2 Tahun kemudian
Mika sekarang sudah lulus dari sekolahnya. Kini ia sudah merasakan bagaimana rasanya memakai toga. Mika sudah bukan lagi seorang mahasiswa. Tapi, dia masih tetap sendiri, tidak ada laki-laki yang menemaninya, karena mungkin ia masih ada rasa kepada pria yang 2 tahun ia temui di salah satu konser di Jakarta. Tapi, entahlah. Mika masih ragu, apakah ia masih mempunyai rasa itu atau sudah hilang. Dia sendiri tidak tahu.
Dengan drees sebawah lutut dengan kerah dan berambut pendek, Mika berjalan menuju suatu kantor. Kantor salah satu penerbit novel terkenal. Ya, sewaktu ia bersekolah di kampusnya, Mika mengambil jurusan sastra. Ia sangat menyukai sastra.
Mika memasuki kantor tersebut dan melakukan wawancara. Setelah kurang lebih 10 menit, ia keluar dengan senyuman yang lebar.
"Yeay, akhirnya.." ucapnya puas di telepon. Yep, saat ini dia sedang menelpon Yuke. Terdengar suara bahagia di sebrang sana dari telepon Mika. Yuke ikut bahagia.
Di hari petama ia masuk kerja, ia mulai mrlakukan aktivitas-aktivitas yang sudah diberikan.
Di saat jam istirahat, ia pergi menuju kantin untuk membeli sesuatu untuk di makan. Mata Mika membesar dengan cepat. 'Itu.. cowok itu'
Cowok berbadan tinggi, bola matanya yang sangat bulat sempurna berwarna hitam, snyumnya yang lebar saat tertawa bersama orang yang ada di sampingnya.
Mika terdiam. Tidak tahu harus apa. Apa ia harus menyapanya? Atau membiarkannya saja? Tapi ia ingat perkataan atasannya kemarin 'Kamu harus pintar-pintar mencari teman disini. Karena, dia sangat berperan dalam aktivitas-aktivitasmu di kantor ini karena pekerjaanmu ini mencakup keseluruhan dari kantor ini.'
Dengan berani ia berjalan mendekati pria itu, tetapi usahanya nihil. Ia tidak berani. Ia melewatinya begitu saja. "Hey, kamu cewek yang jatuh itu ya?" Terdengar suara berat dari arah belakang Mika. Dengan ragu Mika membalikkan badan, "konser?" tanyanya lagi. Perlahan Mika mengangguk dengan malu tapi masih dengan mulut yang tertutup. 'Udah 2 tahun lebih, dia masih ingat denganku? Mustahil.' Tapi kebenarannya? Dia ingat.
"Disini baru?" tanyanya sambil memberi isyarat pada rekannya itu untuk menunggunya di meja.
"Baru kemarin masuk." Mika menyengir.
"Mau duduk bareng?" Cowok itu menawarkan.
Mika diam tak membalas. Apa yang harus ia lakuakan. Ia bingung.
Dengan sedikit sungkan ia menganggukan kepala. "Aku pesen makanan dulu, baru nanti aku nyusul ke meja. Kamu duluan aja," ucap Mika dengan nada bergetar. Mika langsung berlari memesan makanan.
Setelah Mika mengantri untuk mengambil pesanannya, ia pergi ke meja yang sekarang sudah diduduki oleh laki-laki itu.
"Oh, iya. Kita belum kenalan ya. Kenalin namaku Kevin." Dijulurkannya tangan yang penuh otot itu.
"Aku Mika," balas Mika. Keduanya tersenyum manis.
Hari-hari selanjutnya, mereka semakin dekat. Mereka main bareng, mengobrol bareng, nongkrong bareng, makan bareng, segala aktivitasnya dijalani dengan bersama.
Malam minggu, dimana para pasangan kekasih jalan-jalan ke mall atau ke taman, Kevin mengajak Mika menonton film keluaran terbaru di bioskop.
Jam 6.30 Kevin sudah mengirim pesan kepada Mika bahwa ia berangkat menuju rumahnya unruk menjemput Mika. Malam yang sejuk mereka lanjutkan berjalan-jalan di taman setelah menonton. Membeli sosis bakar dan permen kapas.
Mereka duduk di kursi taman yang berwarna biru langit. Pemandangan di taman itu sangat indah pada malam hari. Lampu menyala berwarna-warni. Di sana-sini banyak lampu yang menerangi jalan.
