2010 : Diakui pacar

472 23 0
                                    

Tahun dua ribu sepuluh adalah tahun terakhir sma ku. Tahun dimana awal mula rasa sakit itu bertambah parah, berdarah.

Aku sudah tidak satu sekolah lagi dengannya. Aku sibuk di SMA yang ku masuki sementara kabarnya aku tak tahu. Hanya saja dia sekarang bersekolah di SMK.

Kami jarang bertemu, bahkan di masjid sekalipun. Di tahun dua ribu sepuluh teman-teman sebayaku sudah banyak yang mengendarai motor ke sekolah. Kota kecilku ini berubah padat. Sebuah mall megah di dirikan disini dan pasar tradisional yang dulu kumuh berubah menjadi market yang kinclong. Namun sayangnya hatiku tak berkembang seiring dengan perkembangan zaman itu. Aku masih ajeg, mandeg pada sebuah nama "BANYU". Sepertinya ada lem super permanen yang sudah merekatkan namanya di hatiku.

Hari ini aku berangkat naik angkot, pukul 07.00 aku masih berdiri dipinggir jalan sambil menanti si angkot orange datang. Sial lah aku hari ini, sudah bangun kesiangan lupa juga ngisi bensin buat si matic kesayangan. Tapi sepertinya kesialanku tidak berjalan lama, karna tiba tiba ada sebuah motor yang berhenti di depan ku.

" ikut Ken? " tanyanya.
Tanpa menjawab aku langsung naik membonceng dia. Aku terus menyunggingkan senyumku sepanjang jalan. Sekalipun dia tak mengucapkan sepatah katapun sepanjang kami berkendara tapi hatiku sudah berbunga-bunga.

" turun Ken, udah nyampe. Tapi kayaknya gerbang sekolahmu udah tutup. Mau pulang aja apah? " ucapnya sambil nyengir

Aku cuma manyun.
" Aku nunggu di depan gerbang, ntar juga dibuka pas jam pelajaran kedua. Thanks ya. Sana kamu pergi " ucapku kemudian.

Sebenarnya aku nggak bermaksud untuk mengusirnya seperti itu. Tapi karna aku adalah gadis yang punya sejuta gengsi sehingga aku pun melakukan hal itu.

Dia pun tak menanggapi ucapanku, hanya menutup kaca helm nya dan melajukan motornya kencang. Aku menatap punggung nya hingga menghilang di belokan.

...........................

Aku sedang duduk santai dihalte sekolahku, menunggu angkot yang akan membawaku pulang. Tapi tiba-tiba sesosok gadis menghampiri ku.
"Mbak.." sapanya

Aku tersenyum. Dia Bulan, adek tingkatku dari SMP dulu.

" Duduk sini Lan. " ucapku sambil menepuk tempat kosong disebelahku.

Bulan berjalan kesebelahku, lalu duduk dan matanya tak lepas mengamatiku.

"Kenapa?" Tanyaku
" Mbak Niken pacarnya mas Banyu ya? " tanyanya.

Aku mengenyitkan dahi. Bingung.

" Enggak. Kok kamu bisa ngomong gitu? " heranku.
" Mm..sebenarnya kemarin lusa Bulan nembak mas Banyu. Tapi ditolak. Katanya dia udah punya pacar. Dan pacarnya satu sekolah sama aku. Dia juga bilang kalo pacarnya anak satu komplek. Kan yang satu komplek sama mas Banyu dan sekolah disini cuma mbak. " jelasnya

Aku diam tak percaya. Pertama Bulan nembak Banyu. Aku salut dengan keberanian gadis ini. Kami memang tidak cukup dekat tapi sering bertegur sapa. Aku tak percaya dia yang terlihat sebagai gadis pemalu dengan hebatnya berani menyatakan rasa sukanya ke Banyu.

Kedua kalo yang dikatakan Bulan benar, maka Banyu mengakuiku sebagai pacar. P.A.C.A.R. Tanpa sadar aku tersenyum.

" Jadi bener ya mbak pacarnya mas Banyu. Tadi pagi aku juga liat mbak dianter mas Banyu " ucapnya lagi sedikit lesu.

" Nggak kok Lan. Aku sama Banyu nggak sedekat itu "
Ingin rasanya aku mengiyakan ucapannya. Tapi aku sadar bahwa ucapan Banyu belum tentu serius. Tapi hatiku sudah berbunga-bunga.

...................

Aku berjalan gontai dari gerbang komplek menuju rumah. Angkot yang kunaiki hanya bisa mengantarku sampai depan komplek. Aku tiba tiba berhenti setelah melihat Banyu berjalan ke arahku. Mau kemana dia?

" Bay " panggilku
Dia menatapku. Aku cukup deg-degan.
" Apa?" Tanyanya datar.
" mmm... "
Aku ingin menanyakan tentang ucapan Bulan tadi, tapi aku ragu.

" Apaan sih Ken? "
" Tadi aku ketemu Bulan. Terus dia tanya apa aku pacar kamu. Terus aku jawab nggak " ucapku
"Terus masalahnya apa? Kan bener kita nggak pacaran" ucapnya (masih) datar.

Aku kesal dengan Banyu. Dasar cowok tidak peka.

" Kenapa kamu ngakuin aku sebagai pacar kamu di depan Bulan ?" Tanya ku to the point
" Aku nggak pernah nyebut nama kamu ya. Aku cuma bilang pacarku satu kompleks sama aku dan satu sekolah sama dia " elaknya
" Tapi itu sama aja kamu nunjuk aku. Karna anak cewek dikompleks kita yang sekolah disitu cuma aku."
" Lha kan udah kamu sangkal. Lagian kamu jomblo kan? Nikmati aja" ucapnya lagi

" Kamu nurunin pasaran aku tau nggak " jengkelku.
" Seharusnya kamu bersyukur masih ada yang mau ngakuin kamu jadi pacar. "

Aku mendengus.
Ini lah wujud asli Banyu yang sering membuat aku kesal. Dia memang pendiam. Tapi sekalinya berbicara kelewat tajam, membuat orang sakit hati. Menyebalkan. Lebih menyebalkan lagi aku yang menyukai lelaki macam dia. Ugh.

" Ya udah si Ken. Sekali-kali pura-pura jadi pacarku gak papa. Kamu nggak rugi juga. "
" Karepmu lah Bay " ucapku kesal sambil melangkah meninggalkannya.

Banyu sukses menjadi sosok menyebalkan untukku. Seperti memberi harapan tapi tidak jelas. Coba saja dia mengajakku pacaran beneran. Huh. Mimpi.

.......................tbc

Mood untuk menulis itu selalu timbul tenggelam.
Dan saia tipe orang yang lelet dalam menulis.
Maap kalo absurd.
Tengkiss :*

DIATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang