"Cinta tidak butuh untuk saling memiliki. Hal yang perlu dalam cinta adalah mengungkapkan"
Aku masih remaja. Banyak hal yang bisa ku lakukan untuk menemui bahagia. Untunglah Tuhan mengirimiku malaikat-malaikat idiot yang biasa disebut "sahabat" bagiku.
Banyak hal yang terjadi dalam usia 14. Baik dalam cinta dan persahabatan. Seperti remaja kebanyakan, aku belum tahu betul tentang apa itu cinta. Aku hanya menjalaninya dan lalu berhenti setelahnya. Aku mencintai tapi bukan cinta yang sesungguhnya. Cinta yang hanya ku katakan di bibir, namun tak ku rasakan dalam hati. Sampai pada saatnya aku terjebak.
Dalam usia yang mulai meningkat, aku mulai beranjak dewasa dengan level 17. Cara mencintaiku sudah berubah. Kali ini aku tidak melakukannya dengan ucapan bibir. Namun hati. Itulah yang menjebakku. Kini yang aku lakukan hanya mencintai dengan hati namun tak pernah mengungkapkan dengan bibir. Aku terlalu sibuk mencintai sehingga aku lupa bagaimana caranya untuk memberitahu orang yang aku cinta itu tentang apa yang terjadi pada hatiku. Usia 17, gengsi masih menjadi halangan terbesarku untuk mengambil resiko. "Aku adalah seorang perempuan" itulah yang selalu ku katakan pada diriku yang seolah memerintah bibirku untuk tetap tertutup. Pikiranku masih bimbang. Dalam otakku, hanya tertulis bahwa ini cinta. Yah, menurutku cinta adalah cinta. Cukup mencintai tanpa ada hubungan juga adalah cinta. Namun hal yang buruk dari itu semua adalah dia yang tidak tahu tentang perasaanku lebih memilih orang yang menunjukkan perasaannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ssssttt. It's Just Love
Non-FictionTulisan tentang berbagai jenis cerita cinta yang paling memilukan