Tiga tahun aku hdup di negeri orang membuatku dapat belajar banyak arti dari sebuah kehidupan. Penyakit yang ku derita semakin menjadi, sehingga aku harus bolak-balik masuk rumah sakit. Kini aku sudah terbiasa menjalani hidupku dan untuk melupakan apa yang dulu pernah aku rasakan.
Cita-citaku telah aku dapat di negeri ini, seperti pesan mamah dahulu yang selalu aku ingat. Telah banyak laki-laki yang ingin hidup bersamaku tapi aku selalu menolak karena belum ada kesiapan untuk melangkah hidup berumah tangga, umurku yang juga sudah sangat matang ini masih saja belum memiliki kesiapan.
Mamah dan papah memang tidak pernah tahu jika aku disini sering sakit-sakitan. Bahkan kata dokter sudah terdapat kanker di paru-paruku, aku selalu bertanya apakah sisa hidupku memang tidak banyak lagi? Sekuat mungkin aku melawan penyakitku tapi tetap saja tidak bisa sembuh. Penyakit yang telah aku derita sejak kecil ini sudah menjadi kanker yang menakutkan.
Setelah lima bulan terakhir kondisiku semakin memburuk, bahkan pekerjaan sering terabaikan karena kondisi kesehatanku. Pihak perusahaan memintaku untuk pulang ke Indonesia agar bisa beristirahat dan memberi waktu cuti selama tiga bulan setengah. Terpaksa aku harus pulang karena kondisiku sudah tidak bisa dipaksakan lagi untuk tetap bekerja.
Ketika aku pulang, mamah dan papah menyambutku dengan bahagia. Lebih dari tiga tahun aku menumpuk kerinduan, kini hilang sudah. Aku menjelaskan semua yang terjadi kepadaku dan penyakit yang aku derita. Setiap hari aku selalu melihat raut muka yang khawatir di wajah mamah dan papah, apakah mereka tidak mau kehilanganku? Bahkan mereka selalu memperlakukanku dengan sangat baik.
Sore itu aku sedang duduk bersama mamah di teras depan rumah, tiba-tiba saja aku ingat kepada sosok laki-laki yang dulu sangat aku cintai, melihat rumahnyna yang kini telah di tempati oleh orang lain dan entah dia sekarang ada dimana.
"Bunga" ucap mamah.
Sontak aku menoreh kea rah mamah
"Ada apa mah?"
"Kamu sedang memikirkan Arya yah?". Ujarnya.
"Eh..eenggak kok. Kenapa aku mikirin Ayra". Aku menjawab dengan gugup.
"Sudahlah.. mamah juga udah tahu semuanya". Sembari tersenyum.
"Maksud mamah apa? Memang mamah tahu apa?" aku menanyakan dengan penuh kehawatiran.
"Mamah udah baca semua buku Dairy kamu".
Betapa aku malunya saat mamah tahu siapa orang aku cintai.
"Haah.. jadi mamah udah tahu semua? Ya ampun aku lupa buku diary nya nggak aku bawa."
Sambil memegang rambut tersipu malu.
Mamah tiba-tiba memegang pundakku seraya berkata.
"Sudah Bunga nggak usah malu, kenapa harus malu? Mamah selalu dukung Bunga yang terbaik. Mamah juga dapet kabar kalo Arya belum menikah, jadi masih ada kesempatan buat kamu". Seraya tersenyum dengan wajah yang penuh harapan.
Aku terharu mendengar kata-kata mamah sampai-sampai air mataku menetes.
"Mah.. Bunga selalu menolak laki-laki, karena Bunga masih mencintai Arya. Bunga nggak tahu kenapa harus begini? Bunga udah pergi ke negeri yang jauh tapi Bunga tidak pernah menemukan seseorang yang membuat hati Bunga bahagia seperti saat melihat Arya. Bbunga nggak tahu lagi mah."
Mamah memeluku dan kita menangis bersama-sama.
"Bunga.. kamu adalah anak mamah yang hebat, bahkan mamah tidak bisa sekuat kamu kala mencintai seseorang. Mamah tahu cintamu begitu besar kepada Arya hingga waktu pun tak pernah bisa memudarkan cintamu. Mamah selalu berdoa yang terbaik untuk Bunga, Bunga harus ingat yah, tulang rusuk tidak akan mungkin tertukar oleh siapa pun. Tuhan akan memberikan balasan untuk perjuangan Bunga selama ini".

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Mati "Ingin Ku Katakan"
RomanceMengenalmu adalah hal yang tak pernah aku kira sebelumnya. Berteman denganmu adalah suatu kebahagiaan bagiku. Setiap waktu kita selalu menjalani waktu bersama-sama, hadirnya dirimu dalam hidupku juga membawa cinta yang tak pernah kurencanakan. Karen...