(Kirana POV)
Hari ini adalah hari kedua MOS. Acara hari ini adalah pertunjukkan ekstrakulikuler di sekolah Budi Asih. Tapi, sebelum pertunjukkan yang akan di mulai pukul 08.30, kakak-kakak PJ di kelas memberikan semacam permainan yang dipasang-pasangkan. Sialnya siswa di kelas ku berjumlah ganjil sehingga aku tidak mendapatkan pasangan untuk bermain.
"kamu gak ada pasangannya? Nama kamu siapa? Coba sini maju." Ucap salah satu PJ kelasku yang kemudian dilanjutkan dengan langkahku dengan gontai.
"nama kamu siapa?" tanyanya kembali kepadaku.
"nama saya Kirana kak." Jawabku kepada kakak PJ yang bernama Ibran. Ya, aku tau namanya dari nametag yang digunakan.
"oke, sebutin nama lengkap, nama panggilan, alamat rumah, dan udah punya pacar atau belum" jawabnya sambil memainkan mata kepada ku. Jujur, aku malas meladeninya, tapi yasudahlah.
"nama saya Kirana Lestari Wiratma, biasa dipanggil Kirana. Saya tinggal di Bougenville Permai blok G9 no. 22, dan saya single."
"oke karena lo gak ada pasangannya, maka kita cari di kelas lain yang tidak ada pasangannya juga." Ujar kakak PJ yang lain.
'Semoga aja di kelas sebelah Tanaya gak ada pasangan' ucapku dalam hati.
Langkah demi langkah akhirnya aku dan kak Ibran sampai di kelas X-2.
"permisi. Mau nanya udah di mulai belum ya permainannya?" tanya kak Ibran kepada kakak PJ di kelas X-2.
"udah nih, tapi ada yang belum punya pasangan." Jawab Maria PJ kelas X-2 yang ku tahu namanya dari nametag.
"wah pas banget! Di kelas gue ada yang belum punya pasangan. Nih orangnya" sambil melihat ke arahku.
"namanya siapa? Kalo yang ini namanya Agham." Jelas Maria kepadaku dan Ibran.
'oh ini yang namanya Agham? Biasa aja ah kayanya' ucapku dalam hati.
'njir yang kaya gini lo bilang biasa aja? Aduh neng, buka mata lebar-lebar ah. Ganteng tau!' ucap Tanaya yang tiba-tiba membalas ucapanku.
'ah elo, pake denger segala. Rempong gak nih orang? Mager tau gue kalo dipasangin sama gue.' Kata hatiku berbicara.
'yaudah sini tukeran sama gue mau gak? Eh tapi ga bisa deh kayanya. Haha' kalimat balasannya itu seolah mengejekku.
"nama lo siapa?" tanya Agham seketika.
"gu— gue Kirana." Jawabku.
"ooh." Jawabnya datar.
Akhirnya karena aku sudah mendapat pasangan untuk permainan tersebut. Aku pikir ini hanya sebuah permainan biasa. Namun ternyata, permainan ini terus berlangsung sampai unjuk aksi ekstrakulikuler. Kita di haruskan tetap bersama dengan pasangan masing-masing. Awalnya aku merasa biasa saja dipasangkan dengan Agham. Lama-kelamaan aku agak terganggu dengan tatapan-tatapan yang tertuju kepada kami berdua.
"eh, kenapa sih daritadi kita di liatin terus? Apalagi ada kakak kelas yang merhatiin juga, gue risih nih." Ucapku kepada Agham.
"biarin aja sih. Mereka tuh sirik karena ga dipasangin sama gue. Gini-gini gue banyak fansnya di sini. Hampir semua kakak kelas gue kenal, dan anak barunya juga banyak yang gue kenal." Ujarnya santai. Aku hanya menatap dengan maksud 'maksud lo apaan nih?'. Namun ia menyadari maksud dari tatapan mataku.
"gue lulusan SMP BudAs. Hampir 95% anak budas masuk lagi ke sini, dan kakak kelasnya juga hampir 80% alumnus SMP budas juga." Jelasnya yang kemudian hanya di dengarkan tanpa komentar olehku.
Pertunjukkan ekstrakulikuler sudah dimulai. Di awali dengan ekstrakulikuler tari tradisional yang kemudian di akhiri dengan modern dance. Dari sederetan aksi yang ditunjukkan, aku mengagumi pertunjukkan paskibra. Ya, waktu SMP dulu aku dan Tanaya adalah anggota paskibra.
Akhirnya selesailah kegiatan MOS hari ini. Setelah selesai, kami semua bergegas untuk pulang. Aku belum melihat tanda-tanda bahwa Tanaya keluar kelas. Akhirnya aku medatangi kelasnya. Saat di depan kelas, Agham yang menyadari kehadiranku menyapa
"hei, gue minta nomor lo boleh?" tanyanya tanpa basa-basi sedikitpun.
"i—iya boleh kok. Mana hp lo?" jawabku sambil menunggu Agham memberikan hpnya.
"oke thanks ya Kir!" jawabnya sambil berlalu. Aku tak mempedulikannya. Aku mencari Tanaya. Nah, itu dia! Aku melambaikan tanganku kepadanya. Saat dia menyadari kehadiranku, ia bergeas menuju ke arahku.
"pulang?" tanya Tanaya yang hanya di balas tatapan mataku yang berartikan 'yaiyalah pulang!'. Akhirnya aku dan Tanaya pulang bersama. Selama perjalanan menuju rumah, Tanaya terus menanyakan bagaimana sikap Agham terhadapku.
"iih dia cool banget sumpah! Andai aja tadi gue dipasangin sama dia. Tapi sayangnya" ujar Tanaya heboh.
"biasa aja sih ah. Dia aja minta nomer gue, gue biasa aja." Ucapku santai.
"hell!! Lo seriusan dia minta nomor lo? Sumpah? Demi apa lo?" tanyanya tak percaya.
Drrtt.. Getaran hp ku begitu panjang dan aku yakin itu pasti telefon dari ibu.
"hallo.."
"..."
"iya. Ini siapa?"
"..."
"eh? Maaf siapa?"
"..."
"i—iya."
"..."
"oke see ya!" lalu aku mematikan telefon dengan tampang masih tak percaya.
"wei! Siapa? Ibu?" tanya Tanaya.
"bu—bu—kan Tan.. Agham yang nelfon." Jawabku ragu.
"seriously?!! Are you kidding me?"
"yelah ngapain gue boong sih." Jawabku sambil berjalan meninggalkan Tanaya yang masih terpaku mendengar jawabanku.
"eh! Tungguin gue!" teriak Tanaya sambil berlari menghampiriku.
"kebanyakan bengong sih lo! Udah ah buruan gue laper nih!" umpatku kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pesan Terakhir
Teen FictionKirana, sahabat terbaik Tanaya harus mendapat cobaan-yang cukup- berat. Segala cara ia lakukan demi sahabatnya tersebut tanpa kenal kata menyerah. Akan tetapi, takdir berkata lain. Keadaan kini berbalik kepada Tanaya. Apa yang harus diperbuat Tanaya...