Mika terlihat kedinginan mengingat pakaiannya yang agak tipis. Tapi, apa yang harus dilakukan kevin? Kevin bukanlah seorang yang romantis. Ia tidak bisa meminjamkan jaket kepada Mika, karena ia sendiripun tidak memakai jaket. Akhirnya, ia mengambil tangan Mika dan mengosok-gosokkan tangannya dengan tangan Mika. Itu membuat Mika sedikit tidak merasakan dinginnya cuaca malam hari.
"Kevin?" panggil seseorang dari arah belakang dan itu suara perempuan. Kevin dan Mika berbalik bersamaan untuk melihat siapa yang datang memanggil Kevin. 'Cewek itu?' Mika gemetar. Itu perempuan yang waktu itu ia lihat sedang bergandengan tangan di taman ini dengan pria yang sekarang ada di sampingnya, Kevin.
Kevin bangkit berdiri dan langsung memeluk perempuan itu. "Kamu kemana aja? Aku cariin 2 tahunan kamu ngilang. Gak tau kemana," ujar Kevin sambil memeluk erat perempuan itu.
"Maaf, aku dipaksa pindah ke Vietnam waktu itu oleh ayahku. Dan aku gak sempet ngasih tau ke kamu. Aku berangkat tiba-tiba. Bahkan hpku saja tertinggal di Indonesia," tutur perempuan itu.
Mata mika berkaca-kaca. Badan Mika tegang. Tak bisa bergerak. Keram. Dengan ragu ia memanggil Kevin, "Ke.. kev.. Kevin.." panggil Mika nyaris tak terdengar. Tapi Kevin mendengarnya. Ia berbalik ke arah Mika. Mukanya tiba- tiba kusut.
"Maaf," kata Kevin. Tak ada yang bisa ia katakan lagi. Hanya itu yang bisa ia katakan untuk saat ini.
"Tapi.. kenapa?" tanya Mika dengan suara yang terdengar gemetar, Mika hampir mengeluarkan air matanya.
"Sorry, Mik. Sorry," ucapnya sekali lagi. Mika berlari sekencang mungkin. Ia pulang kerumahnya. Tak peduli dengan sepatu hak tingginya. Ia melempar sepatunya jauh dan lari terus menerus dengan air mata yang terus bercucuran.
*
4 Tahun kemudian
"Tapi kenapa harus jodoh jodohan segala, Pah!?" kata Mika sedikit membentak kepada ayahnya.
"Ini yang terbaik. Ingat, umurmu sudah cukup untuk memberi ayah cucu. Tapi kamu? Kamu malah sibuk dengan pekerjaanmu!" bentak ayahnya. Suasana menjadi hening. Tak ada pembicaraan lagi antara ayah dan Mika. Mika menundukkan kepalanya.
"Baiklah, jika itu mau ayah. Aku akan turuti." Ayah menarik napas lega. Mika langsung keluar dari kamar ayahnya.
Ayahnya menyuruh Mika untuk bertemu laki-laki itu untuk hanya sekedar makan malam bersama keluarganya,tentu saja dengan keluarga Mika.
'Ternyata, tidak buruk juga. Dia baik, berpendidikan, tulus, pekerja keras, dan tinggi. Pas,' pikir Mika.
Akhirnya, Mika berjalan dengan laki-laki yang sudah dijodohkannya itu oleh ayahnya. Seru, asik, tidak bosan, dan dia pandai membuat lelucon. Mika menyukai itu. Itu membuat suasana antara mereka menjadi tidak canggung.
Mika tidak salah menerima laki-laki ini. Lebih baik dari Kevin. Lebih enjoy. Mika mulai terbiasa dekat dengan dia. Mikapun dekat dengan kedua orang dari kekasihnya dan adik perempuannya. Kadang -kadang Mika menemani adik perempuan kekasihnya itu tidur mengingat Mika adalah anak tunggal, tak punya seorang adik ataupun kakak
END...
KAMU SEDANG MEMBACA
Percayalah
Teen FictionI made this story for march event WHI-25. Terinspirasi dari lagu ecuotez "PERCAYALAH" Song - fiction *** Kisah seorang gadis yang menyukai seorang pria yang ia temui di salah satu konser. Tapi, impian gadis itu hilang, gadis itu sudah terlanjur put...