"Thea!!"
Mendengar suara yang amat ia kenal meneriaki namanya, dengan cepat gadis itu menoleh kearah asal suara.
Thea, nama gadis itu. Gadis asli indonesia yang entah kenapa malah mirip seperti bule. Dimulai dari rambut ikal sepunggung berwarna coklat madu, alis tebal melengkung, tinggi badannya yang lebih tinggi dari gadis seusianya, dan kulit putih pucatnya. Hanya warna bola matanya yang menunjukkan bahwa ia asli indonesia, coklat terang keemasan. Oh, dan juga suaranya yang merdu dan fasih berbahasa indonesia.
Ya, thea adalah gadis malang yang memulai harinya dengan marathon tak terduga dengan seekor anjing dibelakangnya pagi hari tadi.
Namun, ia sangat berterima kasih kepada anjing yang mengejarnya tadi pagi. Karenanyalah ia dapat menyusuri gang yang terkenal seram dan angker di kawasan perumahannya, sekaligus menemukan sebuah laboraturium megah yang akan dikunjunginya sepulang sekolah.
Thea memang berencana kesana lagi sepulang sekolah, serta mengajak kedua sahabatnya untuk ikut bersamanya.
Ia sedang berada di kantin. Mengistirahatkan tangan dan kakinya yang terasa sangat pegal akibat berdiri terlalu lama sambil hormat ke arah bendera selama satu setengah jam lamanya.
Ya, itu hukuman yang diterapkan disekolahnya, jikalau ada murid yang terlambat masuk sekolah selama setengah jam setelah bel berbunyi.
Dan sekarang, ia menoleh dengan cepat ke arah suara orang yang memanggilnya tadi. Tanpa disadarinya,Ia telah melebarkan senyum manisnya. Ia sudah tak sabar untuk mnceritakan pengalamannya tadi pagi, kepada kedua sahabatnya itu.
Dua gadis manis berjalan pelan menuju ke arah meja yang ditempati thea. Mereka mengerutkan dahi mereka, karena tak biasanya melihat thea tersenyum senang ditengah hari yang membosankan ini.
Mereka menggeser dua kursi di depan thea dan langsung menanyai hal yang membuat mereka heran.
"Sepertinya kau sangat senang sekarang, coba jelaskan hal apa yang membuatmu senang?" Tanya gadis tomboy berambut pendek sebahu bernama namira dengan nada penasaran.
"Ehm, coba tebak?" Jawab thea yang bertanya balik kepada dua sahabatnya itu.
"Kau senang karena dihukum atas keterlambatanmu?" Tanya gadis mungil bernama daniar dengan ragu.
"Tentu saja tidak, ayo coba tebak lagi" ujar thea membuat kedua gadis dihadapannya ini mencoba berfikir lebih dalam.
"Kau sedang menyukai seseorang?" Tanya daniar atau lebih akrab dipanggil niar dengan raut muka terkejut.
"Aish, bukan itu " tolak thea sambil menggelengkan kepalanya.
"Huh..aku tak dapat menebaknya. Tak usah membuat kami penasaran, ayolah jelaskan saja. Pelajaran tadi sudah membuatku pusing, dan kau jangan membuatku bertambah pusing, thea" tutur namira atau lebih akrab dipanggil ami dengan nada kesal
"Baiklah akan kujelaskan, tadi pagi aku dikejar oleh anjing-"
"Hah? Anjing. Dia menggigitmu?" Ujar niar memotong perkataan thea
"Tidak, ia tak berhasil menggigitku. Tapi, akibat kejaran anjing itu aku masuk ke gang angker di perumahan itu"
"Lalu, apa yang kau temukan disana?"
"Awalnya, aku tidak bisa melihat apapun kecuali hitam. Mataku serasa buta, tapi aku tetap berjalan dan terus berjalan sampai aku sampai di ujung gang itu"
"Ada apa diujungnya?" Rasa penasaran terlihat jelas di mata ami dan niar.
Ya, memang sebagian besar keluarga yang tinggal di perumahan tersebut, mempunyai anak yang usianya masih berkisar antara 1-12 tahun. Dan hanya beberapa keluarga yang memiliki anak remaja, itupun mereka lebih cenderung pendiam dan penakut. Sehingga hanya thea, ami, dan niar yang tergolong berani dan curiga kepada gang yang dilarang dimasuki tersebut.
Sebelumnya mereka memang ingin pergi kesana, akan tetapi orangtua mereka melarangnya. Alhasil, sampai sekarang mereka tidak pernah jadi pergi kesana, memendam rasa penasaran dan kecurigaan mereka.
"Aku menemukan sebuah laboraturium yang sangat besar" ucap thea bersemangat.
"Laboraturium? Bagaimana bisa ada laboraturium di gang sempit itu. Memangnya sebesar apa laboraturium itu?" Pertanyaan niar sangat menyiratkan kebingungan.
"Gangnya memang kecil, awalnya aku pikir cuma ada jalan buntu, tapi percaya atau tidak, laboraturium itu sangat besar halamannya juga luas" sanggah thea meyakinkan.
"Lalu, apakah ada banyak orang disana?"
"Anehnya, tidak ada siapapun yang berada disana, tapi laboraturium itu nampak bersih dan rapih. Tidak ada kesan seram ataupun kotor" thea menjelaskan dengan nada rendah agar lebih terdengar serius.
"Lah? Bagaimana jadinya? Aku jadi penasaran" ucap ami dengan raut wajah bingung.
"Maka dari itu, aku mau kalian ikut bersamaku ke laboraturium itu lagi. Nah, kalian mau tidak?"
"Mau!" Ucap niar bersemangat. Sedangkan ami hanya mengangguk. Raut wajah ami masih terlihat bingung.
Tett tett tetttt
"Nah, jadi Pulang sekolah, kita berkumpul di depan gang itu. Kalian mau pulang dulu? Kalau aku sih pulang dulu, mau pamit sama orangtua"
"Aku juga sama, mau makan dulu ntar laper" ucap ami sambil nyengir.
"Aku juga, entah mau ngapain. Daripada nunggu kalian, pasti lama" ucap niar bosan
Setelah sepakat dengan tujuan mereka, mereka bertiga berjalan keluar kantin, berjalan menuju kelas bersama-sama dalam diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Namun yang jelas, inti dari pikiran mereka sama.
'Untuk apa laboraturium berada diujung sebuah gang? Dan siapa pemilik laboraturium itu?'Entahlah, tak ada yang bisa menjawab pertanyaan mereka. Mungkin, hanya mereka yang bisa menjawab pertanyaan mereka sendiri.
***
Hallo! Adakah yang membaxa cerita ini? Kuharap ada dan kuharap kalian suka.
Please vote and commentnya ya!! Aku sangat mengharapkan itu.
Maaf kalau banyak typo. Dan kalau ada kata yang nggak nyambung atau nggak efektif kasih tahu aja ya, insyaallah entar diperbaikin.
Itu aja, dan selamat malam...
KAMU SEDANG MEMBACA
CHANGE THE FUTURE
Science FictionThealra, seorang siswi berusia delapan belas tahun yang selain cantik, ia juga cerdas,ramah, dan sopan. Tak seperti gadis lainnya yang sangat menyukai hal yang berbau perempuan diusianya yang sangat belia, Thea malah sangat menyukai hal yang berbau...