Sekarang aku dan anakku sudah berdiri di bandara ahmad yani semarang, suasana ramai dipenuhi hiruk pikuk disini membuatku kurang nyaman, entahlah aku hanya merasa suatu-waktu Erza tiba-tiba datang dan membuat perhitungan denganku.
Aku segera mengenyahkan pemikiran absurd itu. Lalu menyeret langkah menuju halaman bandara dan langsung menghentikan langkahku saat melihat seseorang memegang papan nama dengan namaku yang tertera tepat di sana, siapakah orang ini? Aku akin aku tidak memiliki kenalan di semarang, tapi tunggu dulu dalam papan nama itu tertulis nama Lina, mungkinkah dia orang suruhan tante sarah? Aku tidak akan mengetahuinya jika aku masih berdiri di sini.
Dengan bermodal nekat aku mendekati pemuda itu, aku berdehem di depannya, pemuda itu mungkin lebih muda beberapa tahun dibawahku.
"maaf apakah anda menjemput saya?" tanyaku dengan hati-hati
"nama kamu Lina?"
"emm iya"
"berearti aku memang harus menjemput kamu"
"tapi anda siapa ya?" tanyaku hati-hati.
"aku keponakan tante Ratna yang kebetulan sedang menempati rumah tante Ratna selama aku kuliah disini, kenalkan namaku Reno" ujar pemuda itu lalu mengulurkan tangannya. Aku bingung dulu aku mungkin akan dengan senang hati menerima uluran tangan pemuda tampan di depanku, tapi sekarang aku sudh berubah dan lagi pula aku masih berstatus istri orang.
"namaku Lina" kataku pada akhirnya menangkupkan tanganku di depan dada, pemuda itu terlihat salah tingkah membuatku merasa bersalah.
"ah kalau gitu mari kita ke mobil aku, aku akan menganta kamu ke rumah tante Ratna"
Pemuda itu membawa tas tanganku yang hanya berisi beberapa helai pakaian, lalu aku berjalan di belakangnya, aku tidak tau kenapa aku bisa ditolong orang sebaik tante Ratna, beliau bahkan mau repot-repot menyuruh pemuda ini menjemputku. Aku tidak tau bagaimana caraku membalas semua perbuatan baik itu.
Mobil yang dikendarai pemud itu berjalan membelah kota semarang, yang sangat terik di siang hari seperti sekarang. Aku menikmati pemandangan di luar jendela sebelum suara anakku menginterupsi kegiatanku, aku segera mengambil susu botol dari tas tanganku lalu memberikannya pada anakku.
Untunglah Nino tidak rewel, sehingga dia langsung teridiam ketika bibir mungilnya mengecap dot dalam botol susu itu, aku tersenyum dan membelai rambut putraku, sejujrunya badanku masih sangat sakit, kecelakaan kemaren masih meninggalkan banyak memar di beberapa badanku, dan hari ini aku harus menempuh perjalanan menggunakan pesawat selama kurang lebih satu jam.
Sedikit bergerak saja, rasa nyeri langsung menjalar ke seluruh persendianku. Tapi melihat wajah ceria anakku rasanya semua rasa lelah dan sakit itu menguap seketika. Ya Allah terima kasih atas hadiah yang telah kau percayakan padaku. Aku akan menjaga anakku dengan segenap hhatiku, meskipun aku harus membanting tulang untuk menghidupi kami, aku rasa itu lebih baik daripada aku hidup dalam kemewahan tapi hanya membuat perasaanku sebagai seorang wanita dan istri terluka.
Tangan nino menggapai pipiku, seolah-olah ikut menenangkanku dia bayi yang pintar aku sangat bersyukur karena itu. Meskipun dengan melihat wajahnya aku selalu mengingat Erza tapi Nino merupakan anugerah terindah dalam hidupku. Aku melepaskan dot dari mulut putraku lalu menimangnya sayang, aku melihat keluar sepertinya kita masih terjebak di lapu merah, di depanku terdapat fly over yang sepertinya masih baru.
"disini sering macet juga Ren?" tanyaku, aku tau sebagian kota besar pasti macet tapi aku tidak menyangka semarang juga macet seperti ini, meskipun tidak separah jakarta.
"iya mbak, walaupun Cuma di titik-titik tertentu dan di jam tertentu, tapi kalau disini memang hampir setiap waktu macet karena pertemuan dari beberapa arah" jelas pemuda di belakang kemudi itu.
"aku baru tau kalau semarang bisa sepanas ini, padahal aku kira semaran daerah gunung" gumamku lebih pada diriku sendiri tapi sepertinya Reno mendengarnya.
"wah semarang sekarang memang tidak jauh berbeda dengan kota besar lainnya mbak, tapi kalau malam di semarang lumayan dingin tapi di daerah tembalang terutama. Tempat para mahasiswa" jawab pemuda itu terkekeh.
"aku kira semarang kota yang sejuk, tapi melihat pembangunan dimana-mana tidak heran juga sih kalau semarang panas, tapi tentu tidak banjir kan disini Ren?"
"wah mbak nggak tau saja, ada beberapa daerah di semarang banjir terutama daeerah di sekitar pelabuhan, yang paling serign menjadi sorotan ya Stasiun tawang mba, hampir setiap hujan stasiun tawang pasti terendam banjir"
"benarkah? Tapi tempat tinggal tante Ratna tidak banjir kan?"
"tenagn saja untuk itu mba, Rumah tante Ratna kebetulan berada di daerah aman banjir, meskipun beberapa daerah sekitarnya tidak luput dari banjir juga"
Mobil yang aku tumpangi membelah kemacetan dan bergerak maju, mobil ini terus lurus, aku kemabli menikmati pemandangan yang tercipta di depanku, tak berapa lama mobil berbelok ke sebelah kiri lalu terus melaju dengan kecepatan sedang, daerah yang kami lewati tidak terlalu panas dan masih ada beberapa pohon yang berjejeran.
Lalu mobil berhenti di lampu merah tapi tak berapa lama mobil kembali bergerak ke kanan, saat tepat mobil akan berbelok ke kiri aku melihat bangunan megah di depanku, bangunan yang didominasi dengan warna merah, dengan gerbang dihiasi ular naga diatasnya itu terlihat sangat indah.
"itu apa Ren?" meskipun aku bisa melihat dari namanya tapi aku penasaran.
"oh itu Sam Poo Kong kak, kelenteng terbesar di semarang, juga menjadi salah satu obyek wisata yang digemari di kota ini, kakak mau mampir?" tawar Reno
"tidak lain kali saja, kasian Nino." Jawabku, Reno hanya mengangguk dan melajukanmobilnya dengan santai.
Kami berhenti lagi di lampu merah, sepertinya banyak sekali lampu merah yang harus kami lewati, lallu berbelok ke sebelah kakan aku melihat bangunan yang baru saja aku lewati terpampang megah rumah sakit yang menjadi rumah sakit terbesar di semarang.
Mobil reno berbelok ke sebelah kiri lalu terus lurus, dan tidak berapa lama mobil harus kemabali berhenti di lampu merah, di depan aku lihat perempatan yang lumayan besar tepat di sebelah kiriku sepertinya markas besar polisi, saat lampu berubah hijau mobil Reno lurus ke depan, saat di sebuah pertigaan dan terdapat taman sangat kecil di sebelahnya yang bernama taman singosari Reno berbelok ke sebelah kiri. Lalu meobil belok lagi ke sebelah kiri dan berhenti tepat di sebuah rumah sederhana tapi terlihat apik dan indah.
Reno membukakan pintu, aku turun bersama Nino dan menghirup udara semarang, dan tersenyum dalam hati aku berucap 'disinilah aku akan memulai kehidupan baruku, tanpa keluarga dan tanpa suami. Semoga semuanya berjalan lancar amiin' setelah itu aku segera mengikuti Reno masuk kedalam rumah itu.
iles.wR_G]
YOU ARE READING
Second Chance (Valina's Story)
RomanceAku hanyalah wanita biasa dengan masa lalu penuh noda, aku hanya sedang dalam proses memperbaiki diri, lebih mengenal agama, mengubur semua dosa dan kesalahan yang telah aku perbuat di masa lalu. Tapi kenapa kau datang dan memaksakan kehadiranmu? Ke...