Written By Annisa Rosarizal (@ocoongg) and Radhiatul Adania (@radhiatulll)
warning there are some bad words in this story!
Secangkir cappuchino untuk malam yang dingin ini. dari tadi justin belum juga pulang, sedang kan aku hanya bisa terpaku pada laptopku. Mengetik tugas yang menumpuk yang di berikan oleh dosen dosen yang tak berprikemanusiaan, membunuh secara perlahan.
Sedangkan tv yang sedari tadi mengoceh tak jelas hanya bisa terabaikan olehku.
Ku lirik jam di dinding rumah ini untuk yang kesekian kalinya. entah kenapa hari ini ia pulang sangat lama dari biasanya. Apa ia ada urusan? Meeting? Atau sebagainya? Entahlah, aku mulai khawatir seperti ini.
Tiba tiba pintu rumah yang lumayan besar dan mewah ini terbuka. Terdengar langkah kaki seseorang yang sedari tadi ku tunggu
"kau tidak menyambutku?"
"aku sedang sibuk" jawabku "mau sambut seperti apa lagi? apa perlu ku undang artis karna kepulanganmu?" tanyaku cuek
"menyambut dengan ciuman misalnya" jawabnya. Langkah kakinya menuju ke sini. Dapat ku rasakan tanpa ku lihat sedari tadi
"bahkan kau tidak memandangku" jawabnya lagi lalu duduk di sebelahku
"aku sedang sibuk..." lelaki itu mengambil remote dan menukar nukar chanelnya. Setelah itu ia mengambil cappuchinoku dan menghabiskannya
"hey! Apa yang kau lakukan?!" pekikku saat mendapati cappuchino itu habis tak berbekas dengannya
"aku bahkan belum meminumnya!" lanjutku lalu menyingkirkan laptopku.
"lalu?"
"buatkan lagi untukku"
"seharusnya kau yang membuatkannya untukku!" ia menjitak kepalaku pelan. Semaunya saja. Aku menyandarkan tubuhku di sofa sambil memasang tampang kesal. Seketika tampangku berubah saat melihat apa yang ada di layar. Sementara orang di sebelahku ini sedang melepas ikatan dasinya dan menatapku evil sambil tersenyum.
"JUSTIN! APA YANG KAU LIHAT?!" pekikku lalu mengambil remote tv nya. tapi seketika justin menahan tanganku dan menindihku di sofa yang empuk ini
"bukannya kau mau cappuchino mu?" tanyanya lalu mencium bibirku dan melumat bibirku penuh nafsu. Dapat ku rasakan cappuchinonya. Ini jauh lebih manis dan lebih baik dari yang ku inginkan.
Ku lingkarkan lenganku di lehernya dan sepertinya aku tau apa yang akan terjadi pada malam ini. malam seperti apa yang sudah biasa ku lakukan pada justin dan justin lakukan padaku.
****
Namaku Anna. Annabeth Popuri. Aku dan justin hanyalah anak dari panti asuhan yang kabur dari panti dan mencoba untuk menempuh kerasnya dunia bersama. Karena kepintaran justin, kami dapat hidup semewah ini. ia yang membiayai sekolahku hingga aku kuliah. Meski kami hanya beda dua tahun, ia bersikap lebih padaku begitu juga aku.
Dia bukan siapa siapa, suami bukan, bahkan pacarpun bukan. Aku hanya orang yang selalu memuaskan hasratnya jika ia inginkan. Itu ku sebut sebagai bayaran karena telah menampung hidupku.
****
Hari ini aku pergi ke kampus telat. Telat sekali. Karena kecapean tadi malam, dan aku yakin justin juga terlambat ke kantornya. Entah kenapa aku sangat suka dengan suasana seperti ini.
Ku tutup mataku perlahan dan mulai merasakan tiap hembusan angin dan berharap dunia akan menjadi milikku dan justin. Oke aku gila. Aku gila karena lelaki itu.
"kenapa kau menutup matamu?" suara itu mengagetkan ku dan lamunanku
"bukan apa apa" jawabku "mungkin karena lelah kuliah, hehe" aku mulai tertawa garing untuk orang di sebelahku ini yang memberikan satu kaleng softdrinknya untukku
YOU ARE READING
Slave Partner
FanfictionAnnabeth Popuri dan Justin Bieber hanyalah anak yatim piatu yang harus menghabiskan bertahun-tahun hidupnya didalam sebuah panti asuhan yang bobrok. Namun karena keinginan yang tinggi justin dan anna dengan nekatnya lari dari panti asuhan mereka. Me...