Part 1 - Dari Masa Lalu

52.2K 1.5K 9
                                    

Zahra pov
"Keruangan saya sekarang"

"Baik pak"

Ku tutup telfon, aku segera bangkit dari dudukku menuju keruangannya, ruangan direktur tempatku bekerja.

Namaku Sinta Az-Zahra, umurku 24 tahun, aku bekerja di salah satu perusahaan di bandung, jabatanku saat ini, bisa dibilang cukup tinggi, bukan maksud menyombongkan diri, hehe, aku seorang manager di perusahaan yg bergerak dibidang keuangan, butuh banyak perjuangan untukku sampai dikota impianku ini.

Tok...tok...tok...

"Masuk" ucap suara dari dalam ruangan itu, didepan pintu tertulis sangat jelas bahwa itu ruangan direktur, ku buka pintu itu.

"Assalamualaikum"

"Walaikumsalam, silahkan duduk"

"Terima kasih pak Fahri"

"Masuk keruangan saya" ucapnya di telfon  pada seseorang, tak lama kudengar pintu diketuk dan masuklah Andri, sekretarisnya yg sekaligus sahabat dekatnya pak Fahri, dia memang sengaja memanggilnya untuk menemani kami, karna tak baik seorang wanita dan lelaki yg bukan mahram berduaan.

"Begini Zah, ini biodata pelamar bagian programer, tolong kamu yg interview besok"

"Tapi bukankah biasanya yg interview itu pak Andri?" tanyaku heran, aku memang ditugaskan untuk interview pegawai atau karyawan baru tapi itu khusus bagian keuangan bukan bagian program.

"Besok aku dan Andri akan pergi ke jogja 3 hari, jadi Andri tidak bisa, kamu juga tak perlu terlalu formal, interview biasa saja, saya cukup mengenalnya, dia orang yg pintar"

"Kenapa tidak diterima langsung kalau sudah kenal?"

"Zah, bisakah kamu hentikan pertanyaan cerewetmu itu padaku?" kulihat wajah kesalnya jika aku sudah mengganggunya, dia adalah saudaraku walau bukan saudara kandung tapi masih ada hubungan kerabat, meski begitu kami sangat dekat, bahkan dia sudah aku anggap saudara kandungku, meski pertama kali aku bekerja disini, aku sama sekali tak tahu bahwa dia saudaraku.

"Yah baiklah, kalu begitu saya permisi pak Fahri dan pak Andri, Assalamualaikum"

"Walaikumsalam" jawab Fahri cuek, aku hanya bisa tertawa.

Fahri pov
Kulihat dia sudah hilang dari balik pintu itu, suka sekali dia menggangguku, aku sangat mengagumi wanita berhijab itu, bahkan mencintainya, tapi dia tetap saja menganggapku adalah kakaknya, meski saudara jauh tapi aku dan dia bukanlah mahramku, kalau saja dia tak mempersalahkan itu aku pasti sudah mengkhitbahnya.

"Masih kepikiran terus buat mengkhitbahnya?" tanya Andri sekretarisku sekaligus sahabatku sejak SMP.

"Entahlah, aku sudah sedikit mengikhlaskannya, meski sulit, biar Allah yg menentukan" ucapku pelan.

Andri hanya menepuk pundakku pelan lalu pergi meninggalkanku.

Daniel pov
Calling...

Kudengar hp ku berdering saat aku sedang membaca al-Qur'an, kuhentikan sejenak bacaanku dan segera aku lihat hp ku, tertera nomor tak dikenal nelfon, langsung saja aku angkat, mungkin saja penting, fikirku.

"Assalamualaikum"

Deg!!
Suara itu.
"Wa..alai..kum..salam.." ucapku sedikit gugup, kurasakan jantungku berdetak sangat kencang.
"Bisa berbicara dengan pak Daniel Arvando" suaranya masih seperti dulu, sangat lembut, sangat kurindukan, tidakkah dia mengenali suaraku.

"Ya dengan saya sendiri"

"Saya menginginkan anda besok datang ke perusahaan untuk interview, jam 8 pagi"

"Alhamdulillah, baik bu, inshaa allah saya akan datang"

"Baik pak, saya tunggu, Assalamualaikum"

"Walaikumsalam"

Dia menutup telfonnya, masih kupandangi hpku, aku sangat tak menyangka, benarkah itu dia, dia yg sudah membuatku menjadi seperti ini, membuatku lebih baik, membuatku menjadi sangat dekat dengan sang pencipta, membuatku mengerti bahwa cinta yg sesungguhnya itu adalah doa dalam diam.

Flashback on
Aku seorang pria muslim, lebih tepatnya aku mualaf, satu tahun yg lalu, namaku sekarang Muhammad Daniel Arvando.
Dulu, aku pernah mencintai seorang wanita, wanita muslimah yg sudah membuatku menemukan jati diriku seperti sekarang, meski menjalani ini semua butuh pengorbanan yg sangat besar, tapi aku sangat yakin dengan pendirianku.
Dulu aku berpacaran dengannya, perbedaan keyakinan membuatku untuk memutuskan meninggalkannya, aku sangat takut untuk menyakitinya karna aku tau dia adalah wanita yg sangat baik, wanita muslimah yg sering sekali aku lihat mengerjakan ibadah, meski aku tau bahwa dia tak mempermasalahkan pacaran, tapi aku tak ingin membuatnya berdosa, aku ingin menjaganya walau hanya lewat doaku yg berbeda dengannya.
Meninggalkannya adalah suatu keputusanku yg sangat kusesali namun juga aku syukuri, aku menyesal karna menyakitinya, membuatnya menangis, dan mendengarkannya bahwa dia sangat mencintaiku, namun keputusanku tak bisa aku tarik kembali. Aku juga mensyukurinya karna setelah kejadian itu, kulihat dia lebih menutup dirinya untuk lelaki lain, bahkan kulihat dia tidak ingin bersentuhan lagi dengan teman prianya walau hanya bersalaman, dan satu yg membuatku sangat senang, dia memanjangkan hijabnya, membuatnya begitu semakin cantik, membuatku tak bisa melupakannya hingga saat ini.
Flashback off

Zahra pov
Aku sangat terkejut ketika membuka surat lamaran itu, benarkah itu dia, dia yg slalu membuat jantungku berdetak sangat kencang, dia seseorang dari masa laluku, mengapa sekarang aku harus melihatnya lagi.

Setelah menelfonnya aku benar benar sangat yakin bahwa itu dia, suaranya masih sama seperti dulu, aku semakin bingung, haruskah aku melihatnya esok, ya Allah aku sangat takut melihatnya, aku takut perasaanku takkan pernah hilang meski beberapa waktu ini aku sedikit melupakannya karna kehadiran seorang pria yg begitu baik padaku.

Aku segera pergi menuju mushola dekat kantorku, aku ingin menenangkan hatiku, mencurahkan semuanya pada sang pencipta, aku sangat yakin Dialah sebaik baiknya pendengar.

Flashback on
Aku seorang wanita muslimah, perkenalkan namaku Sinta Az-Zahra Al-Anshary, aku sangat berterima kasih kepada Allah, dia menuntunku ke jalannya hingga aku menjadi seperti sekarang, meski sekarang aku sudah menjadi wanita yg sebenarnya tapi hidupku masih dibayang bayang kehidupan masa laluku dahulu, dulu aku bukanlah wanita baik baik, agama masih aku anggap hanya sebagai status, aku berpacaran, hingga selalu merasakan sakit, hingga rasa sakit yg kuterima terakhir kali disaat aku benar benar berharap padanya, dia pergi meninggalkanku, aku sangat hancur, disaat itu juga aku tersadar hanya Allah tempatku kembali mencurahkan segala sesuatu, sejak saat itu juga aku mendekatkan diriku pada Allah, perbedaan keyakinan antara aku dan dia menyadarkanku bahwa aku tidak bisa terlalu berharap banyak padanya, hingga saat ini, 5 tahun sudah aku menjalani kehidupan yg sesungguhnya sebagai seorang wanita muslimah.
Flashback off

♥♥♥♥♥♥♥♥
Aku pernah berharap pada seorang manusia
Namun rasa sakit menyadarkanku
Bahwa berharap pada manusia adalah hal yang sia sia

Salah Apa ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang