04 : Kritikus

1.5K 349 24
                                    

12 Maret 2016
20.15PM

~

Halo, Diary

Baiklah, kurasa aku harus menarik kesimpulanku tentang Darin selama ini.

Maksudku, ternyata dia aslinya jauh lebih bijak bahkan mungkin dari sebagian besar cewek-cewek melankolis yang kukenal.

Dan juga, entah ini suatu keberuntungan atau kesialan, Darin lumayan klop denganku. Tentunya dengan fakfa hobi kami sama. Meskipun tidak persis.

Tetapi aku sama sekali tidak berharap banyak, kok. Aku sadar kasta sosialku yang payah dan sebisa mungkin, aku tidak akan jatuh ke pesona Darin.

Sebentar, kenapa aku sekarang terdengar menggelikan?

Oh ya, aku juga menarik kata-kataku beberapa hari yang lalu tentang betapa membosankannya Komunitas Pena.

Sebenarnya bukan Komunitasnya sih yang aku maksud, anak-anaknya. Serius, aku sangat bersyukur Lira mengajakku bergabung hari itu.

Karenanya, lingkaran sosialku sedikit melebar. Tentunya diisi oleh anak-anak Komunitas. Dan percayalah, mereka tidak semembosankan itu.

Meskipun tidak semuanya, sih.

Kurasa aku tidak punya banyak yang harus dijelaskan untuk saat ini.

Oh, dan doakan semoga naskahku cepat selesai.

Salam.

Anindita S

~

Darin S added you by id

Darin S : Heh, nama kita belakangnya sama-sama S

Anin mengerutkan keningnya mendapati pesan pertama yang Darin kirimkan padanya selama ia bersekolah di Tunas Bangsa. Ayolah, perbedaan kasta sosial membuat Darin hampir tidak mengenal Anin sebelum cewek itu bergabung di Komunitas Pena.

Anindita S : Haha, selera humor lo payah

Darin S : Tapi lo ketawa tuh?

Anindita S : ....

Darin S : Ngomong-ngomong, gue serius soal kritik yang mau gue sampein

Anindita S : Oh ya? Gue dengan senang hati nerima apapun kritik lo itu

Darin S : Hm, okelah, jadi menurut gue tokoh utama dalam naskah lo terlalu sempurna. Serius, emang lo pernah nemuin cewek cantik, pintar, ramah, baik hati dan tidak sombong di jaman sekarang? Oh dan tambahan, kaya.

Anindita S : Hm, gue udah duga sih sebenernya, tapi kalo gue rombak karakter tokoh utama, gue harus rombak ceritanya dari awal, kan sayang udah 15 bab.

Darin S : Iya juga sih, tapi menurut gue, lo lebih baik rombak dari awal biar nanti hasilnya juga nggak nyesel, lagian karna karakter sempurna itu sekarang lo jadi nge-stuck 'kan?

Anindita S : Hmm, boleh deh, saran lo bakal gue pikirin lagi, soalnya yah lo pasti tau alesan kenapa tokoh utama sesempurna itu 'kan? Yah, kalau lo bener-bener seorang penulis sih

Anin tidak tenang. Berkali-kali, Anin mencuri pandang pada layar ponselnya yang tidak menampilkan notifikasi dari Darin. Sudah sepuluh menit sejak pesan terakhirnya terkirim, Anin jadi keki dan merasa tidak enak kalau dia salah kata pada Darin.

Tetapi pikiran buruknya langsung terusir saat notifikasi itu muncul.

Darin S : Haha, gue tau, pasti lo berharap buat jadi tokoh utama itu 'kan? Jangan bilang jawaban gue salah, otak gue sampe terbagi dua buat mikir ini dan pr Fisika sialan

Anindita S : Tenang, jawaban lo bener kok, haha, maaf gue jadi terkesan curhat terselubung

Darin S : Nggak kok, gue bisa yah ... ngerti perasaan lo, karna gue juga seorang penulis naif yang pingin jadi tokoh utama

Anin memutar matanya malas. Tanpa perlu jadi tokoh utama dalam cerita, sebenarnya Darin sudah menjadi tokoh utama tanpa dia sadari. Lihat saja betapa banyak cewek yang bertingkah seperti cacing kepanasan hanya untuk meraih perhatian Darin Satria?

Tunggu, kenapa Anin jadi terdengar seperti kekasih yang tidak rela kalau Darin digandrungi cewek-cewek?

Anindita S : Yayaya, makasih buat kritik dan sarannya

Darin S : Sama-sama, bakal gue kasih kritik lagi kalo otak gue lagi lancar ga kesumbat pr Fisika ini, met tidur, udah malem

Tanpa sadar, Anin meringis pelan. Tetapi sedetik kemudian, menghela nafas panjang. Entahlah, Anin juga bingung apa yang ia pikirkan.

~

Diary of an Unseen One [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang