My Idiot Love Story

101 3 0
                                    

Bagian 1:

Malam itu hujan turun deras banget, aku jadi kepikiran biasanya saat-saat kaya gini Alex datang berkunjung. Siapa sih yang nggak keal Alex? Anak cowok tante Dian yang tampan dan populer. Tapi anehnya Alex selalu datang ke rumah setiap hujan-hujan kaya gini. Aneh kan? Apalagi aku yang harus nangkring di sofa dan tiduran kaya anak terlantar.

Tiba-tiba suara ketukan pintu terdengar, ah itu pasti dia. Baru juga di omongin udah kaya makhluk gaib aja. Dengan ragu aku turun dari sofa dan membuka pintu, ah bodoamat si Alex, palingan ia mampir minta makan aja, trus langsung pulang.

Belum sempat aku mengatai cowok itu lagi, senyumannya udah terpampang didepan mukaku, senyum manisnya dengan lesung pipitnya yang terlihat jelas. Harus aku akui, dia memang tampan dan selalu begitu.

"Hai momo jelekk," katanya masih dengan senyuman tidak sadar apa aku sudah melihatnya tajam-tajam, kebiasaan deh dari dulu aku di panggil momo terus, momo? Coba kurang jelek apa itu nama? "Tante Rina mana?" Tanyanya melongokkan kepalanya kedalam.

"Masih diluar kota," jawabku malas.

"Loh kamu sendirian? Wah kebetulan sekali," katanya, apa coba maksudnya kebetulan sekali, oh jadi kebetulan gitu dia datang saat rumah lagi sepi begini? Ih! ,"masak apa?" Tanyanya lagi.

"Sambel tempe," jawabku garang. Tiba-tiba ia langsung nyelonong masuk, melepas jaket jinsnya dan menyampirkannya ke sofa.

"Siapin buat aku ya, nggak pake lama" Alex nyengir kuda. Emang aku ada tampang pembantu gitu? Enaknya main suru aja. Tapi aku langsung masuk kedalam, sudahlah malas kalau debat dulu sama Alex, nggak jelas orangnya.

----------------------------------

Aku goreng tempe aja sekarang, sebenarnya mama udah masak tadi pagi, rawon daging empal dan sambel goreng, enak banget kan? Sayang kalau di sajikan buat si Alex. Terserah deh mama biasanya masakin dia makanan, soalnya kan dia tinggal sendirian di apertemennya yang juga deket dengan kampus. Jadi mungkin itu sebabnya ia sering mampir ke rumah buat numpang makan aja. Aku goreng tempe yang sudah aku iris tipis banget, biar tampak seperti keripik, tanpa aku beri garam gitu. Kan sayang garamnya kalau di sajikan buat Alex. Kok aku jadi sewot sih sama itu orang? Aduh dia sih datang malam-malam.

Terus Aku goreng lagi sambal ulekan yang di buatin mama tadi sore, tau ah kalau rasanya bakalan ancur. Mungkin si Alex bakal berhenti datang ke rumah lagi. Tiba-tiba wajah Alex nongol dari pintu dapur, mengagetkanku, untung aja ni sambel nggak aku lempar ke mukanya.

"Lama banget, mo" adu nya, bikin aku geregetan.

"Emang ada gitu gratisan yang bisa cepet?!" Tanyaku.

"Ck sombong banget, mau dibayar berapa emangnya?"

Aku melihatnya sebentar, "kamu bawa uang berapa?" Tanyaku. Dia melihatku sejenak lalu mengeluarkan dompetnya, menghampiriku, sebenarnya aku cuma becanda sih.

"Lima ratus ribu, cukup?" Tanyanya, lalu aku melihatnya, agak lama kali ini, menimbang-nimbang sikapnya itu, serius lima ratus ribu? Kan lumayan buat beli buku baru besok, hehe

"Boleh, taruh aja disana," aku menunjuk mangkuk kosong dengan daguku, ia mengikutinya sebelum kemudian melihat dengan kening berkerut, tiba-tiba tangannya bergerak memberantakin rambutku, aku sampe tersentak.

"Dasar mata duitan," katanya lalu memasukan uangnya lagi ke dompetnya. "Jangan peras om ini ya," apa katanya?! Om?! Sedeng kali ini orang!

-----------------------------

Aku melihati Alex makan, aku nggak tega ngeliat dia makan tempe aja, yaudah aku keluarin rawon bikinan mama terus aku sajikan padanya. Alex beberapa kali melihatiku kemudian tersenyum lebar, kadang juga bertanya "kamu nggak ikut makan juga?" Tanyanya lembut, dan aku hanya bisa menggeleng. Hingga ia menghabiskan suapan terakhirnya. "Wahh kenyang sudah," katanya lega sembari memutar-mutarkan telapak tangannya pada perutnya itu. "Terimah kasih," katanya lagi dengan senyuman lebarnya.

Aku hanya sewot, "sudah pulang sana, bisa bahaya kalau mama ngeliat aku berduaan sama cowok," kataku.

"Aku kan saudaramu, tenang aja," katanya kemudian berdiri, "ngomong-ngomongini kamarmu kan?" Tanyanya, tanpa menunggu jawabannya sudah nyelonong masuk.

"Eeeeehhh!!" Aku menjerit dan menyusulnya, tidak sopan masuk ke kamar cewek kaya gitu, dasar Alex gila.

"Wah wah wah, ini kamar atau kandang ayam?" Tanyanya, maksudku hinanya, ngapain ngehina kamarkuuu,, huu "bau apa ini?" Tanyanya lagi.

"Tai ayam," jawabku dan dia tertawa.

"Bener bener," katanya angguk-angguk. Tak lama ia sudah membaringkan tubuhnya yang tinggi itu keatas ranjangku, menindih boneka-boneka yang kecil dan tak berdaya.

"ALEXX PULANGGG!" jeritku kemudian, "pulang lex!!" Aku langsung menarik tangannya sampe ia berdiri, "sekarang!!" Kataku lagi tepat didepan mukanya.

"Iya momoo, aku pulangg, pelit amat sih," katanya kemudian, aku mengikuti langkahnya ke pintu keluar, "pulang dulu ya, adikku sayang," katanya sembari menepuk puncak kepalaku beberapa kali, aku langsung menyingkirkan tangan beratnya itu.

"Jangan balik!" Kataku kemudian membanting pintu dengan kesal, bodo amat dibilang nggak sopan, atau nggak tau etika yang penting Alex sudah pergi. Ho ho ho

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 26, 2014 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My Idiot Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang