Eclipsing Binary

15.7K 1K 170
                                    

"Sedang apa kamu?"

"Seperti yang biasa kulakukan setiap pagi, menikmati secangkir kopi. Kamu?"

"Sama."

"Latte dengan brown sugar?"

"No one knows me better than you."

"Ada apa gerangan kamu menghubungiku? Sungguh, aku tak mau menganggu hubunganmu dengannya."

"Ia menyakitiku."

"Apa yang terjadi?"

"Janji-janji manis dan kenangan semu."

"Maafkan aku. Tapi kamu pantas mendapatkan yang lebih baik dari dirinya."

"Aku hanya ingin dia."

"Aku tak tahu apa yang kamu lihat dari seseorang yang baru saja menelan ludahnya sendiri yang kemarin ia injak di depan kedua bola mata indahmu itu."

"....."

"Untuk sesekali, jatuhlah kepada orang yang benar-benar mencintaimu apa adanya kamu sedari dulu."

"....."

"Kamu wanita yang hebat. Tak sepantasnya kamu menangisinya, harusnya ia yang menangisimu."

"Kenapa ia tak memilihku?"

"Sh*t happens, mungkin kamu tak pernah jadi prioritas dalam hatinya. Seharusnya kamu sudah bisa berasumsi sendiri dari apa yang secara tak langsung ia tampakkan, ia melahap apapun yang temannya suguhkan kepadanya."

"....."

"Kamu selalu jadi prioritas pertamaku."

"Aku berharap bisa mempercayaimu, masa lalumu mengatakan hal-hal buruk tentangmu."

"Karena aku tak mengatakan apa-apa tentang apa yang terjadi di masa lalu, bukan berarti aku membenarkannya. Aku hanya ingin perdamaian. Lebih baik kamu percaya pada apa yang kamu rasakan."

"Menurutmu apa yang aku rasakan?"

"Seandainya aku tahu. Kamu itu Ariadne, dewi teka-teki."

"Kamu dan permainan kata-katamu."

"Bukankah kamu cinta permainan? Kamu selalu mencari tantangan bukan pada kehidupanmu? Menyukai para bedebah salah satunya."

"Mengapa kamu bicara begitu?"

"Maafkan aku, aku hanya iri pada mereka yang kamu biarkan masuk ke dalam hatimu hanya untuk menyakitimu. Sadarkah kamu selalu ada aku disana yang merapihkan kepingan hatimu? Lalu kamu pergi untuk jatuh cinta dengan yang lainnya dan kembali dengan hati yang terluka. Sungguh, aku tak sampai hati untuk melihatmu terus disakiti seperti ini."

"Tidakkah kamu lelah untuk melakukannya?"

"Tak akan habis usahaku untuk membuatmu kembali tersenyum, walau hanya sedikit. Senyummu terlalu indah untuk kamu sembunyikan dari dunia."

"Aku tak tahu apa yang harus aku lakukan untukmu."

"Ingatlah apa yang kita punya dan kita lalui bersama. Tidakkah kamu merasa bahagia saat itu? Semua yang melihat pun mengatakan tentang keceriaan yang terpancar dari wajahmu saat bersamaku. Benarkah tak ada satu pun jendela yang diam-diam kamu buka untukku?"

"Itu yang harus kamu cari tahu sendiri."

"Tidakkah kamu sadar kalau diam-diam kita sudah berbagi orbit pada kehidupan masing-masing?"

"Kenapa kamu bisa menyimpulkan begitu?"

"Kamu bisa pergi begitu saja dariku, begitu juga aku bisa pergi begitu saja darimu. Tapi kita sama-sama memilih untuk berada di pusat massa yang sama, berbagi kabar dan cerita."

"Lalu kita apa? Sahabat, tidak juga. Kekasih pun bukan."

"Kita ini bagaikan sepasang bintang biner. Terus beriringan walau tak bersatu, yang terkadang bersinggungan orbit menciptakan gerhana yang indah di alam semesta."

"Lalu, sampai kapan kita terus begini?"

"Sampai salah satu dari kita menyerah. Kamu, menyerah untuk menerimaku. Atau aku, menyerah karena sudah habis dayaku."

"Menurutmu yang mana yang datang lebih dulu? Hahaha.."

"Hahaha.. Andaikan aku tahu. Bersenang-senanglah kamu dulu, bermainlah dengan bintang yang lainnya. Ketika kamu merasa cukup akan patah hati dan kesedihan, kamu tahu aku selalu disini mengiringimu."

"Terima kasih."

"Untuk apa?"

"Untuk selalu ada disana."

F I N

CharonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang