Bab I

58 6 6
                                    

Apakah kau tahu, jika kau sanggup menciptakan 1000 buah bentuk bintang atau burung dari kertas origami, semua permintaanmu akan terkabul?

Oh, benarkah?

Aku juga tidak yakin. Tetapi, apakah kau percaya?

---

Tidak jarang manusia berlalu lalang di pinggiran jalanan kota pada Minggu sore ini. Siapa yang tidak ingin melewatkan suasana sore hari yang cukup menyegarkan di akhir pekan seperti ini? Mengingat dalam beberapa jam ke depan, setiap insan harus melakukan kembali kegiatan yang telah ditakdirkan untuk menjadi aktivitas mereka setiap harinya. Dan akan sangat disayangkan jika keadaan sore hari seperti ini akan terlewatkan begitu saja. Mengingat bulan ini sudah mulai memasuki musim dingin, dan akan sangat jarang matahari memunculkan wujudnya tanpa malu, serta udara dingin sedikit mengalah pada udara yang dihasilkan oleh sang matahari.

Termasuk gadis manis ini. Ia melangkahkan kakinya ringan di pinggiran jalanan kota, berbaur dengan para pejalan kaki yang berjalan sama sepertinya, ringan dan santai. Tak jarang juga ada yang berjalan terburu-buru bahkan ada yang berlari.

Dengan kaos berwarna putih yang bertuliskan I'm me, celana jeans berwarna biru dongker, rambut hitam yang selalu diikat kuda, sepatu kets biru tua yang membalut kakinya, dan kacamata minus yang memiliki ukuran yang cukup besar sehingga membuatnya seperti gadis cupu dan pendiam disetiap pasang mata yang melihatnya. Ditambah dengan kebiasaan berjalannya yang selalu melihat ujung sepatunya.

Oh! Dan jangan lupakan juga tas selempang yang melekat pada dirinya. Sebenarnya, jika kau memiliki kebiasaan melihat secara teliti keadaan sekitarmu, maka kau akan menemukan sebuah ukiran di salah satu sudut tas berwarna biru muda itu. Sebuah ukiran nama.

HyuRa.

Lengkapnya Do Hyu Ra. Nama sang gadis cupu nan pendiam ini. Langkah gontainya membawanya ke suatu tempat yang bertuliskan The School Life tepat di atas pintu masuk bangunan tersebut.

Kling!

Tangan mungilnya membuka pintu kaca bangunan tersebut sehingga menimbulkan bunyi yang memang sengaja diciptakan untuk menandakan bahwa ada seseorang yang memasuki tempat tersebut. Pandangannya langsung bertemu dengan jejeran rak buku yang begitu banyak. Kakinya melangkah dengan santai menyusuri setiap rak-rak buku yang berjejeran disana. Ia mulai menelusuri rak buku yang bertuliskan Bahasa, lalu berbelok ke arah kumpulan buku bertemakan Sejarah, dan berhenti sejenak saat ia berbelok lagi dan menemukan kata Novel.

Mata yang memiliki pupil berwarna coklat tua tersebut terlihat berbinar-binar seraya langkah kakinya terus menyusuri rak buku yang bernuansakan cerita fiksi tersebut. Tangannya tidak segan-segan menunjuk salah satu buku dan bibir kemerahannya bergerak membaca judul buku yang ditunjuk oleh tangannya sendiri.

Setelah membaca beberapa judul novel yang dipikirnya menarik, Hyura menarik salah satu ujung novel itu dan membebaskannya dari himpitan novel yang lain. Begitu seterusnya, hingga tangan kirinya mengangkat beban 5 buah novel dengan judul, sampul, penulis, dan cerita yang berbeda.

"Semoga nilaiku tidak menanjak turun jika aku membaca semua novel ini," gumam Hyura.

Hyura menggerakkan kakinya melangkah ke arah meja kasir yang terletak di sudut kiri dan terletak tidak jauh dari pintu tempatnya masuk tadi. Ketika sampai di depan meja kasir, retina matanya tidak sengaja menangkap bayangan sebuah benda berbentuk persegi yang terbungkus plastik dengan rapi.

Seketika Hyura teringat akan percakapan yang tidak sengaja ia curi dari teman sekelasnya tempo hari. Tanpa berpikir panjang, Hyura memungut benda itu dan menyerahkannya kepada penjaga kasir.

"Semuanya berjumlah 53000won," ucap penjaga kasir.

Hyura membuka tasnya dan mencari sesuatu di dalamnya. Mengeluarkan benda berbentuk persegi panjang bernuansa hitam dan putih, membuka benda tersebut, dan mengeluarkan beberapa lembar won lalu menyerahkannya kepada wanita yang ada di hadapannya saat ini.

Wanita penjaga kasir tersebut terlihat sibuk dengan layar di hadapannya dan kemudian menyerahkan sebuah kantong plastik yang berisi barang-barang yang Hyura beli dan beberapa lembar uang won.

"Ini barang belanjaanmu dan ini kembaliannya,"

"Ne, kamsahamnida. Terimakasih," ucap Hyura membungkuk dan menerima kantong plastik tersebut.

Hyura melangkah keluar dari tempat yang menjual segala keperluan untuk meng'hidup'kan kehidupan sekolah ini. Kembali melangkah dengan wajah tertunduk dan tidak membutuhkan waktu yang lama baginya untuk menginjakkan kaki di pekarangan rumahnya.

---

Annyeonghaseyo! This is my first story, yo~! Kritik dan saran sangat dibutuhkan, juseyoo! Dan maaf jika ada pronounce atau jumlah harga yang salah. Maaf, karena saya memang tidak pernah menjejakkan kaki di atas tanah negeri Ginseng tersebut. Sekali lagi, mianhamnida *bungkuk 90 derajat*

Medan, 19 Maret 2016

1000 PiecesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang