Part 1

66 4 4
                                    

New York, Desember 2009.

Saat sedang menuruni anak tangga, sejenak mataku terfokus kearah jendela kaca, dari balik jendela tipis di lantai dua sekolah ini, salju tampak turun dan jatuh menumpuk di bawah seperti gumpalan permen kapas yang sangat banyak. Aku mendekati jendela kaca dan mulai meng-khayal tentang masa kanak-kanak. Sewaktu kecil saat salju turun, aku sering bermain diluar bersama seorang anak laki-laki, yang tinggal tepat disamping rumahku. Aku langsung tersenyum. Dan pikiranku itu langsung terbang ke masa lalu. Sebenarnya sudah lama sekali. Tetapi masa itu sangat kuat terikat dalam pikiranku.

"Sasa, kenapa masih disini? Bukankah kau keluar kelas paling dulu ya dibanding aku?"

Suara itu memecah suasana hening disekitarku. Aku langsung tersadar dari sebuah ingatan masa kecil.
Suara itu sangat tidak asing lagi bagiku. Elizabeth, Atau yang biasa ku panggil Abeth. Dia adalah kawan dekatku di SMA ini. Unik jika diceritakan bagaimana caraku bisa berkenalan dengan nya. Berawal dari sebuah celetuk kan, dan berakhir dengan sebuah kedekatan. Sudah dua tahun lebih kami berteman baik.

"Kau sih, pake segala pacaran dulu"

Balasku tanpa melihat ke arahnya.

Aku masih sangat terhanyut akan pemandangan dari balik jendela kaca nan anggun ini. Pohon-pohon tanpa daun yang terbalut serbuk es. Entah mengapa, melihat gumpalan kapas ini turun dari langit membuatku merasa merindu akan masa kecil. Lagi-lagi pikiranku kembali terbang ke masa lalu.

"Kan berkatmu, aku bisa kembali dengan raymond, sa.."

Aku langsung menatapnya.

"Aku kan hanya menasihati saja. Kenapa bisa berkatku? Kalian bisa kembali bersama kan karena keputusan kalian juga"

Dengan cepat, Abeth langsung memelukku. "Iya memang, tapi keputusan itu asalnya dari nasihatmu juga kan. Pokoknya aku sangat berterima kasih padamu Sasa atau bisa ku sebut, Dr.Cinta"

Mendengarnya mengatakan Dr.Cinta, membuatku tertawa. Di sekolah ini, jika ada seseorang yang sedang mengalami masalah cinta, pasti langsung menghubungiku lewat blog ku. Padahal aku tak pernah mem-promosikan diri sebagai Dr.Cinta , aku hanya suka menasihati seseorang yang sedang bermasalah, jika memang dia sedang butuh nasihat.

Sasausagi. Itulah namaku di Blog milikku. Sasa adalah nama panggilanku di sekolah. Sakura Analize, itulah namaku.
Bagiku, Nama hanya sekedar nama. Walaupun namaku adalah Sakura, tetapi aku belum pernah melihat secara langsung pohon sakura itu. Mataku belum pernah melihat bunga-bunga nan cantik itu mekar. Ibuku bilang, aku lahir di Jepang pada saat musim semi, musim dimana bunga sakura memancarkan keindahannya. Tak lama dari hari kelahiranku, Ayahku memutuskan untuk pindah karena pekerjaan yang mengharuskan Ayahku bertugas di New York. Karena itulah aku belum pernah melihat Bunga fenomenal itu sampai saat ini.

***

Sudah jam 16:30. Akhirnya aku memutuskan untuk pulang, masih bersama Abeth yang terus-terusan menceritakan percakapannya dengan kekasihnya itu.
Aku dan Abeth Berjalan Menelusuri lorong sekolah, hingga tepat sampai di depan pintu utama sekolah, Aku berhenti sejenak dan langsung mendorong gagang pintu kaca itu. Hawa dingin mulai menjalari wajah dan lengan kananku pada saat pintu terbuka sedikit.

Diperjalanan, Abeth masih terus mendongeng, sebagai teman dekatnya, aku masih terus setia mendengarkannya. Sambil sesekali memerhatikan tanah yang telah tertutup salju. Jalan raya pun sudah mulai seperti permadani berwarna putih. Aku sangat suka musim dingin, suhu disini mencapai minus 1 derajat celcius. Seperti masuk kedalam sebuah freezer. Sesampainya pada perempatan jalan aku berpisah dengan Abeth. Aku belok ke kiri dan dia belok ke kanan. Akhirnya aku jalan sendirian menuju rumahku. Saat sampai rumah, aku mulai menyalakan alat pemanas di dalam ruang keluarga. Udara pun mulai meng-hangat.
Dirumah sedang tak ada orang. Ibu berkerja, Ayah berkerja. Hanya ada laptop,hp dan tv yang setia menemaniku, tentu saja ada satu lagi, yaitu secangkir coklat panas yang siap menghangatkan tubuh di cuaca yang dingin ini.

Aku mulai membuka laptop. Seperti biasa, aku selalu membuka blog setiap pulang sekolah. Dan hari ini ada 6 pesan masuk di blog ku. Aku mulai membalas satu persatu. Dan ada satu yang membuatku tertarik. Biasanya seseorang langsung pada topik yang ingin diceritakan. Tapi ada satu yang berbeda.

Megagiwa. Yap, aku mengenalnya. Dia adalah orang yang selalu memberi komentar yang pedas,tajam,dan menusuk hati. Tetapi komentar dan saran-sarannya bisa ditafsirkan baik dan sangat membangun, hanya saja penyampainnya yang berbeda denganku.

"Hey, Usagi."

Jariku dengan cepat langsung mengetik balasan.

"Ada apa Megagiwa?"

Diam sejenak. Sebuah pesan baru muncul lagi dilayar laptopku.

"Jepang?"

Aku kembali membalasnya.

"New York heee"

Aku menunggu balasannya sambil menyeruput coklat panasku. Pesan baru pun muncul lagi.

"Huh, untuk apa memakai usagi, ku kira kau jepang asli."

"Eeee, memangnya kenapa?"

15 menit

30 menit

1 jam

3 jam

Belum ada balasan. Aku langsung mematikan laptop dan langsung mengerjakan PR.
Tiba-tiba didalam benakku, terdapat pertanyaan.

"Megagiwa, kira-kira di dunia asli seperti apa ya?"

Orang-orang di dunia maya itu, punya banyak misteri yang membuat hati berdebar-debar. Apa mungkin sifatnya memang kejam seperti itu? Apa orang ingin berteman dengannya jika dia bersikap seperti itu?














Nb : jangan lupa vote dan comment yaaaaaa teman-teman. Terimakasih^0^)/

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I Am HereTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang