Satu

110 16 11
                                    


Kami menatap langit dengan hiasan bintangnya yang bertabur. Kendati tanpa pelita yang cukup menerangi, kerlip di atas kami senantiasa menemani. Disanding oleh hangatnya api dan juga secangkir kopi, petang itu kami berkontemplasi.

Persahabatan itu terjalin kilat saja, bahkan aku tak menyangka dapat sedekat ini dengan dia. Perempuan nomor satu di SMA. Kak Rena.

"Menyenangkan, ya, ngobrol-ngobrol sama kamu." ucapnya, mengisi keheningan yang ada.

"Kalau begitu, ya sama," aku sedikit bersenda.

Ia tertawa
Lagi-aku pun sama.

"Kak Rena kira aku orangnya gimana? Kolot-, betul kan?" aku bertanya sejurus kemudian. Menatap mata yang berbalik menatapku dua detik setelah itu.

Air mukanya berubah. Ekspresi yang sama dengan semua orang ketika aku menebak jalan pikiran mereka. Mereka mendadak kuyu acap kali disinggung bagaimana impresi mereka perihal aku. Kendati begitu, pun aku tidak kaget. Aku sudah tahu. Selalu.

Angin yang berhembus lama-lama kian menggigilkan. Ia menyeruput kopinya, barangkali menyiapkan hati sebelum memberi jawaban untuk sebuah tanya. Tubuhnya sedikit rileks, ia tersenyum sedikit.

"Benar. Itu impresi yang paling pertama. Maaf ya, Dik," ucapnya halus. Kuduga maaf itu tulus. "Jujur saja, beberapa menit belakangan telah menamparku keras, tahu kenapa?"

Aku menggeleng.

"Karena aku nggak bisa menerapkan apa yang selama ini keras-keras kulontarkan. Secara tidak sadar, aku manut sama apa yang aku lihat, lantas serta merta menyimpulkan pendapat. Contoh gamblangnya, ya, kamu," paparnya.

"Nggak papa, kok. Anyway-" ada jeda yang menahan kalimat selanjutnya. Jeda itu membatasi satu senti saja, ibarat tubuh yang nyaris tergelincir di pelipir jurang, maka batu adalah nafas, kedua hal itu yang menjadi pembatasnya.

"-pernah nggak, kak Rena ngerasa-palsu?"

"..."

Hening yang panjang mengisi detik-detik setelah terlontarnya sebuah tanya. Jeda yang ada entah mengapa terasa sangat lama. Ia menatap sejurus ke depan, menantang sang bara.

Selepas itu, terkuak sebuah cerita.

-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 12, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Kontemplasi Sebuah KelirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang