Frezey's POV
Alex menjelasan semua, setiap detail dari peraturan VAMP. Yah, beberapa aku mendengarkan. Tapi jangan tanya, aku payah dalam hal hafalan seperti itu. Percuma, aku akan segera melupakannya.
Jadi, aku putuskan untuk, melupakan semuanya saja sekalian. Setelah pulang, hari sudah siang. Cukup sepi, tentu saja. Saat sudah mencapai rumah, rasanya berbeda sekali. Memang, rumahku sudah diblock sedemikian rupa agar vampire-vampire usil sekitar rumah kami tidak menguping seluruh aktifitas kami.
Lagi-lagi. Privasi Total. Yeyy!!
Untungnya lagi, ayahku bekerja untuk Divisi Keamanan, jadi hal semacam itu, dilegalkan pemerintah. Tapi hari ini, bukan keanehan seperti itu yang kumaksud. Lazimnya, ibuku akan jadi super alay, dia akan berlari ke pintu dan menyambutku seperti seorang penting yang sedang berkunjung. Yah, itu memang kenakanan, tapi sangat tidak lazim kalau ibuku tiba-tiba menghentikan kebiasaannya itu.
Kusimpulkan, pasti ibu sedang tidak dirumah. Kubuka pintu, lalu masuk.
Aku merasa seakan baru saja terbanting-banting, aku lelah sekali, sepertinya ada yang salah padaku, mungkin karena perubahan tubuhku. Tubuh lamaku masih belum bisa menyesuaikan pada keadaanku yang sekarang. Aku melesat ke kamarku, merebahkan badanku sejenak. Kasur ini membenamkanku, membuatku tak mau beranjak. Aku lupa kapan terakhir kali aku mengalami hal-hal seperti ini.
Tak lama, tenggorokkanku terbakar, oke.. Aku haus sekarang, mau tak mau aku harus turun dari kasur nan nyaman ini. Aku bangun, lalu menghampiri kulkasku, Ibu pasti menyimpan darah rusa kesukaanku.
Begitu kulkas terbuka, tak ada apa-apa disana. Selain setumpuk darah singa beku, yang kemungkinannya akan dibuat olahan masakan kesukaan ayahku.Yah.. Antusiasku luntur seketika, digantikan perasaan terbakar pada kerongkonganku. Agh..
Oke, sepertinya, aku harus berburu
***
Kepalaku derdenyut-denyut. Seluruh tubuhku terasa sakit. Titik-titik kuning menari-nari didepanku. Ini sudah berapa hari? 1 minggu? 2 minggu? Semua terasa kabur. Aku tidak dapat menahannya lagi. Tinggal hitungan hari, atau mungkin jam. Mereka akan segera menemukanku, membunuhku barangkali.
Entahlah, bertahan sejauh ini, aku sudah berjuang, aku tidak tahan lagi.
Kurebahkan badanku pada pohon yang besar, mendesainnya agar terlalu mencolok. Kupakai wipe cream terakhirku keseluruh tubuhku, Ini benar-benar yang terakhir. Lalu merebahkan diri sepenuhnya pada pohon ini, aku sudah siap mati sekarang.
***
Frezey's POV
Baiklah, biasanya aku suka berburu. Tapi saat keadaan haus begini, aku benci harus berlari dan mengejar-ngejar rusa dulu. Aku jadi sedikit tak terkontrol saat aku benar-benar kehausan. Dan aku benci menampakkan sisi vampireku, kendati aku tak mungkin memungkirinya.
Terserahlah, yang penting sekarang aku lapar, dan aku butuh minum.
Aku meluncur ke hutan, ya itu artinya benar-benar meluncur, melesat dengan cepat ke sebuah hutan belantara.
Sebentar saja, aku menangkap bunyi tanda-tanda kehidupan. Dan, That's Right! Aku melihat seekor rusa berlari melewati pepohonan rimbun hutan ini. Dengan cekatan, mengikuti instingku, kakiku bergerak dan menyergapnya. Rusa yang malang, dia ketakutan, bahkan saat ditanganku aku dapat merasakan betapa gemetarnya dia. Inilah yang kumaksud, aku tidak suka merasakan perasaan seperti ini. Tapi berhubung aku kelaparan, mau tak mau aku harus melakukannya.
Begitu darah rusa itu, mengalir ke kerongkonganku, rasa leganya tak terkalahkan. Begitu segar dan menenangkan bagi tubuhku. Untuk sejenak, aku terhanyut pada rasa rusa segar ini, namun begitu darah itu mengalir cukup banyak, dan kerongkonganku tampaknya baik-baik saja, aku merasa bersalah. Rusa ini tergolek tak bernyawa.
"Maafkan aku.." ucapku lirih, "Kalau saja aku tidak kehausan setengah mati, aku tak akan melakukan ini"
Aku mengangkat rusa malang itu, "Kurasa kau layak dapat pemakaman yang lebih baik." Membawanya melewati hutan, menuju sebuah sungai dengan air mengalir yang segar.
Begitu sampai sungai, aku mencondongkan badanku untuk membuang rusa tersebut. Mengangkatnya lalu melemparkannya ke aliran sungai tersebut.
"Hmm.." Aku menyaksikannya terhanyut, Ini benar-benar keliru. Kalau aku boleh memilih, aku tidak pernah mau menjadi vampire.
Aku membalikkan badanku, lalu bergegas untuk pulang. Namun, aku mendengar sesuatu. Gerakan yang sama yang kudengar saat di sekolah tempo hari. Apakah ini mungkin..
Aku bergegas mencari sumber bunyinya, aku tak mencium aroma yang aneh, semua tampak baik-baik saja. Sampai aku menyadari ada tetesan darah dibalik dedaunan kering dibawah kakiku. Hatiku terasa berdebar, sesuatu menggelitik diriku, seperti rasa gatal yang menggodaku untuk menggaruknya. Kalau aku tidak bisa menemukan dia, aku bersumpah aku akan benar-benar gila.
Aku mengamati tetesan darah tersebut, lalu memegangnya. Ini benar-benar darah. Tapi anehnya, aku tak dapat mencium darah ini, bahkan, untuk mengindentifikasi ini darah apa, itupun aku tak bisa.
"Ini benar-benar aneh.." kataku masih memegang darah itu, "Darah apa ini?"
Selagi aku berusaha mengindentifikasinya, sesuatu bergerak lagi. Gerakan yang sangat pelan, seolah dia sedang menghindariku. Tidak, Tidak lagi, aku harus menemukanmu sekarang!.
Aku memperhatikan titik-titik darah yang tersebar, jejak ini terlihat acak, seperti berputar-putar. Dia berusaha membingungkanku. Angin berhembus, dan entah bagaimana aku rasa aku mencium aroma darah, darah yang paling kuhindari, darah manusia.
Feelingku menuntunku untuk mencari sumbernya dengan cekatan. Menyusuri sungai ini, aku pikir dia tidak jauh dari sini. Dia pintar, mencari sumber air untuk bertahan hidup. Setiap detil pepohonan maupun rerumputan yang rimbun kuteliti dengan hati-hati. Kupastikan tak ada satupun yang lolos dari pengawasanku. Dan saat aku melihat sebuah pohon yang cukup besar, aroma itu kontan menguat.
Aku memperhatikan dengan seksama, aku dapat merasakan kehadiran seseorang, bukan dengan kemampuan vampireku, tapi lebih dengan perasaan. Aku berhati-hati, agar siapapun disana, aku tidak mengejutkannya. Kakiku bergerak terus, aku ingat pohon ini. Dulu sekali, aku ingat pernah bersembunyi pada cekungan di balik pepohonan ini. Saat itu aku begitu depresi...
Malam datang, tubuhku terasa terbakar, setiap tulangku serasa ditarik keluar. Aku menangis dan terus menangis, ayah dan ibu bilang ini untuk yang terbaik, tapi, rasa sakitnya tak tertahankan.
Aku menemukan pohon yang besar ditengah hutan, untuk menjauh dari kedua orang tuaku, aku benci mereka. Mereka berusaha membuatku menjadi monster dan mereka bilang ini yang terbaik
Aku menangis sejadi-jadinya. Aku berteriak, setiap sendiku berdenyut-denyut tak karuan. Salju putih turun menyelimutiku, aku terus berteriak-teriak kesetanan, setiap salju yang mengenai kulitku, meleleh seketika. Aku meringkuk pada cekungan pohon ini, terkubur dengan rasa sedihku, juga salju yang tak henti-henti turun.
Aku terkesiap. Darimana datangnya memori itu? Aku terhuyung-huyung kebelakang, memori itu membuat otakku berdenyut-denyut. Aku tidak pernah ingat masa laluku, tapi sekarang, aku ingat sebagian. Aku ingat bagaimana kelahiranku dulu. Oke. Oke.. Lupakan dulu tentang aku, aku harus melihat siapa yang berada di balik pohon itu.
Perlahan tapi pasti, aku melangkah menuju padanya. Kali ini aku harus bertemu denganmu.
***
Hai, back again nih.. Gimana? kependekan ngga? Aku udah berusaha manjangin nih, maaf tapi kalo ternyata kependekan :D
Thanks buat semua yang mau stay sama VHS, comment2nya beragam nih :) aku jadi makin excited nglanjutinnya..
Dedikasi kali ini jatuh ke @diaaan_3 buat coment lucunya :D
Jangan lupa tetap stay disini, karena Sedikit demi sedikit kehidupan Frezey bakal berubah :) Nantikan terus..
Kutunggu comment untuk next dedication ;) See you..
Don't forget to follow, comment and vote
KAMU SEDANG MEMBACA
Vampire High School
VampiroSaat takdir memaksamu menjadi sesuatu yang lain. Antara cinta, keluarga dan masa depan.