First Time

68 9 3
                                    

Mobil yang ditumpangi Abelio Exxa Sudardja memasuki kawasan rumah mewah di kota Ziendham. Abelio mencoba bersikap tenang. Sesaat lagi Abelio akan bertemu dengan saudara-saudara-nya yang selama ini terpisah selama dua puluh satu tahun dengannya. Jack Colbert Pfakio itulah nama pria yang duduk disampingnya. Jack sejak tadi berbicara terus menerus kepadanya, memberikan intruksi yang harus diikuti olehnya setibanya nanti ia bertemu dengan saudara-saudara-nya. Ia tidak begitu mendengarnya dengan seksama ucapan Jack tersebut.

"Tuan Muda ketika anda memasuki rumah nanti, cobalah bersikap setenang dan sesopan mungkin," tutur Jack memberikan penjelasan pada Abelio.

Abelio hanya mengangguk, mengerti.

Abelio tanpa sadar menekan tanganya di bagian paha kakinya masing-masing. Dirinya merasa tegang. Ia sangat gugup karena harus berada disituasinya sekarang. Seketika ia teringat ucapan ibu/bapaknya.

"Nak, kamu baik-baik ya disana. Jangan lupa makan, jaga kesehatan. Bersabar ya nak, mungkin rencana tuhan memang seperti ini. Maafkan Ibu/Bapak bila selama ini tidak jujur padamu dan maafkan ibu/bapak apabila selama ini mempunyai kesalahan padamu."

Air matanya hampir saja terjatuh mengingat betapa sayang kedua orang tuanya tersebut kepadanya. Pelukan hangat dari merekapun masih terasa ditubuhnya sesaat sebelum ia mengucapkan salam perpisahan. Tidak pernah terpikirkan olehnya bahwa ia harus jauh dari mereka. Berat hatinya meninggalkan orang tua yang selama ini merawatnya. Tetapi keadaan mengharuskan ia untuk pergi.

"Tuan Muda kita telah sampai di kediaman keluarga Sudardja. Kakak-kakak anda telah menunggu anda di dalam," tutur Jack yang telah membukakan pintu untuk Abelio.

Abelio risih dengan perlakuan yang diterimanya. Selama ini ia selalu hidup sederhana, pergi ke ladang, memancing ikan, atau sekedar menikmati sore ditemani secangkir kopi sambil mengobrol dengan bapaknya. Tetapi kini semuanya berubah, perlakuan yang diterimanya kini berubah 180˚. Sebelumnya ia sudah berbicara kepada Jack untuk memperlakukannya seperti biasa. Tidak perlu memanggilnya Tuan Muda ataupun membukakan pintu mobil seperti sekarang. Tetapi Jack menolaknya. Jack bersikeras bahwa itu adalah tugasnya untuk memberikan pelayan yang terbaik untuk majikannya. Apalagi pesan dari kepala keluarga Sudardja sebelumnya masih terngiang di kepala Jack.

Abelio turun dari mobil Rolls Royce yang ditumpanginya. Ia sempat terpesona dengan keiindahan rumah ini. Taman kecil dengan bunga-bunga indah menghiasi rumah mewah ini. Air mancur dengan patung seperti peri kecil di sebelah kanan dan kiri terlihat indah dengan ukirannya yang sempurna. Namun yang membuat kagum dirinya adalah rumah yang akan dimasukinya. Rumah ini sangat besar, lebih besar dari semua rumah yang pernah ia lihat.

Abelio berjalan diiringi Jack dibelakangnya. Di depan pintu masuk kediaman keluarga Sudardja telah berdiri satu orang pria dan satu orang wanita.

"Selamat datang Tuan Muda," ucap mereka melihat Abelio yang telah berdiri di depannya.

Pria dengan jenggot panjangnya maju mendekati dan membungkuk pada Abelio. Ia bingung harus berbuat apa. Ketika pria itu membungkuk tanpa sadar ia ikut membungkuk. Namun sebelum Abelio melakukannya, bahunya telah disentuh pelan oleh Jack yang berada di belakangnya.

"Perkenalkan nama saya Wolfi Lafoqa Aurillius. Anda bisa memanggil saya dengan Wolfi. Saya adalah kepala pelayan di kediaman keluarga Sudardja. Sedangkan di samping saya..."

Wanita yang disamping Wolfi langsung membungkuk. "Perkenalkan nama saya Nisqalia Hasia. Anda dapat memanggil saya Qalia. Saya adalah asisten dari kepala pelayan keluarga Sudardja."

"Kakak-kakak anda sudah menunggu anda di dalam. Sebaiknya Tuan Muda untuk cepat menemui mereka," ujar Wolfi yang sudah siap membukakan pintu masuk kediaman keluarga Sudardja untuk Abelio.

A B E L I OTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang