"Pada siapa?"
"Yang mendengarkan, tentu saja." Euphy tersenyum.
Nova ragu-ragu. "Termasuk aku?"
"Kalau kau mengerti." Balas Euphy.
Nova mendengus. Euphy jarang menjawabnya dengan jawaban yang memuaskan. "Lalu, bagaimana selanjutnya?"
"Apanya selanjutnya?"
"Apa kau akan melanjutkan bermain atau tidak." Sahut Nova.
"Oh, soal itu." Euphy terdiam. Ia teringat saat-saat ia bermain di panggung yang baru saja berakhir. Perasaanku saat bermain memang beda. Tapi yang sekarang ini lebih... bergairah? Penuh semangat? Apa maksudnya?
"Euphy?"
Keduanya terdiam sekian lama di tengah lautan orang berlalu-lalang. Euphy merasakan api berkobar dalam dirinya. Apa ini maksudnya aku ingin bermain lagi?
"Oh, sebelum kau menentukan, bisa aku mengatakan sesuatu?"
Euphy sudah tahu ini akan terjadi, tapi tetap saja dag dig dug hatinya tak berhenti. "Silakan."
"Selama ini, memang aku mendekatimu, memintamu bermain karena aku merindukan musikmu. Aku tak dapat menyangkal itu dan aku minta maaf. Tapi sejak aku bilang akan kembali menjadi fans, dan saat kau bilang akan mengucapkan selamat tinggal padaku, aku sadar bahwa aku tidak dengan sukarela menerimanya. Aku ingin semakin dekat denganmu, aku ingin lebih mengenalmu, ingin selalu bersamamu." Ujar Nova panjang lebar.
"Aku... kupikir aku mulai tidak mandiri. Kurasa aku tak bisa hidup tanpamu." Lanjut Nova dengan wajah memerah.
Euphy tertegun. "...maksudmu kamu menyatakan perasaan...?"
"Aduh, tidak cukup?"
"Daripada aku salah paham?" Balas Euphy.
Nova mengerang. "Oh baiklah. Maksudku aku menyukaimu."
Euphy tertegun. "Menyukaiku?"
Keheningan menyelimuti mereka. Euphy awalnya tak menyadari apa arti kata-kata Nova, tapi setelah melihat wajah Nova yang seperti kepiting rebus, ia paham. "Kenapa?"
"Entahlah. Melihatmu setiap hari selalu bisa membuatku bersemangat untuk seharian itu. Dan kalau aku tidak melihatmu, seolah tenagaku hilang. Itu masuk alasan?" Balas Nova.
"Aku tidak tahu."
"Kalau tidak, perlukah aku alasan untuk menyukaimu?"
Euphy terdiam ditanya seperti itu. "Aku tidak tahu." Ia menunduk. Oh aku yakin wajahku sudah merah sekali sekarang.
"Bagaimana denganmu, Euphy?" Ujar Nova.
"Ah, aku... aku biasa saja." Balas Euphy.
"Oh?" Wajah Nova menjadi memelas. Euphy tak tega melihatnya.
"Aku... cukup menyukaimu." Ujarnya lagi.
"Cukup? Tidak lebih?"
"Oh apa itu tidak cukup?" Balas Euphy. Ia tidak yakin jantungnya akan tahan lebih lama lagi.
"Daripada aku salah paham?" Balas Nova mengulang kata-kata Euphy padanya.
Euphy cemberut. "Aku menyukaimu juga! Puas?!" Serunya.
Nova tersenyum. "Puas." Tanpa berkata apa-apa lagi, Nova merangkul Euphy erat dan membuat Euphy membeku seketika.
"Heh! Siapa bilang kau bisa memelukku?! Lepas!" Jerit Euphy sambil memberontak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our Hearts' Resonance
Teen FictionBagai bumi dan langit, seperti Kutub Utara dan Selatan, laksana Merkurius dan Neptunus. Begitulah hubungan Euphonia dan Valent. Hanya karena Valent meminta Euphonia bermain piano dalam pentas kelas, gadis itu jadi membencinya dan bahkan untuk menyeb...