M A S I H C I N T A.

549 35 26
                                    

Tik. Tik. Tik. Waktu berdetik. Tak mungkin bisa kuhentikan. Maumu jadi mauku. Pahit pun itu Ku tersenyum.

"Kita. Putus"

Dua kata, dengan makna menyakitkan. Dua kata, yang diucapkan dengan tatapan datar. Dua kata, membuatku bagai tak bernyawa. Dua kata, dia ucapkan dengan santai di hadapanku. Dua kata, yang menjawab pertanyaanku atas segala sifatnya akhir-akhir ini. Membuat senyum hangatku seketika luntur.

Aku menatapnya, meminta penjelasan atas apa yang ia ucapkan.

"Kenapa?" Tanyaku dengan suara lirih menahan tangis, aku telah dapat merasakan mataku yang memanas.

"Kita udah beda". Sekali lagi, kata demi kata yang ia ucapkan sukses membuat hatiku sangat sakit.

"Lo sama gue, udah ga bisa lagi bersama. Kita. Sudah. Beda". Lo-gue, panggilan yang tak pernah dia ucapkan lagi setelah kita resmi berpacaran kala itu. Namun, sekarang ia menggunakannya lagi.

"Beda bagaimana yang kamu maksud?". Tanyaku lagi dengan suara yang semakin lirih dan mata yang mulai berkaca-kaca.

"Ya. Intinya kita udah beda. Gue ga sanggup lagi ngejalanin hubungan ini dengan keadaan yang kita udah beda!" Ucapnya sedekit berteriak membuat pengunjung di cafe yang kami tempati sedikit melirik ke arah kami.

Aku hanya diam tak mampu membalas kata-katanya lagi. Yang aku tahu, ia berbohong. Sangat jelas terlihat dimatanya, bahwa semua yang ia katakan adalah kebohongan besar.

Aku hanya dapat tersenyum getir melihat ia berbohong.

"Udah jelas kan? Kita udahan mulai hari ini!" Katanya sambil tersenyum remeh menatapku.

"Ya." Jawabku lirih sambil memasang senyum hangat untuk menutupi kesedihan bercampur kekecewaan yang sebenarnya.

"Cih." Ia berdecih,lalu pergi meninggalkanku di cafe seorang diri, ditemani dengan kesedihan yang amat dalam.

Aku tak apa-apa. Yang bisa aku lakukan hanya menuruti kemauannya, walau pahit untukku. Namun, aku tetap akan menurutinya. Karena aku terlalu Mencintainya.

Kamu tak tahu rasanya hatiku. Saat berhadapan kamu.

Esok harinya, aku memandang wajah lusuhku di depan cermin. Aku meringis melihat wajahku yang menyeramkan.
Mata bengkak dan merah, rambut acak-acakan, bibir pucat.

Demi Tuhan, aku tak sanggup menahan rasa sakit yang dia  torehkan di hatiku, tapi aku tetap harus kuat bukan? Aku harus menunjukan kepadanya bahwa aku bisa bahagia tanpanya.

Sekali lagi aku menatap cermin, menatap wajah menyeramkanku. Lalu setelahnya aku memutuskan untuk mandi, dan langsung berangkat.

Sesampainya di sekolah, aku segera berjalan menyusuri koridor sekolah, melewati setiap kelas yang terlihat masih sepi. Aku terus berjalan dengan menunduk hingga tanpa aku sadari aku menabrak Dada bidang seseorang.

"Hati-hati kalo jalan"

Orang itu tersenyum, tersenyum manis.

"Sorry"

Lagi, orang itu tersenyum.

"Permisi"
Aku memutuskan untuk kembali berjalan ke kelasku, meninggalkan orang itu sendirian.

Keadaan kelas saat aku sampai masih sangat sepi, hanya ada beberapa anak rajin yang sedang sibuk dengan kegiatannya.

"Lyla!" Aku menoleh ke arah orang yang baru saja meneriaki namaku.

[ OS ] Masih CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang