Hari pertama
~Woohyun POV~
“hiks...hiks...Hyunnie...ireona...” suara itu sangat menyayat hatiku. Aku sedih melihatnya berlinang air mata seperti sekarang. Aku ingin sekali merengkuh tubuhnya dan menenangkannya kemudian menghapus air matanya. Tapi aku tak bisa meski jarak kami sangatlah dekat.
.
“uljima baby...” sudah beberapa kali kuucapkan kata-kata itu padanya, tapi percuma. Dia tidak mendengarku. Buktinya, dia sama sekali tak merespon ucapanku dan masih terus menangis. Aku menghela nafasku pelan sambil terus menatap kekasihku yang kini tengah menangisiku lebih tepatnya menangisi ragaku yang terbaring lemah di antara kami.
.
“hiks...hiks...mianhae...Hyunnie...ini salahku...seandainya saja aku tidak menyuruhmu untuk cepat-cepat menjemputku. Seandainya saja aku bisa lebih sabar menunggumu, tentu kau tidak akan seperti ini...hiks...hiks...” dan lagi, aku menghela nafasku pelan saat mendengar kekasihku lagi-lagi menyalahkan dirinya sendiri. Aku masih ingat bagaimana kecelakaan itu menimpaku dan membuatku koma selama 3 hari.
.
Waktu itu Key, kekasihku memintaku untuk menjemputnya sepulang dia kuliah. Memang awalnya dia tidak memintaku untuk menjemputnya karena dia mengatakan akan pulang bersama temannya. Tapi mungkin karena cuaca hari itu yang tiba-tiba mendung, dia membatalkan niatnya dan memintaku untuk segera menjemputnya saat itu juga. Saat itu aku sedang memimpin rapat di kantorku membuat aku sedikit terlambat membuka pesannya dan juga mengangkat teleponnya.
.
Saat rapat selesai, aku melihat ada sekitar 30an pesan masuk dan kesemuanya pesan darinya. Tak hanya itu, ada banyak sekali panggilan yang masuk dan tak terjawab olehku dan lagi-lagi semua darinya. Aku segera menghubunginya untuk memastikan dirinya sekarang berada di mana dan ternyata dia masih menungguku di kampusnya. Aku segera melajukan mobilku dengan kecepatan maksimal. Saat ku meneleponnya tadi, aku tahu dia pasti sedang marah padaku. Ku lihat awan yang sudah menggumpal gelap di atas sana, membuatku semakin khawatir padanya. Aku pun menambah kecepatanku, tidak peduli jika nanti namaku tercatat dalam buku pelanggaran lalu lintas. Yang ada dalam fikiranku saat ini adalah Key. Dia pasti sudah sangat lama menungguku.
.
Saat gedung kampusnya sudah mulai terlihat, aku menambah kecepatanku. Tapi, aku terkejut saat melihat sebuah mobil box melaju tepat di depan mobilku dan aku berusaha menghindarinya. Aku memang berhasil menghindari mobil box itu, tapi mungkin keberuntungan memang tidak sedang berpihak padaku saat itu karena mobilku justru menabrak sebuah pohon besar. Aku merasakan kepalaku sangat sakit dan mulai berat. Aku bisa merasakan darahku sudah memenuhi hampir seluruh wajahku. Samar-samar aku bisa mendengar orang-orang berkumpul mengerumuniku dan suara Key yang terus memanggil namaku sambil menangis.
.
Seseorang mengeluarkan tubuhku dari dalam mobil dan aku segera berpindah ke pangkuan Key yang terus menangisiku. Aku kira aku sudah mati, karena setelah itu pandanganku mulai gelap dan aku tidak bisa melihat apa-apa lagi. Tapi, ternyata ragaku masih koma. Aku sudah berusaha untuk kembali pada ragaku tapi gagal.
.
“Key-ah” suara Onew membuyarkan lamunanku. Onew adalah sahabatku. Meski dia tak pernah mengatakannya padaku atau pada Key, tapi aku tahu dia menyukai kekasihku. Tentu saja bukan dia yang mengatakan. Aku baru mengetahuinya dari temanku setelah aku resmi jadian dengan Key selama 6 bulan. Dia namja yang sangat baik dan tulus. Terkadang aku merasa bersalah padanya, karena dia yang mengenalkanku pada Key. Tapi, aku sangat mencintai kekasihku dan tidak mungkin aku memutuskannya setelah aku mengetahui perasaan sahabatku itu pada kekasihku.
.
Key menghapus air matanya dan mengalihkan pandangannya pada Onew. Setelah membalas panggilan Onew dengan senyuman, Key kembali memandangi wajah pucatku. Tangannya terus menggenggam erat tanganku, air matanya kembali turun untuk yang kesekian kalinya.
Sayang...jangan menangis lagi. Aku tidak tahan melihat air matamu mengalir, ini menyakitkan karena aku tidak bisa menghapusnya.
.
“Woohyun masih belum sadarkan diri?” tanya Onew yang hanya dibalas dengan anggukan kepala Key.
“pulanglah...kau harus makan dan istirahat. Biar aku yang menjaga Woohyun. besok kau bisa menemaninya lagi” bujuk Onew pada Key.
“aku akan menunggunya hingga sadar hyung”
.
Sayang...dengarkan apa yang Key katakan. Kau harus pulang, makan dan istirahat. Sudah tiga hari semenjak aku koma kau belum pulang sama sekali. Kau hanya makan beberapa sendok saja. Kau selalu tertidur di sampingku dengan posisi duduk dan itu sangat tidak nyaman sayang...aku tidak mau kau sakit.
.
Aku berusaha membelai kepalanya yang tertunduk di sampingku, meski percuma saja karena tanganku tak bisa menyentuhnya dan melewatinya begitu saja. Sejujurnya aku sangat ingin segera sadar dan menyuruhnya untuk pulang, makan dan istirahat. Tapi, aku sendiri tidak tahu bagaimana caranya kembali ke ragaku. Aku tidak tahu kapan aku akan sadar.
.
.
Aku keluar dari ruangan itu untuk mencari tahu bagaimana caranya untuk kembali pada ragaku. Bukankah ini rumah sakit, pasti ada banyak roh yang berkeliaran sepertiku di sini dan mungkin aku bisa bertanya pada mereka.
Ku telusuri koridor rumah sakit itu berharap aku menemukan sosok roh yang bernasib(?) sama sepertiku.
.
‘hiks...hiks...mianhae Myungie...’
Suara itu...suara siapa? Ku ikuti suara tangisan itu untuk mengetahui siapa yang sedang menangis dan memastikan dia itu manusia, roh atau hantu. Eh, roh dan hantu bukannya hampir sama ya? Ah...lupakan.
.
Aku terus mengikuti suara tangisan itu hingga aku berhenti di samping seorang namja cantik sedang menangis. Apa tadi aku bilang cantik? Ey...bukankah Key yang paling cantik bagiku, bagaimana bisa aku mengatakan namja lain cantik. Kalau Key tahu, pasti dia akan mengamuk...hehehe. Aku terkekeh geli membayangkannya.
.
“kau siapa? Apa kau mentertawakanku?”
Aku terkejut bukan main saat namja yang tadi menangis memandangku dengan tatapan tidak mengerti dan mengajakku bicara.
“eh? Kau bisa melihatku?” bukannya menjawab aku malah bertanya padanya. Dia mengerjapkan kedua mata sipitnya yang masih basah itu berkali-kali. Imut, itu kata kedua yang langsung muncul di benakku setelah secara reflek aku menyebutnya cantik.
.
“tentu saja, aku juga roh...sama sepertimu” jawabnya kemudian kembali mengalihkan pandangannya pada objeknya semula.
“mianhae...aku tadi tidak bermaksud mentertawakanmu. Aku hanya berjalan-jalan saja dan aku teringat hal yang lucu lalu tertawa. Sungguh...” ucapku jujur padanya.
“gwaenchana...lupakan saja” balasnya tanpa mengalihkan pandangannya padaku.
.
“kau sedang melihat apa?” aku memberanikan diri untuk bertanya padanya. Aku penasaran apa yang sedang dilihatnya hingga dia tidak melihat ke arahku. Aku mencoba mengikuti ke arah pandangannya.
“itu...” aku tak mampu lagi melanjutkan kata-kataku saat aku melihat dokter melepas semua alat medis yang berada di raganya. Tapi, kalau saat ini rohnya ada bersamaku itu berarti...
.
“ya...aku sudah mati” ucapnya seperti dia mampu membaca pikiranku. Tapi, apa mungkin dia memang bisa membaca pikiranku? Apa semua roh seperti itu?
“namja yang sedang menangis sambil memelukku itu dongsaengku satu-satunya, namanya Myungsoo. Dan namja di sampingnya itu Sungyeol, kekasih Myungsoo” ucapnya lagi. Aku mengikuti arah pandangnya pada dua namja di dalam ruangannya yang kini tengah menangisinya. Namja tinggi itu, bukankah itu salah satu teman kampus Key?
.
Eh? Di mana dia? Kenapa menghilang begitu saja? Apa dia sudah menghilang?
Aku berusaha mencarinya ke seluruh rumah sakit tapi tidak ada. Hah...sudahlah...aku bisa mencari roh lain yang bisa ku tanyai.
~Woohyun POV end~
.
.
“hyung...jangan tinggalkan aku hyung...hiks...hiks...”
“Myungsoo hyung...ayo kita pulang. Sunggyu hyung sudah bahagia di sana, kau jangan membuatnya sedih hyung...” ucap seorang namja mungil bermata bulat indah kepada seorang namja tampan di samping kirinya yang kini tengah menangis di depan sebuah nisan, Myungsoo.
.
“Jongie benar chagi...Sunggyu hyung pasti akan sedih kalau kau seperti ini. Ayo kita pulang...besok kita ke sini lagi” kini namja di samping kanan Myungsoo yang merupakan kekasihnya, Lee Sungyeol turut membenarkan nasihat adiknya, Lee Sungjong.
.
“janji? Besok kita ke sini lagi?” tanya Myungsoo sembari mengalihkan pandangannya pada Sungyeol dengan mata elangnya yang masih tampak basah karena air matanya.
“janji” jawab Sungyeol seraya tersenyum manis.
.
“ayo...sekarang kita pulang” lanjut Sungyeol kemudian membantu kekasihnya bangkit berdiri dari tempatnya dan diikuti oleh Sungjong.
“hyung...aku pulang dulu ne. Besok aku ke sini lagi” pamit Myungsoo di depan makam hyungnya dan setelah itu dia melangkahkan kakinya diikuti Sungyeol dan Sungjong di belakangnya meninggalkan makam Sunggyu.
.
‘Myungsoo-ah...mianhae...waktu hyung sudah berakhir. Kau jaga diri baik-baik ne...hyung percaya, Sungyeol pasti akan selalu menemanimu. Hyung senang sudah ada Sungyeol di sisimu. Dia sangat mencintaimu, jangan buat dia khawatir...’ ucap Sunggyu yang sedari tadi berada di tempat itu memperhatikan dongsaeng satu-satunya yang sangat dicintainya bersedih di depan nisannya, meski dongsaengnya tak mampu melihat kehadirannya.
.
Sunggyu mengalihkan pandangannya pada nisan yang berada di depannya dan dua nisan di samping kanannya.
“eomma...appa...aku senang, akhirnya aku akan bertemu kalian. Tapi aku sedih meninggalkan Myungsoo sendiri di dunia ini” ucap Sunggyu pada dua nisan di samping nisannya dengan air mata yang mengalir lembut di pipinya.
.
.
@atap rumah sakit
Sunggyu duduk di pembatas atap rumah sakit, memandang ke arah langit luas di atasnya. Meski dirinya sudah meninggal, tapi rasanya masih berat untuk meninggalkan dunia. Dia masih ingin memastikan bahwa Myungsoo akan hidup dengan baik setelah kepergian dirinya.
.
“ehm...kita bertemu lagi” sebuah suara menginterupsi kegiatan ‘melamun’ Sunggyu, membuatnya menolehkan kepalanya ke sumber suara.
