Nama gue Bretta. Biasanya di panggil Tata. Hidup gue? Sempurna, kalau kagak ada si curut satu itu.
Vero. Cowok ganteng tapi aneh. Kenapa gue bilang dia aneh? Karena, dia suka banget ngintilin gue kemana,pun gue pergi. Kan risih. Dan setiap gue tanya kenapa dia selalu ngikutin gue, jawabannya selalu sama. "Karena kita udah di takdirin bareng." Gak jelas, kan?
"Hey cantikk. Tumben dateng cepet."
Baruuu aja di omongin, udah nongol aja ni bocah.
"Gue sengaja dateng cepet, biar nggak ketemu lo." jawabku ketus sambil melirik sekilas kearahnya yang tengah duduk disampingku.
Ya. Kita sebangku.
Ga beruntung banget, kan gue ..
Huh, Sepertinya dewi fortuna tidak berpihak padaku tahun ini.
"apa?" Tanyaku langsung, ketika mendapati Vero yang daritadi terus melihatku.
"Kalau diliat-liat, lu makin manis aja." Jawabnya santai, tapi cukup membuat mataku melebar disaat itu juga.
"apaan, sih. Ga jelas banget." Jawabku ketus.
"Pad---"
"Hari ini pak donny gak dateng, jadi jam pertama kita kosong." Teriak Ridho ketua kelas kami, yang di jawab sorakan keras oleh anak-anak kelasku.
Jam kosong? Enaknya ke kantin, nih.
Ketika aku baru saja mau berdiri, tiba-tiba tanganku langsung di tarik Vero, yang membuatku terduduk kembali.
Dan aku langsung menatapnya ganas.
"Mau kemana?" Tanyanya.
"Kantin. Kenapa? Mau ikut?" Tanyaku balik dengan nada ketus.
"Mau.. mau." Jawabnya senang.
"Ga boleh." Ucapku yang langsung membuat bibir vero maju beberapa senti.
Kalau kalian mengatakan aku tidak jelas? Aku tidak peduli.
Tapi bukan vero namanya kalau menyerah begitu saja. Buktinya dia sekarang sedang berjalan di sampingku dengan tangan kanannya yang menggandeng tangan kiriku.
...
..
.Tu..tunggu dulu, apa tadi ku bilang? Menggandeng?
Aku melihat tangan kiriku yang mulai terasa hangat karena berada di genggamannya, dan tanpa berfikir panjang, langsung melepaskannya.
"Ngapain, sih lo gandeng-gandeng tangan gue?" Tanyaku kesal.
"Yee.. gapapa, dong. Lagian tadi juga lu terima-terima aja. " jawabnya tak mau kalah.
"Ya, tadi, kan gue kagak tau, sih."
"Sok-sok gak tau, bilang aja mau."
Aku menggeram kesal. "Kalau lu ngomong lagi, ga usah ikut gue ke kantin."
"Iya.. iya."
Aku membuang nafas kasar, lalu berjalan mendahuluinya.
Dan kalian tau, apa yang tu curut lakuin?
Dia menyusulku dengan langkah kakinya yang lebar, lalu merangkulku dengan santai.
"Gue kan udah bilang, jangan sentuh-sentuh gue lagi. kalau nggak, lu gak usah ikut gue ke kantin. " Ucapku geram, dan aku langsung menurunkan tangannya yang melingkar di bahuku.
"Tadi lo, kan cuman bilang jangan ngomong, bukan jangan nyentuh. Berarti gapapa, dong kalau gue ngerangkul lo." Jawabnya santai sambil nge-wink ke arahku, lalu kembali melingkarkan tangan panjangnya di bahuku.
KAMU SEDANG MEMBACA
A.B
Teen FictionRumah hampir dempetan. Teras kamar hadap-hadapan. Duduk deketan. Bahkan, huruf depan nama kita sebelahan. Tau, kenapa bisa gitu? Karena, kita udah di takdirkan untuk bareng. Alias, jodoh. -Alvero Jodoh pala lo peyang! Itu cuman kebetulan aja kali. ...