Chapter 16 : Petaka, nih.

6.5K 448 17
                                    

Aku mendengar suara, seseorang mendekatiku. Jantungku berpacu dengan luar biasa, tanganku menggenggam erat pisau kecil yang selalu kuselipkan pada celanaku. Aku tidak dapat melakukan apa-apa lagi, setidaknya aku akan mati seperti seorang kesatriya. Setidaknya, Nick akan bangga padaku, aku bukanlah pengecut seperti yang dikatakan teman-temannya. Dengan tangan yang gemetaran dan sedikit tenaga yang tersisa, aku menantikannya. Aku akan menyerang begitu dia mendekat, lihat saja nanti. Aku mendengar langkah kakinya yang pelan semakin mendekat.
Aku tak berbuat apa-apa kecuali diam tak bergerak, sementara dia semakin mendekat. Menurut tebakanku, dia akan sampai kemari beberapa detik lagi.
Dia mendekat. Langkahnya semakin dekat.
Semakin dekat.
Sangat dekat.

Dan akhirnya, dengan tanpa peringatan aku muncul dari persembunyianku, menyerangnya. Aku melemparinya dengan tanah, berharap aku punya pengalih perhatian. Dia tampak terkejut, aku tidak tau pasti apakah itu akan menggangu penglihatannya atau tidak.
"Hei! Tenanglah!" Katanya, sembari menggapai udara, menyingkirkan debu.
Aku tidak mengatakan apa-apa, hanya menyerbunya. Kuhunus pisauku ke arahnya, tapi dengan cekatan dia menghindar.

Khawatir dia akan menyerangku duluan, kukerahkan seluruh tenagaku untuk menyerang lebih dulu. Pisauku mengenai kulit putihnya, lalu darah mengalir dari lukanya. Aku terkejut.

Terperangah.

Aku pernah melihat darah vampire, tapi darahnya tidak seperti darah yang satu ini.
"Siapa kau?" tanyaku padanya.
"Aku Frezey, tolong.. Tenanglah.." aku akui, dia tidak kelihatan berbahaya.

Dia mencoba menenangkanku, tangannya memberiku isyarat untuk tenang. Wanita ini entah bagaimana terlihat berbeda, wajah putihnya tak sepucat yang lain, dengan rambut putih menyala yang membuatnya mirip boneka barbie milik vania. Jika dia bukan seorang vampire, aku mungkin akan membawanya pulang dan membawanya pada vania, dia pasti suka boneka barbie yang hidup. Matanya mengawasiku, namun aku tidak merasa risih. Perlahan, dia mendekatiku, aku menyiagakan diri, kalau-kalau dia melakukan sesuatu yang tak terduga.

Dia mendekat lagi, lalu tiba-tiba berlutut didepanku, hendak melakukan sesuatu. Terkejut, aku menghunus pisauku lagi. Tapi rupanya wanita ini sudah memperkirakannya, dengan kecepatan vampire-nya, dia menekan tanganku kebelakang, membuatku mengerang kesakitan.

"Kumohon, aku hanya ingin membantumu.. Jangan membuatku jadi orang jahat begini" omelnya.
"Lepaskan aku!" Pintaku sambil meronta-ronta.
"Apa kau bisa melihat tumbuhan di depanmu?" katanya "Ambilah beberapa lembar lalu tempelkan pada lukamu.."
"Apa?" Tanyaku spontan.
"Kau ingin lukamu sembuh atau tidak? Atau kau lebih suka membiarkan lukamu terus berdarah-darah, jadi para vampire akan segera menemukanmu?" dia mengatakannya ragu-ragu.
"Tapi percuma, kau sudah menemukanku, kan?" jawabku.
"Aku tau yang kau pikirkan, tapi aku tidak berniat untuk mencelakaimu" tangannya melonggar, lalu melepaskanku.
"Maaf menakutimu.. Aku tidak bermaksud untuk.. Aku hanya penasaran." katanya lebih ragu-ragu lagi. "Apa kau benar-benar manusia?"

Aku menatapnya aneh, menyipitkan mataku, belum pernah aku melihat vampire sepertinya.
"Ya." jawabku datar.
"Siapa kau? Kenapa kau ada disini?" aku merasa harus mengatakan semuanya, apa itu salah satu kemampuannya? Mengacaukan perasaan? Ah, aku tidak akan menurut.
"Aku Sam, aku tersesat."

***

Frezey's POV
Aku begitu terkejut dengan serangannya, tapi harus kukatakan, dia pria tangguh. Manusia pertama yang kutemui saat aku sudah menjadi vampire.
Pria ini bertubuh atletis, dia menawan dengan caranya tersendiri. Rambut ikalnya yang berantakan membuatnya tampak liar, dengan mata birunya yang menawan. Hanya dengan memandangnya, aku merasakan ketenangan. Andai kami punya kesan pertama yang indah, mungkin aku akan memikirkan untuk menjadikannya mate-ku.

Vampire High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang