Matahari mulai mengintip dari sebelah Timur, sinar-sinar orangenya mulai masuk menembus salah satu jendela kamar gadis yang tertidur pulas, bahkan saking pulasnya kaki dan kepala gadis itu sudah berpindah posisi.
Denting jam dinding menjadi pengisi suara dikamar yang sunyi, selang beberapa menit denting itu berubah menjadi suara nyaring.
Gadis itu mulai menggeliat namun matanya enggan mengintip, mata bulat itu masih tak rela untuk terbuka. Sedikit merangkak kearah nakas gadis itu meraih sesuatu, Jam Weker. Dengan seperempat nyawa yang mulai terkumpul gadis itu melempar jamnya kearah dinding. Jam weker tadi terbelah menjadi dua, puing-puingnya menyatu dengan serpihan sisa jam weker beberapa hari yang lalu, kira-kira ada 4 bangkai jam weker yang sudah tak berbentuk disana.
"MAMA, DIKAMAR KAK NARA ADA SUARA JAM YANG DIHANCURIN LAGI!!"
Mendengar suara adik kecilnya mulai mengadu, Gadis yang dipanggil Nara buru-buru membuka matanya. secepat kilat, ia beranjak dan menyambar handuk yang tergantung di dinding kamar.
Derap langkah terdengar dari luar kamar Nara, segera ia masuk kedalam kamar mandi dan menyalakan kran air. Alasannya hanya satu, Agar suara melengking dari omelan Mamanya tak membengkakkan telinga.
Sayup-sayup masih terdengar ocehan mamanya dari luar kamar mandi, "Lama-lama kamu bisa bikin mama bangkrut kalau begini terus!"
Nara terkekeh, mungkin kebiasaan melempar jam weker memang sulit dihilangkan. Ia benar-benar benci bila digangu pada pagi hari, merutnya pagi itu bukan waktunya untuk beraktivitas, melainkan waktu beristirahat untuk yang keduakalinya tentu saja setelah malam.
Ketukan dipintu kamar mandi membuat Nara terkejut refleks ia menyambar knock pintu dan menahannya, dengan harap-harap cemas Nara berdoa semoga saja mamanya tak menyerang hingga kedalam kamar mandi.
Terdengar ketukan lagi. Mau tak mau Nara harus menjawab "Apa ma? Nara lagi mandi." Nara berjalan pelan kearah shower, ia menyalakannya dan mencoba membuat suara percikan, berharap semoga saja Mamanya akan percaya seperti hari-hari kemarin.
"Rapihkan kamar kamu, habis itu kebawah sarapan dulu."
Setelahnya terdengar derap langkah menjauh, Nara menghela nafas lega.
♣♣♣
Gadis manis berkuncir kuda itu berlari menuruni tangga, Tangan kanannya mencoba memasang dasi di seragam SMA sedangkan tangan kirinya sibuk menyeret tas ransel Panda yang baru saja ia beli di Stradivarius satu minggu yang lalu.
Kebiasaan buruk bangun siang dan kebiasaan buruk mandi seperti putri kerajaan, membuat Nara selalu terlambat pergi kesekolah. Padahal puluhan Stock Jam weker telah disiapkan, berharap Nara akan berubah dan menjadi lebih disiplin lagi. Namun sayang, harapan hanya harapan, karena jam weker manapun yang berani berdering dipagi hari akan tamat terbelah menjadi puingan ditanga kejam Nara.
"Mah kak Nara pasti kesiangan lagi ya?" Ocehan Bintang langsung mendapatkan delikan sebal dari Nara.
Nara menghampiri Bintang lalu dengan gesit menyambar susu yang sedang ditengguk adiknya, "Diem lo Bimbim!" Nara menengguknya rakus, setelah dirasa habis Nara menyodorkan gelas susu yang sudah kosong kearah Bintang.
"Mama kak Naranya!!"
"Nara ... kamu apain adik kamu?" Tatapan tajam Mama membuat Nara tak dapat berkutik. Nara menghempaskan bokongnya dan duduk disebelah Bintang.
Bintang adalah adik semata wayang Nara. Gadis kecil berambut panjang yang selalu mengibarkan bendera peperangan kepada Nara, bahkan untuk hal sepele sekalipun.
Tin
Tin
Suara klakson dari luar rumah membuat Nara buru-buru keluar sambil membawa roti dan tasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Keep Away
Short Story"Lo bayangin deh Fir, kalau gue jadian sama Abil pasti gue cocok banget kan sama dia?" Ucap Nara berbinar-binar. "Bentar-bentar Abil itu cowok dingin dan Nara bawel. Abil itu cuek dan Nara perhatian. Abil itu pinter sementara Nara bego. Abil itu J...