama-lama Louis. Aku merindukanmu."

Louis mengecup lagi kening Danielle kali ini agak lama.
"Aku akan kembali secepatnya."

**

Don't be silent reader please.

INFINITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang