Case 3

1.1K 78 43
                                    

Ada yang kangen? hahaha

ini aku bawain Aufar-Sylvana... maaf kalau misalkan kalian menemukan bahasa Jepang yang salah dalam hal tulisan... kalau ada yang salah, tolong dibenarkan, ya ^^


happy reading :D




"Pembunuh! Dasar pembunuh!"

Sylvana menggeleng dan mulai menangis. Dia berjongkok, menutup kedua telinganya dengan kuat sambil mendongak menatap beberapa orang yang berkacak pinggang dan menatap tajam ke arahnya. Orang-orang tersebut bahkan menunjuk dirinya dengan emosi yang terlihat sangat jelas.

"Kamu pembunuh!"

"Bukan! Bukan!" teriak Sylvana kalut. Dia semakin menggeleng dan air mata itu mengalir tanpa bisa dihentikan. "Gue bukan pembunuh!"

"Lihat, dia membunuh semua keluarganya demi harta. Tega sekali! Dasar manusia tidak tau diri! Pembunuh berdarah dingin! Pembunuh keji!"

"Bukan! Bukan! Gue bukan pembunuh! Gue bukan seorang pembunuh!"

Saat itulah, Sylvana mendengar namanya dipanggil. Cewek itu menoleh dan mendesah lega ketika melihat kedua orangtuanya dan juga sang kakak, George, menatapnya lembut. Ketiganya memanggil Sylvana, menyuruh cewek itu untuk mendekat. Langsung saja, Sylvana bangkit dan berlari menuju keluarganya tersebut.

"Bunda, Sylva takut," kata cewek itu dengan nada bergetar. Dia mencengkram baju bundanya dan menoleh ke arah orang-orang yang sejak tadi mengatainya sebagai seorang pembunuh. "Mereka jahat, bunda... mereka bilang, Sylva yang udah membunuh bunda, ayah dan Kak George."

Tidak ada respon. Sylvana mengerutkan kening dan menoleh untuk menatap ketiga anggota keluarganya tersebut. Lalu, cengkraman tangannya pada baju sang bunda terlepas, kemudian cewek itu melangkah mundur.

Di depannya, sosok ayah, bunda dan kakak laki-lakinya sudah berubah mengenaskan. Wajah dan pakaian mereka berlumuran darah segar, membuat Sylvana menutup mulut dengan kedua tangan dan isak tangisnya semakin kencang.

"Sylva, kenapa kamu tega membunuh kami? Tolong kami, Nak," ucap bundanya lirih. Wanita itu mengulurkan tangan kanannya, bermaksud meraih Sylvana agar mau mendekat ke arahnya.

"Sylva, Ayah salah apa padamu, Nak? Kenapa kamu menyakiti Ayah sampai seperti ini? Pisau itu sangat tajam, menghunus dada dan perut Ayah, hingga Ayah bisa merasakan benda tersebut mengoyak jantung dan isi perut Ayah."

Sylvana menggeleng kuat. "Nggak! Nggak! Pergi! Menjauh! Pergi!"

"Sylva, Sayang," panggil George dengan nada sedih. "Di sini dingin, Sylva... temani Kak George... Kak George kesepian dan kedinginan, Sylva... ikut Kakak, Sylva...."

"NGGAK! PERGI!"

Mendadak, Sylvana merasa kakinya menabrak sesuatu. Cewek itu terjatuh dan mengaduh. Di saat dia meringis menahan sakit, sesuatu menyentuh pergelangan kakinya dan ketika cewek itu menoleh, jantungnya serasa melompat keluar dari rongganya.

Itu wajah ketiga anggota keluarganya yang berlumuran darah dan luka membusuk di beberapa sisi. Mata mereka memancarkan amarah dan emosi yang begitu mendalam ke arahnya.

"Kamu sudah membunuh kami! Kamu harus mati! Kamu harus mati!"

"NGGAK!!!"

Dengan satu gerakan cepat, Sylvana bangkit dari posisi tidurnya. Jantungnya berdebar kencang, seolah-olah sebentar lagi organ tubuhnya itu akan terpental jauh dari rongganya. Peluh membanjiri wajahnya, diikuti dengan napas sesak dan tersengal.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 13, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Bring Me To LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang