Prolog

16 5 0
                                    

Ini bukan maunya. Ini hanya keterpaksaan.
Bukan keinginan Via untuk menjadi perebut pacar orang seperti saat ini. Gadis itu hanya terjebak masa lalu. Masa lalu yang menanam dendam dihatinya. Masa lalu yang menutup hatinya dengan kabut hitam. Dan masa lalu yang memaksanya untuk membuat perempuan lain merasakan kesakitan yang dulu mamanya rasakan. Walaupun Via tau perbuatan itu tidak baik, dengan bodohnya ia mau melakukannya.

***

"Pergi lo jauh-jauh dari cowok gue! Dasar pho gak tau diri. Gue tau lo lebih cantik, lebih segala-galanya dari gue. Tapi gue yakin cowok gue gak bakal tergoda sama lo, karna dia setia dan cuma sayang sama gue." Erika mendorong kasar pundak Via. Mereka sedang berada di toilet sekolahnya. Via tersenyum meremehkan.

"Segitu yakinnya kalo cowok lo setia? Kita liat aja nanti, rik. Cowok lo itu lebih milih gue," Via meletakkan telunjuknya di dada Erika lalu mendorongnya pelan. "Atau lo."

Via berjalan melewati Erika yang luar biasa kesal dengan santai. Yah, Erika lah yang akan menjadi korban selanjutnya. Dengan merebut pacarnya, Erika pasti akan patah hati. Ia akan merasakan seberapa sakitnya kehilangan orang yang paling dicintainya.

"Dit, temenin gue ke kantin yuk." Ajak Via saat melihat Dito sambil menggenggam tangan cowok itu. Cowok ini pacarnya Erika.

"Yuk. Rika juga lagi gak keliatan,mungkin bakal nyusul ke kantin nanti."

Yang kayak gini sekali sentil juga jadi, batin Via. Mereka jalan bersebelahan menuju kantin,dengan tangan Dito yang masih digenggam Via. Banyak yang berbisik saat menyadari tangan keduanya yang menyatu. Pasalnya, hubungan Dito dan Erika terlihat sangat mesra tadi pagi.

"Mau mesen apa? Biar gue aja yang mesenin." Tawar Dito, lalu Via mengatakan pesanannya. Via mengirimkan chat singkat untuk Erika, membertahukan gadis itu bahwa Dito sedang berada dikantin bersamanya.

To Erika,
Cowok lo lg dikantin sm gue nih. Mau liat kita mesra-mesraan ga?

Tak lama, Dito datang membawa pesanan Via dan dirinya. Cowok itu mengambil tempat duduk disampingnya.

"Erika gak gabung, Dit? Ntar dia marah lagi sama gue." Tanya Via sebelum meneguk sedikit minumannya.

"Gak lah, dia gak bakal marah. Lagian kan kita cuma temen."

"Yah, kan pandangan cewek sama cowok beda, Dit. Lo emang gak takut berantem sama Erika gara-gara gue?"

"Enggak. Santai aja sih, gak usah bahas Erika. Lo udah belajar Fisika sampe bab berapa?"

Via tersenyum dalam hati. Dito memang gampang ditaklukkan. Buktinya cowok itu berusaha mengganti bahan pembicaraan, padahal bukannya Dito harusnya senang jika membahas gadisnya? Harusnya dengan antusias Dito menceritakan hubungannya dengan Erika dengan semangat, kalau ia benar-benar cinta pada gadisnya.

"Dito ih! Kok gak nungguin aku ke kantinnya? Malah sama si Via lagi." Erika yang muncul tiba-tiba dengan ekspresi kesal melirik Via. Gadis itu menarik Dito berdiri dari duduknya.

"Kamu kenapa marah-marah? Aku cariin abisnya gak ada, lagipula kamu sekarang udah ketemu aku kan." Erika mencebikkan bibirnya kesal mendengar penuturan santai Dito. Ia khawatir Dito akan berpaling darinya, hanya karena usaha Via.

"Kamu gak boleh deket-deket sama Via! Aku gak suka."

Via menyeringai kecil saat melihat reaksi Dito yang tampak tidak suka. "Kamu kok gitu? Masa aku gak boleh temenan? Childish tau gak. Aku gak suka sikap kamu yang kayak gitu,Rik."

"Kok jadi belain dia sih? Aku kesel sama kamu!"

Sedikit lagi, batin Via.

"Aku gak suka ya ruang pertemanan aku dibatesin kayak gini. Baru pacaran aja udah gini,gimana jadi suami kamu nanti. Mending kita break dulu,Rik."

Erika menggeleng tak percaya sesudah Dito dengan lancar mengatakan kalimat yang mengakhiri hubungan mereka. Gadis itu berbalik lalu berjalan cepat meninggalkan kantin dengan tangan yang menutup mulutnya. Ia tidak percaya, ternyata Dito langsung tergoda dengan Via.

◇◇◇

"Dit,maaf ya gara-gara gue lo sama Erika jadi putus gini." Via memang memasang wajah bersalahnya,tapi di dalam hatinya ia sedang bersorak gembira karna sudah berhasil melancarkan rencananya.

"Santai aja,Vi. Itu emang si Rika aja yang childish dan gue gak suka dikekang gitu."

"Tetep aja gue ngerasa bersalah duh. Denger-denger dari anak kelasnya, Erika langsung cabut abis lo putusin di kantin tadi siang."

Dito terkekeh kecil. "Udah ah, Erika mulu. Lo gak ada niat bikin gue galau kan,Vi?"

Galau tai kucing kali ya, batin Via.

"Gak ada. Tapi kayaknya itu ide bagus. Dit, kayaknya gue cabut sekarang deh. Abang gue udah  ngoceh nyuruh pulang nih." Via bangkit dari duduk lalu meraih tas sekolahnya.

"Gue anter mau?"

"Gak. Gak usah,gue naik angkot aja deh."

"Yaudah, hati-hati."

Via berjalan menuju gerbang sekolahnya yang masih terbuka dengan hati yang senang,lalu menyetop angkot yang akan lewat disekitar daerah dekat rumahnya.

◇◇◇

"Darimana aja sih lo, gue laper nih."

"Bacot. Dasar gentong. Tukang makan tapi gak bisa masak."

"Kalo gue bisa masak sendiri, gunanya lo apaan dong. Itu kan tugas lo."

"Sialan. Emang gue tukang masak lo apa? Dibayar juga kagak. Kan lo juga bisa beli makan diluar,emang dasarnya aja udah pelit terus tukang nyuruh."

"Berisik, ngedumel mulu kerjaan lo. Emang kalo lo ngedumel,ntar meja makan udah keisi sama makanan apa?"

Via mencibir lalu memutar bola matanya saat Dimas dengan tak mau kalahnya membalas kata-kata Via. Abangnya itu memang tukang makan, tapi pelit dan sukanya nyuruh-nyuruh. Kadang gadis itu sebal sendiri punya abang model Dimas.

Tapi senyebel-nyebelinnya Dimas, abangnya itu akan siap siaga melakukan apapun kalau sampai ada yang berani melukai Via barang seujung kuku pun. Mereka memang dekat,hanya saja kadang bertingkah seperti kucing dan tikus ditayangan kartun Tom&Jerry.

Bagaimana tidak dekat? Mereka sudah bermain bersama dari jaman Via masih memakai kancut berwarna stabilo ngejreng dengan renda-renda dan singlet dekil yang biasa dipakai dari siang hingga sore saat bermain,hingga Via memakai seragam putih abu-abu dan sebentar lagi lulus. Bahkan umur yang terpaut jarak 2 tahun tidak jadi penghalang.

"Gue ganti baju dulu bentar," ucap Via lalu berjalan menuju kamarnya dilantai dua. Tak lama kemudian, Via keluar dengan kaos santai dan celana pendek. Gadis itu akan memasak makanan untuk Dimas.

Ia mengetuk-ngetukkan jari didagunya,bingung harus masak apa. Mungkin sup jagung dan ikan goreng? Dengan lincah Via menyiapkan bahan-bahan yang dibutuhkan lalu mulai memasaknya.

"Dim makanannya udah jadi ye, dede gemay ini mau istirahat dolooo!"

Via masuk kedalam kamarnya sesudah berteriak dari lantai atas untuk memberitahu Dimas bahwa masakannya sudah jadi.

Ia merebahkan dirinya diatas tempat tidur, lalu pertanyaan yang sama melintas lagi dipikirannya. Pertanyaan yang selalu menghantuinya jika gadis itu sedang tidak tau ingin melakukan apa. Pertanyaan yang membuat beban berat dibahunya bertambah. Dan pertanyaan yang menyiksa.

Kapan ia akan berhenti melakukan semua ini?

Dan jawabannya, Via juga masih belum tau. Mungkin tidak dalam waktu dekat ini.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 11, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Wanna Get BetterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang