Lima Belas : Aku, Kamu, dan Rasa

3.7K 201 14
                                    

DT-15 ::  Aku, Kamu, dan Rasa.

***

Buat fansnya langit Biru coba di cek mulmednya :) (jangan teriak kalo udah di puter videonya wkwkek)

***

Rama berlari mengikuti Matt yang berjalan cepat menuju motornya yang terparkir di dekat pohon besar.

“Anjir, lo jalannya cepet banget Matt.”

Rama menggerutu sambil menaiki boncengan. Matthew hanya diam dan dengan segera mungkin menjalankan motornya meninggalkan cafe tempatnya nongkrong tadi.

“Matthew gue masih mau idup. Jangan ngebut woy”, Rama memukuli punggung Matt membabi buta.

“Lo diem bisa nggak sih.”, ketus Matt yang suaranya tersapu angin karena ia mempercepat laju kendaraannya.

Matthew menatap tajam jalanan lurus yang ia lewati.

Kenapa?

Pertanyaan seperti inilah yang sekarang muncul di benaknya. Kenapa dia marah waktu melihat Maudy dan Mikael?.

Dia bahkan tidak punya hak sedikitpun untuk mengatur hidup perempuan itu. Pacar? Bukan. Gebetan? Bukan. Saudara? Bukan. Kakak? Bukan.

Dirinya tidak lebih dari sekedar teman.

Matt tersenyum miris. Dua kali dirinya gagal dalam memahami apa yang ia rasakan.

Dia tertarik pada Maudy. Tapi...

Ada yang tertinggal di masa lalu.
Masa lalunya dengan cewek bernama Abel.

Rama masih sibuk menggerutu di boncengan namun hanya di anggap angin lalu oleh Matt. Suara-suara di sekelilingnya seolah hanya deruan angin.

***

“Kamu nggak apa-apa kan Maudy?”, tanya El sambil menggenggam jemari Maudy.

Gadis itu tersadar dari lamunannya kemudian yang Maudy lakukan hanya tersenyum tipis pada El.

“Emang gue kenapa? Gak perlu khawatir gitu.”, ucap Maudy yang kini sudah menikmati makanan yang ia pesan.

Di temani alunan lagu Night Changes yang mengalun lembut di cafe ini, Maudy mulai menelusuri setiap sudut cafe yang tampak keren dengan beberapa fanart yang terpajang.

“Kamu berubah diem waktu dia pamit tadi.”, ucap El pada akhirnya.

Ia tau jika Maudy mencoba mengalihkan pembicaraan dan El tidak buta dengan apa yang di lihatnya.

Maudy dan Matt punya hubungan lebih dari sekedar sahabat.

“Lo ngomong makin ngelantur tau gak sih. Gimana Olimpiade bulan depan? Lo jadi ikut kan?”

Mikael menghela napas berat. Ia menyandarkan tubuhnya di kursi dan menatap Maudy lekat.

“Aku ikut olimpiade itu.”

“Semoga Berhasil, Mikael. Semangat!”, ucap Maudy lengkap dengan cengiran yang sudah menjadi favorit El sejak mereka berpacaran. Dulu.

***

Langit Biru menikmati senja sore ini di padang ilalang seorang diri. Menatap senja yang siap untuk berkemas.

Jemarinya menari pada senar gitar yang mengalunkan harmoni-harmoni menenangkan.

Satu nama yang selalu ia lafalkan ketika moment seperti ini.

Maudy.

Ia berharap suatu saat bisa mengajak cewek itu ke tempat ini bukan hanya sekedar kakak dan adik kelas. Lebih dari itu.

Hearts On FireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang