Berdiri di balkon kamar sambil menyeruput segelas coklat panas di tangan kananku. Memandang bintang diatas sana mengingatkan aku pada seseorang. Salsha. Dia kakakku.
"malam kak? Apa kabar lo disana? Baik baik aja kan? Gue juga. Jadi kangen sama lo.. Kangen tidur bareng lo. Dateng ke mimpi gue ya"
Tersenyum menatap bintang di atas sana seperti menatap salsha. Dia kakakku yang pergi dua tahun silam. Meninggal lebih tepatnya. Bertengkar dengan kekasihnya, membuat Salsha berlari menghindari kekasihnya,dan tanpa di duga kecelakaan itu terjadi. Itulah sebabnya aku menjadi pribadi yang kurang dekat dengan pria, terkecuali Papa. Oh iya aku Steffi, Kini aku sedang menjalani hidupku sebagai desainer sekaligus pengusaha dari suatu butik ternama di Jakarta. Banyak pria yang mendekatiku namun aku memilih menjauhi mereka. Itu semua karena trauma ku atas pengalaman kakakku. ((Skip))
Aku mengisi pagi ku dengan secangkir kopi di sebuah coffee shop di dekat butik. Caffe lattee, itulah yang selalu ku pesan setiap aku kesini bersama salsha. Terkadang kami bercanda tawa disini, menghabiskan waktu kami berdua. Dan sekarang aku kesini hanya sendiri, duduk dan termenung kadang juga mengerjakan desain ku yang belum siap atau memandang ramainya jalanan Jakarta baik pagi,siang,sore atau bahkan malam.
Saat aku sedang melamun, seseorang menegurku dan membuyarkan lamunanku.
"Permisi, boleh saya duduk disini?" Tanya pria tersebut.
"Silahkan" jawabku singkat. Tak perlu berlama-lama dia langsung duduk dan menikmati kopinya.
"Maaf, boleh tau nama anda?" Tanyanya lagi.
"Hmm nama saya steffi. Steffi zamora. Anda?" Tanyaku basa basi.
"Iqbaal. Iqbaal dhiafakhri"
Tak lama setelah perkenalan itu, perbincangan kami semakin hangat dan terasa akrab. Iqbaal orang yang menarik. Dia adalah seorang fotografer di salah satu majalah terkenal. Maka itu topik perbincangan kami tak beda jauh.
"Maaf baal, aku harus pergi sekarang. Mau ngurus butik dulu" pamitku.
"Silahkan. Oh iya boleh aku minta nomor telepon atau kontak kamu yang bisa dihubungin? Mana tau baju-baju kamu bisa di pake sama model aku.."
"Nih" ku ketik nomorku pada ponselnya.
"Makasih. Selamat bekerja" dan aku membalas dengan senyum lalu keluar dari coffee shop itu.
((Skip))
Keluar kamar mandi sambil mengusap-usap rambutku dengan handuk, terdengar bunyi dari ponselku.
"hai steff ini iqbaal, simpan nomor aku ya"
Itu dari iqbaal.
"Iya baal"
"Lagi ngapain steff?"
"Baru selesai mandi nih"
"Oohh..Udah makan?"
"Udah kok" saling mengirim pesan singkat, perbincangan kami tak kalah seru dari yang tadi pagi. Sungguh aku baru menyadari bahwa aku telah dekat dengan seorang pria. Dan rasanya berbeda. Aku tidak menolak iqbaal sebagai temanku. Aku mulai dekat denga pria. Iya pria.
YOU ARE READING
DESTINY
Fanfiction"Takdir merupakan cerita yang tertulis dari Tuhan. skenario yang tak dapat di ubah melainkan di terima"