“kau?”
“iya...ini aku. Apa kau sudah lupa padaku?” tanya pemilik suara itu.
“ani...ada perlu apa?” tanya Sunggyu.
.
“aku Nam Woohyun, namamu siapa?” tanya Woohyun sembari mengambil duduk di samping Sunggyu.
“Kim Sunggyu” jawab Sunggyu singkat.
“k-kau...habis menangis?” tanya Woohyun hati-hati. Sedangkan yang ditanya hanya tersenyum tanpa arti.
.
“aku sedih...aku harus meninggalkan dongsaengku seorang diri di dunia ini” jawab Sunggyu kemudian menundukkan kepalanya. Woohyun mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Raut wajah Woohyun pun ikut berubah menjadi sendu saat mendengar jawaban Sunggyu, dia tahu benar apa yang Sunggyu rasakan saat ini.
.
“kalau boleh tahu, apa penyebab kematianmu?” tanya Woohyun masih hati-hati.
“sejak kecil aku menderita penyakit Leukimia” jawab Sunggyu. Woohyun terkejut bukan main saat mendengar penyebab kematian Sunggyu.
“sejak kecil?” tanya Woohyun memastikan.
.
“iya...saat aku berusia 18 tahun, kedua orang tuaku meninggal karena kecelakaan. Sejak saat itu aku hanya tinggal berdua dengan Myungsoo yang masih berusia 15 tahun. Di usiaku yang masih 18 tahun, aku harus melanjutkan pendidikanku dan harus terus menjalankan perusahaan appa. Mungkin jika dibayangkan itu tidak mungkin, tapi itu benar aku lakukan. Aku harus tetap melanjutkan hidupku, aku juga harus membiayai pendidikanku dan Myungsoo. Selain itu aku juga harus membiayai kesehatanku. Meskipun harta yang ditinggalkan orang tuaku saat itu masih cukup untuk biaya pendidikanku dan Myungsoo sampai selesai, tapi lama-lama pasti juga akan habis. Satu-satunya cara adalah dengan terus menjalankan perusahaan appa. Aku juga tidak mungkin membiarkan perusahaan appa bangkrut perlahan-lahan. Aku tahu, semakin hari penyakitku semakin parah” jawab Sunggyu.
.
“lalu...apa Myungsoo tahu tentang penyakitmu?” tanya Woohyun lagi.
“iya...dia tahu. Myungsoo sudah sering melarangku untuk bekerja karena khawatir dengan keadaanku dan membiarkan dia menggantikanku. Tapi aku tidak ingin membuatnya terlalu lelah karena dia masih sekolah. Aku tahu bagaimana lelahnya bekerja mengelola perusahaan di tengah aktifitas sekolah. Aku juga harus mengajari banyak hal pada Myungsoo tentang bagaimana menjalankan sebuah perusahaan karena dia dari dulu tidak menyukai bidang bisnis. Setiap hari aku terus berdoa pada Tuhan untuk memberikanku umur lebih panjang paling tidak sampai Myungsoo menyelesaikan kuliah bisnisnya dan siap memimpin perusahaan menggantikanku. Aku tidak mau meninggalkannya dalam keadaan menderita” jawab Sunggyu yang kini air matanya sudah kembali mengaliri pipi chuby nya. Secara reflek tangan Woohyun terulur untuk menghapus air mata Sunggyu.
.
“uljima...kau pasti mengalami masa yang sangat berat. Kau orang yang kuat” ucap Woohyun berusaha menenangkan Sunggyu.
“aku bukan orang yang kuat, aku hanya berusaha kuat karena aku memang harus kuat” balas Sunggyu sembari tersenyum manis dan cukup membuat namja di depannya terpesona sesaat.
.
“ngomong-ngomong...kau sendiri? kau...masih koma?” tanya Sunggyu membuyarkan acara ‘terpesona pada Sunggyu’.
“iya...aku mengalami kecelakaan 3 hari yang lalu dan menyebabkan aku koma. Aku ingin tahu bagaimana caranya kembali ke ragaku. Aku tidak bisa melihat kekasihku menangis dan terus mengabaikan kesehatannya” jawab Woohyun kemudian menundukkan kepalanya.
.
“kau punya kekasih? Kenapa kau tak mencoba kembali ke ragamu?” tanya Sunggyu lagi.
“ya...aku sangat mencintainya. Aku sudah sering mencobanya tapi aku tidak tahu caranya” jawab Woohyun sedangkan Sunggyu mengangguk mengerti.
.
“mmm...” Sunggyu seperti berusaha untuk memberitahu Woohyun sesuatu namun tampaknya tidak disadari oleh Woohyun sehingga ucapannya terpotong oleh pertanyaan Woohyun.
“eh? Bagaimana kau tahu kalau aku sedang koma?” tanya Woohyun tak mengerti sedangkan Sunggyu hanya tersenyum.
.
‘cantik. Yaa! Nam Woohyun, kendalikan dirimu. Ingat, kau sudah punya kekasih dan dia sedang menunggumu bangun’ Woohyun bermonolog dalam hatinya seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
.
“hey...kau kenapa? Gwaenchana?” tanya Sunggyu dengan melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Woohyun saat menyadari namja di sampingnya tampak aneh.
“a-ah...gwaenchana” jawab Woohyun tergagap saat sadar dari acara ‘bengong’nya. Sunggyu pun tersenyum sekali lagi kemudian mengalihkan pandangannya pada langit biru di atasnya. Tak tahukah jika hanya dengan senyumannya itu mampu membuat Woohyun kehilangan kesadarannya sesaat.
.
“jika seseorang meninggal maka roh nya akan langsung menghilang dari dunia ini, tentunya dia akan langsung menuju ke dunianya. Aku hanya menebak saja kalau kau masih koma, karena kebanyakan roh yang berkeliaran di sini adalah roh orang yang sedang koma” jawab Sunggyu menjawab pertanyaan Woohyun semula.
.
“lalu...kenapa rohmu masih ada di sini?” tanya Woohyun tak mengerti.
“aku meminta waktu pada Tuhan untuk berada di sini selama 7 hari. Aku hanya ingin memastikan bahwa Myungsoo baik-baik saja setelah kematianku. Setelah 7 hari aku akan menghilang dan pergi ke duniaku” jawab Sunggyu tak mengalihkan pandangannya dari langit. Woohyun pun mengangguk mengerti.
.
“berarti 6 hari lagi kau akan menghilang?” tanya Woohyun.
“iya...aku harus kembali ke duniaku” jawab Sunggyu. Entah mengapa, Woohyun merasa sangat sedih mendengarnya.
.
“lalu kau tadi habis dari mana? kau membuatku takut, tiba-tiba menghilang seperti hantu saja” tanya Woohyun dengan nada menggerutu sedangkan yang ditanya malah tertawa membuat Woohyun semakin tidak mengerti.
.
“kau ini lucu sekali...bagaimana bisa kau takut dengan hantu jika kau sekarang berada di dunia mereka...hahaha” ledek Sunggyu masih terus melanjutkan aksi tertawanya.
“yaa...yaa...berhenti mentertawakanku...” gerutu Woohyun sembari mempoutkan bibirnya membuat Sunggyu semakin tertawa melihat aksi lucu Woohyun.
“hahaha...kau ini lucu sekali” ucap Sunggyu tanpa peduli Woohyun kini tengah berusaha bersikap normal akibat pujian(?) Sunggyu pada dirinya.
.
“mian...mian...aku tidak bermaksud mentertawakanmu, tapi kau benar-benar lucu” lanjut Sunggyu berusaha menahan tawanya. Woohyun yang sedari tadi sudah dibuatnya salah tingkah kini hanya menggaruk tengkuknya yang sebenarnya tidak gatal.
.
“Woohyun-shi...kau ini roh, hampir sama dengan hantu. Aku juga roh, tapi...baik...kau bisa memanggilku hantu, karena aku sudah mati. Aku tadi mengikuti upacara pemakamanku” ucap Sunggyu lagi kemudian menjawab pertanyaan Woohyun tadi sedangkan Woohyun mengangguk mengerti.
.
“ehm...Sunggyu-shi...apa aku boleh memanggilmu hyung? tampaknya kau lebih tua dari aku...” tanya Woohyun hati-hati.
“tentu saja Woohyun-ah” jawab Sunggyu seraya tersenyum manis dan lagi-lagi mampu membuat Woohyun terhipnotis.
.
“baiklah...aku harus pergi” pamit Sunggyu membuat Woohyun tersadar.
“hyung...apa besok kita bisa bertemu lagi?” tanya Woohyun hati-hati. Sunggyu pun tersenyum.
“tentu saja...kita bisa bertemu di tempat ini” jawab Sunggyu kemudian berlalu pergi meninggalkan Woohyun yang kini sedang senyum-senyum tidak jelas.
.
.
Hari Kedua
Seperti yang Sunggyu ucapkan kemarin bahwa Woohyun bisa bertemu dengan dirinya di atap rumah sakit. Woohyun kini tengah menunggu Sunggyu di atap rumah sakit. Entah mengapa, Woohyun sepertinya lupa dengan tujuan awalnya untuk mencari tahu bagaimana cara dia kembali ke raganya. Dia menunggu di atap ini hanya ingin bertemu dengan Sunggyu.
.
“kau sudah lama menungguku?” sebuah suara membuat Woohyun mengalihkan pandangannya pada sumber suara.
“tidak juga hyung” jawab Woohyun. Sunggyu mendudukkan dirinya di samping Sunggyu, posisi mereka sama seperti kemarin waktu mereka berbicara panjang untuk pertama kalinya.
.
“hyung...bolehkah aku mengunjungi makammu?” tanya Woohyun pelan.
“tentu saja boleh...ayo, ikut aku” jawab Sunggyu kemudian beranjak dari duduknya dan berjalan mendahului Woohyun yang berjalan di belakangnya.
‘Aku ingin menemaninya sampai dia kembali ke dunianya. Mianhae Key...kau tunggu 5 hari lagi ne...’ batin Woohyun sambil terus mengekor di belakang Sunggyu.
.
Woohyun dan Sunggyu kini sudah berada di sebuah pemakaman tempat raga Sunggyu dimakamkan. Tapi, langkah Sunggyu tiba-tiba berhenti membuat Woohyun juga menghentikan langkahnya tidak mengerti.
.
“hyung...kenapa berhenti?” tanya Woohyun, tapi tak ada jawaban dari Sunggyu. Woohyun melihat air mata Sunggyu perlahan mengaliri pipi chuby nya. Lalu Woohyun mengikuti ke mana arah pandang mata Sunggyu tertuju. Seorang namja tengah tertunduk di depan sebuah makam. Apa itu yang Sunggyu lihat? Apa itu yang membuat Sunggyu menghentikan langkahnya? Woohyun tetap tidak mengerti.
.
Sunggyu melangkahkan kakinya menuju makamnya diikuti oleh Woohyun di belakangnya.
“hiks...hiks...Gyuyie...kenapa kau meninggalkanku? Kenapa kau tak menungguku sampai aku pulang dari Jepang?” ucap namja yang tertunduk di makam Sunggyu di tengah tangisannya. Suaranya terdengar sangat memilukan dan menyimpan sebuah penyesalan yang besar.
‘siapa namja ini? apa dia kekasih Sunggyu hyung?’ batin Woohyun.
.
“Hoya-ah...mianhae” gumam Sunggyu meski tak dapat terdengar di telinga namja di depannya yang bernama Hoya, tapi Woohyun mampu mendengarnya. Tapi, Woohyun memilih untuk diam menunggu penjelasan Sunggyu.
.
“Woohyun-ah...ini makamku” ucap Sunggyu, sedangkan Woohyun mulai mengamati makam yang ditunjuk Sunggyu. Sebuah makam bertuliskan nama Kim Sunggyu pada nisannya.
“dan dua makam itu adalah makam orang tuaku. Namja di depanku ini namanya Hoya. Dia bukan kekasihku, tapi aku dulu pernah mencintainya” lanjut Sunggyu dan Woohyun pun masih setia berdiam diri mendengarkan semua penjelasan Sunggyu.
.
“hyung...apa Hoya juga mencintaimu?” tanya Woohyun setelah dirinya dan Sunggyu meninggalkan area pemakaman. Kini mereka tengah duduk di sebuah taman.
“iya...dia mencintaiku. Tapi aku tidak bisa membalas perasaannya meski aku juga mencintainya” jawab Sunggyu dengan suara sendunya.
“wae?” tanya Woohyun.
.
“aku tidak ada waktu untuk mencintai orang lain Hyun. Kau tahu, fikiranku sudah penuh dengan Myungsoo dan penyakitku sendiri. Aku tidak ingin menyiksanya jika bersamaku. Aku tahu, hidupku tidak akan lama dan aku tidak mau membuatnya semakin bersedih saat aku meninggalkannya nanti. Akan semakin berat untukku meninggalkan dunia ini. Makanya aku selalu berusaha mengatakan dan meyakinkan padanya kalau aku hanya menganggapnya sebagai sahabat dan tak lebih” jawab Sunggyu. Woohyun pun mengelus punggung Sunggyu pelan berusaha memberi kekuatan pada Sunggyu.
.
‘hyung...andaikan aku bertemu denganmu lebih awal, aku tidak mungkin membiarkanmu menanggung semuanya sendiri. Mengapa berat sekali jalan hidupmu’ batin Woohyun seraya memandang iba namja sipit di sampingnya.
.
“jangan memandangku seperti itu Hyun, apa aku terlihat sangat menyedihkan?” tanya Sunggyu seolah mengerti jalan fikiran Woohyun.
“a-ah...mi-mianhae hyung...aku hanya tidak bisa membayangkan jika aku berada di posisimu” jawab Woohyun tergagap, Sunggyu pun tersenyum kecil seolah mengatakan bahwa dirinya baik-baik saja.
.
“gwaenchana...Hyun, aku harus pulang sekarang. Aku khawatir dengan keadaan Myungsoo” ucap Sunggyu kemudian beranjak dari duduknya. Dia tampak tergesa-gesa.
.
“hyung...bolehkan aku ikut denganmu?” tanya Woohyun.
“ke rumahku?” tanya Sunggyu memastikan dan dibalas dengan anggukan pelan kepala Woohyun.
.
“boleh...besok tunggu aku di atap rumah sakit lagi. Aku akan mengajakmu ke rumahku besok, sekarang aku harus buru-buru” jawab Sunggyu.
“baiklah hyung...aku akan menunggumu besok...gomawo hyung” ucap Woohyun dan dibalas dengan senyuman Sunggyu sebelum akhirnya Sunggyu melambaikan tangannya dan berlalu pergi.
.
.
Hari ketiga
Seperti janji Sunggyu kemarin, Sunggyu sekarang mengajak Woohyun pergi ke rumahnya. Woohyun memandangi foto yang terpajang rapi di dinding rumah Sunggyu. Sebuah foto keluarga yang tampak sangat bahagia. Di sampingnya ada foto dua orang namja yang saling merangkul satu sama lain yang Woohyun yakini itu Sunggyu dan dongsaengnya, Myungsoo.
.
“itu aku dan Myungsoo” suara Sunggyu menginterupsi Woohyun membuatnya menoleh pada sang pemilik suara.
“kau lucu sekali hyung...imut...” jujur Woohyun membuat Sunggyu tersipu malu tanpa disadari Woohyun.
.
Tap...Tap...Tap...
.
Derap langkah seseorang, ani...sepertinya dua orang tampak menuruni tangga. Sunggyu mengalihkan pandangannya pada asal suara untuk mengetahui siapa pemilik derap langkah itu. Woohyun berhasil menebak jika derap langkah itu milik namja tinggi yang dia tahu bernama Sungyeol, teman kampusnya Key kini tampak kesulitan menarik Myungsoo keluar dari ‘habitat’nya.
Sunggyu dan Woohyun pun mengikuti Sungyeol dan Myungsoo yang menuju dapur.
.
“ayolah Myungie...kau harus makan...” bujuk Sungyeol sembari menyodorkan sesendok bubur hangat pada Myungsoo tapi tampaknya namja pemilik mata elang itu masih enggan membuka mulutnya.
“aku tidak lapar Yeollie...” balas Myungsoo. Suaranya terdengar parau, sepertinya habis menangis. Mata elangnya juga tampak sembap.
.
Woohyun mengalihkan pandangannya pada Sunggyu yang kini tengah berdiri di samping Myungsoo, menatap dongsaengnya itu dengan tatapan sedih. Sejenak kemudian Sunggyu beralih ke samping Sungyeol dan dalam sekejap Woohyun dapat menyaksikan bagaimana roh Sunggyu masuk ke dalam raga Sungyeol. Woohyun membulatkan matanya tak percaya. Sungyeol yang tadi terus menatap wajah menyedihkan kekasihnya itu tiba-tiba menundukkan kepalanya.
.
“chagi...gwaenchana?” tanya Myungsoo khawatir saat menyadari ada yang aneh dengan namja cantiknya itu.
“Myungsoo-ah” panggil Sungyeol seraya mengangkat kepalanya. Tapi, ada yang membuat Myungsoo dan roh Woohyun terkejut, suara Sungyeol berubah menjadi suara Sunggyu.
‘apa Sunggyu hyung benar-benar masuk ke dalam tubuh Sungyeol?’ tanya Woohyun dalam hati.
.
“Gyu hyung...” balas Myungsoo tak percaya.
“iya Myungie...ini aku, Sunggyu” ucap Sunggyu di dalam tubuh Sungyeol.
“hyung...aku merindukanmu...hiks...hiks...” tangisan Myungsoo pun pecah saat dirinya bisa mendengar suara hyung yang sangat dirindukan dan disayanginya.
“uljima Myungie...”
.
“Myung...hyung mohon, jangan seperti ini. Kau bisa sakit Myung...kau harus makan dan istirahat yang cukup” ucap Sunggyu sembari menggenggam erat tangan Myungsoo dan langsung dibalas Myungsoo.
.
“hyung...aku tidak lapar. Aku tidak ingin makan. Hiks...hiks...Myungie ingin bersama hyung...jangan tinggalin Myungie sendiri hyung...” pinta Myungsoo di tengah tangisannya. Sunggyu terus berusaha agar tidak menangis di depan dongsaengnya.
.
“Myungie...apa kau ingin membuat hyung sedih?” tanya Sunggyu kemudian langsung dijawab dengan gelengan kepala Myungsoo.
“apa kau sayang sama hyung?” tanya Sunggyu lagi.
“aku sangat menyayangimu hyung...” jawab Myungsoo.
.
“apa kau mencintai Sungyeol?” tanya Sunggyu.
“aku sangat mencintainya hyung...” jawab Myungsoo masih dengan air mata yang mengalir di pipinya. Perlahan tangan Sunggyu terulur menghapus air mata dongsaeng satu-satunya itu.
.
“Myungie...dengarkan hyung. Kalau kau sayang pada hyung, kau harus janji pada hyung untuk hidup lebih baik lagi. Kau tahu apa saja yang hyung tidak suka kau lakukan, jangan lakukan apa yang hyung tidak suka. Kalau kau mencintai Sungyeol, kau jangan membuatnya sedih, dia sangat mencintaimu Myungie. Dia tidak ingin kau sakit, hyung juga tidak ingin kau sakit. Sekarang, karena hyung tidak bisa menemanimu dan memarahimu...sebagai gantinya, kau harus menuruti semua kata-kata Sungyeol. Hyung percaya Sungyeol akan menjaga dan merawatmu dengan baik dan kau juga harus menjaganya Myungie. Jangan buat dia bersedih apalagi menangis karenamu, karena hyung akan sedih jika dongsaeng hyung satu-satunya ini membuat namja yang dicintainya ini menangis. Apa kau mau berjanji pada hyung Myungie?” tanya Sunggyu setelah menasehati Myungsoo panjang lebar.
.
“aku janji hyung...mianhae hyung, membuat hyung sedih” jawab Myungsoo disertai penyesalannya.
“baiklah...hyung memaafkanmu” balas Sunggyu seraya tersenyum. Di mata Myungsoo, meski di hadapannnya saat ini adalah raga kekasihnya, tapi dia bisa melihat senyum di wajah hyungnya itu.
.
“hyung...tidak bisakah kau lebih lama tinggal di sini?” tanya Myungsoo.
“tidak bisa Myungie...apa kau tidak kasihan pada kekasihmu? hyung harus kembali ke dunia hyung. Kalau kau merindukan hyung, kau boleh mengambil kotak musik di kamar hyung. Kotak musik itu sekarang milikmu, bukankah kau sangat menginginkan kotak musik itu...hehe” jawab Sunggyu, Myungsoo pun hanya tersenyum tipis.
.
“baiklah...hyung harus segera pergi, kau jaga dirimu baik-baik ne...selamat tinggal Myungie” ucap Sunggyu kemudian sejenak kepala Sungyeol pun tertunduk.
“selamat jalan hyung...” balas Myungsoo lirih. Air matanya mengalir meski wajahnya kini tengah tersenyum. Meski sempat tidak percaya dengan apa yang baru saja terjadi, tapi dia senang bisa mendengar kembali suara hyungnya meski untuk yang terakhir kalinya.
.
Perlahan Sungyeol mengangkat kepalanya sembari memegang erat kepalanya yang terasa sedikit pusing.
“Myungie...apa aku ketiduran?” tanya Sungyeol. Kini suaranya sudah kembali seperti semula. Myungsoo menyeka air matanya kasar sebelum kekasihnya itu mengetahui jika dirinya menangis.
.
“eum...kau bilang kau ingin menyuapiku, tapi kenapa kau malah tidur chagi...” jawab Myungsoo dengan nada manjanya. Meski sempat terkejut dengan perubahan sikap kekasihnya, tapi Sungyeol akhirnya tersenyum saat kekasihnya sudah kembali seperti dulu lagi. Kemudian Sungyeol pun langsung menyuapkan sesendok bubur pada kekasihnya dan langsung dilahap Myungsoo dengan semangat.
.
*kembali pada WooGyu*
“hyung...bagaimana kau bisa melakukan itu?” tanya Woohyun tidak sabar sembari mengikuti ke mana kaki Sunggyu melangkah.
“melakukan apa Hyun?” Sunggyu balik bertanya pada Woohyun tanpa berniat menjawab pertanyaan Woohyun.
.
CEKLEK
.
Woohyun menghentikan pertanyaannya saat kakinya melangkah pada sebuah ruangan luas serba putih dan rapi yang diyakininya kamar Sunggyu.
.
“kenapa kau mengajakku ke sini hyung?” tanya Woohyun tidak mengerti.
“wae? Kalau kau tidak mau, kenapa kau mengikutiku?” lagi, Sunggyu balik bertanya tanpa menjawab pertanyaan Woohyun. Tapi, sejenak kemudian Sunggyu tersenyum melihat raut wajah tak mengerti Woohyun.
.
“aku hanya ingin melihat kotak musikku” jawab Sunggyu sembari terus melangkahkan kakinya ke sebuah meja di samping tempat tidurnya.
“kotak musik ini adalah pemberian Hoya, musiknya sangat bagus sehingga membuat Myungsoo sangat menginginkannya. Tapi, aku selalu melarang Myungsoo menyentuhnya” lanjut Sunggyu sembari menunjukkan sebuah kotakmusik kecil berwarna putih di atas meja seolah menjawab pertanyaan yang terus berputar di kepala Woohyun.
.
“duduklah” Sunggyu menepuk-nepuk tempat di sampingnya, menyuruh Woohyun untuk duduk di sampingnya. Woohyun pun menurut.
“kau pasti penasaran bagaimana aku bisa masuk ke dalam raga Sungyeol” tebak Sunggyu yang langsung dijawab dengan anggukan cepat kepala Woohyun.
“kau juga bisa melakukannya Hyun” ucap Sunggyu.
.
“benarkah? Bagaimana caranya hyung?” tanya Woohyun. Pertanyaan yang selama ini bersemayam(?) di fikirannya dan sedikit terlupakan olehnya akhir-akhir ini, kini akan segera terjawab.
.
“kau hanya perlu memfokuskan fikiranmu pada raga yang ingin kau masuki dan secara bersamaan hatimu harus tertuju penuh pada orang yang sangat ingin kau temui ketika kau berhasil nanti. Seperti tadi, fikiranku fokus pada raga Sungyeol saat aku menyentuhnya dan secara bersamaan hatiku tertuju pada Myungsoo sebagai orang yang ingin ku temui. Kau bisa mencobanya Hyun agar kau bisa segera sadar” jawab Sunggyu.
.
“benarkah hyung? lalu apa yang akan terjadi setelah aku sadar nanti? Apa aku masih bisa melihatmu?” tanya Woohyun, Sunggyu pun tersenyum.
.
“tentu saja tidak Hyun. Jika kau sudah sadar, kau tidak akan bisa melihatku lagi, karena kau sudah kembali ke ragamu. Sama seperti orang lain yang masih hidup pada umumnya, mereka tidak bisa melihat roh kecuali jika mereka memiliki kekuatan tertentu. Kau juga tidak akan mengingat apa pun yang rohmu lakukan selama kau koma” jawab Sunggyu. Woohyun tersentak mendengar jawaban Sunggyu.
.
“apa itu artinya, aku juga tidak akan ingat padamu hyung?” tanya Woohyun, nadanya terdengar lemah. Sunggyu tersenyum, kemudian mengangguk mengiyakan pertanyaan Woohyun.
.
“besok bawa aku bertemu ragamu, aku akan membantumu untuk segera sadar Hyun” ucap Sunggyu seraya tersenyum.
“baik hyung” balas Woohyun kemudian termenung. Entah mengapa dirinya kini merasa perlu berfikir ulang untuk sadar kembali setelah mendengar penuturan Sunggyu.
.
.
Hari Keempat
Seperti kesepakatan Woohyun dan Sunggyu kemarin, kini keduanya sedang berada di ruangan di mana raga Woohyun terbaring lemah dengan beberapa alat medis yang menempel di tubuhnya.
.
“dia...kekasihmu?” tanya Sunggyu saat manik matanya menangkap sosok namja yang terus menggenggam tangan Woohyun erat.
“namanya Key...” jawab Woohyun setelah menganggukkan kepalanya.
.
“baiklah Hyun...sekarang cobalah sentuhlah ragamu dan fokuskan fikiranmu. Hatimu sepenuhnya kau tujukan pada Key. Dia sangat mengharapkan kau bangun Hyun...”perintah Sunggyu. Woohyun ragu untuk melakukannya, tapi pada akhirnya dia mencoba mengikuti intruksi Sunggyu.
.
Beberapa menit sudah Woohyun berusaha untuk masuk kembali dalam raganya sesuai dengan intruksi Sunggyu. Tapi, gagal. Mencoba lagi dan gagal lagi.
.
“Hyun...cobalah sekali lagi. Kau jangan memikirkan hal lain selain ragamu dan juga Key” ucap Sunggyu.
“aku tidak bisa hyung...” balas Woohyun menyerah.
.
“kau jangan menyerah Hyun...kalau kau punya keinginan besar untuk sadar, kau pasti bisa...cobalah sekali lagi” ujar Woohyun menasehati sekaligus memberi semangat. Bukannya mengikuti ucapan Sunggyu, Woohyun malah memilih keluar meninggalkan ruangan itu. Sunggyu mengikuti ke mana perginya ‘roh’ Woohyun.
.
“Hyun...kenapa kau malah pergi?” tanya Sunggyu. Mereka berdua kini sedang berada di atap rumah sakit, tempat mereka biasanya bertemu.
“aku tidak bisa hyung...” jawab Woohyun lemah.
.
“Hyun...se-” ucapan Sunggyu terpotong saat Woohyun menyelanya.
“hyung...berhenti menyuruhku mencoba. Aku tidak bisa. Kau lihat sendiri kan kalau aku sudah berkali-kali mencoba dan hasilnya gagal” sela Woohyun seakan mengerti apa yang akan Sunggyu katakan.
.
“Hyun...kau hanya perlu fokus pada ragamu dan Key. Bukankah kau sangat mencintainya? Itu tidak sulit...kau melihatku kan kemarin waktu aku masuk dalamtubuh Sungyeol. Cobalah sekali lagi” ucap Sunggyu lembut. Woohyun hanya mampu diam. Entah mengapa, ucapan Sunggyu mampu membuat hati Woohyun sesak. Suasana menjadi hening.
“Hyung...kenapa kau tak mencoba melakukannya pada ragamu?” tanya Woohyun dengan nada lemah. Sunggyu menghela nafasnya pelan.
.
“waktuku sudah habis Hyun...bagaimanapun juga, hidup bukan kita yang menentukan. Kita punya takdir masing-masing” jawab Sunggyu. Woohyun kembali terdiam mendengar jawaban Sunggyu.
“hyung...aku ingin ikut denganmu” ucap Woohyun, membuat Sunggyu terkejut.
.
“mwo? Kau gila?” seru Sunggyu tak percaya.
“Kau masih punya kesempatan hidup Hyun. Kau tidak kasihan pada Key? Dia menunggumu Hyun” tutur Sunggyu kini dengan suara lebih lembut. Woohyun hanya terdiam mendengarkan penuturan Sunggyu.
.
“aku tidak bisa kembali ke ragaku karena hatiku tidak sepenuhnya tertuju pada Key hyung” ucap Woohyun.
“apa maksudmu Hyun? Aku kan sudah bilang padamu, kau ha-...” perkataan Sunggyu terpotong karena lagi-lagi Woohyun menyela.
.
“aku menyukaimu hyung” sela Woohyun dan mampu membuat Sunggyu terdiam mencerna semua ucapan Woohyun.
“aku tidak tahu bagaimana perasaan ini tumbuh. Tapi saat aku mencoba fokus pada ragaku dan Key, justru kau yang selalu terlintas di benakku hyung...aku tidak bisa fokus sepenuhnya pada ragaku, apalagi hatiku. Hatiku tidak sepenuhnya tertuju pada Key...tapi padamu hyung...” lanjut Woohyun.
.
“jangan bercanda Hyun” balas Sunggyu.
“aku tidak bercanda hyung...aku serius. Aku tidak mau jika setelah aku sadar nanti, aku lupa padamu hyung...” sanggah Woohyun.
“kau hanya terlalu lama bersamaku Hyun. Cobalah lagi besok...aku tidak akan menemanimu saat kau melakukannya” ujar Sunggyu tanpa memandang lawan bicaranya.
.
“hyung...bagaimana kalau aku gagal lagi? apa boleh aku ikut denganmu?” tanya Woohyun. Sunggyu menghela nafasnya pelan.
“kau harus hidup Hyun...kalau kau ikut denganku, itu tandanya kau akan mati. Cobalah...kau pasti bisa” jawab Sunggyu lembut.
“kalau begitu temani aku hyung...” pinta Woohyun.
“baiklah...”
.
.
Hari Kelima
Woohyun dan Sunggyu kini sudah berada di ruangan tempat raga Woohyun berada dan seperti hari-hari kemarin Key masih setia menunggu kekasihnya sadar dari koma.
“kau sudah siap Hyun?” tanya Sunggyu, sedangkan Woohyun hanya terdiam memandang raganya yang terbaring lemah di atas ranjang rumah sakit.
.
“Hyun...kalau kau tidak bisa fokus karena ada aku, aku bisa meninggalkanmu” ucap Sunggyu.
“kajima...” pinta Woohyun dengan nada memelasnya.
.
“baiklah...kau harus ingat, kau harus tetap hidup dan melanjutkan hidupmu dengan baik. Kalau kau tak bisa fokus pada Key, setidaknya fokuslah pada kedua orang tuamu Hyun meski saat ini mereka tidak berada di sini” saran Sunggyu.
.
“hyung...apa yang akan terjadi jika aku fokus pada ragaku dan kau?” tanya Woohyun dan berhasil membuat Sunggyu tertegun.
“baiklah...jika kau memang tidak ingin lupa padaku setelah kau sadar nanti, fokuskan hatimu padaku. Tapi ingat, kau tetap tidak bisa melihatku. Jadi, cukup ingatlah aku dan jangan mencariku” jawab Sunggyu. Woohyun pun tersenyum mendengar ucapan Sunggyu.
.
Kini Woohyun berusaha menyentuh raganya kemudian memfokuskan fikiran dan hatinya pada raganya dan Sunggyu. Beberapa detik kemudian Woohyun merasakan dirinya tertarik masuk ke dalam raganya.
‘apa ini berhasil?’ fikir Woohyun.
.
“Sunggyu hyung...saranghae” ucap Woohyun sebelum akhirnya rohnya masuk ke dalam raganya. Sunggyu yang melihat keberhasilan Woohyun sadar pun tersenyum lega.
‘hiduplah dengan baik Hyun, anggaplah semua yang kita lalui sebagai mimpi’
.
Perlahan Woohyun pun membuka kedua matanya. Key yang berada di sampingnya terkejut dan juga senang saat melihat kekasihnya sudah sadar dari komanya.
.
“Hyunnie...kau sudah sadar?” tanya Key memastikan. Woohyun tidak menjawab apa-apa, dia masih berusaha mencerna apa yang terjadi pada dirinya.
“kau tunggu sebentar ne...aku akan memanggil dokter” ucap Key kemudian segera melesat pergi menemui dokter. Tak lama kemudian, seorang dokter masuk dengan seorang perawat di belakangnya.
.
“keadaannya baik-baik saja, kita hanya perlu menunggu kondisinya pulih saja” ucap dokter yang memeriksa Woohyun pada Key.
“terima kasih Dok” ucap Key. Dokter dan perawat pun keluar dari kamar Woohyun.
.
“Hyunnie...aku senang sekali kau sudah sadar. Aku merindukanmu...” seru Key ceria seraya memeluk Woohyun penuh dengan kerinduan. Sedangkan Woohyun masih setia berdiam diri.
.
‘hyung...apa kau masih ada di ruangan ini? aku senang, aku masih bisa mengingatmu’ batin Woohyun. Tanpa Key ketahui, air mata Woohyun perlahan turun dari ujung matanya mengalir menelusuri pelipisnya.
.
.
Hari Keenam
“Key-ah...” panggil Woohyun. Key sedikit terkejut dengan panggilan Woohyun padanya, karena biasanya kekasihnya itu akan memanggilnya dengan panggilan sayang. Tapi, dia segera menyadari bahwa Woohyun baru saja sadar dari komanya sehingga dia bisa memakluminya.
“eum?” sahut Key seraya menghentikan kegiatannya menyuapi Woohyun.
.
“apa kau mengenal Sungyeol?” tanya Woohyun.
“iya...aku mengenalnya” jawab Key sembari memandang kekasihnya dengan pandangan tak mengerti.
“wae?” tanya Key.
.
“apa kau bisa memintanya bertemu denganku hari ini? katakan padanya untuk mengunjungiku bersama kekasihnya” pinta Woohyun yang lagi-lagi membuat Key bingung. Pasalnya, selama ini dirinya sama sekali belum pernah mengenalkannya secara langsung pada Sungyeol.
“ba-baiklah...akan ku hubungi dia nanti” balas Key kemudian melanjutkan kegiatan menyuapi Woohyun.
.
“kalau aku boleh tahu, untuk apa kau ingin bertemu dengannya Hyunnie?” tanya Key masih terus melanjutkan kegiatannya.
“sebenarnya aku hanya perlu bicara dengan kekasihnya. Tapi, aku tidak tahu bagaimana cara menghubunginya. Aku mau menyampaikan sebuah pesan untuk kekasihnya” jawab Woohyun.
“Myungsoo?” tanya Key memastikan dan Woohyun pun membalas dengan menganggukkan kepalanya.
.
“kalau aku boleh tahu, pesan apa dan dari siapa?” tanya Key lagi. Woohyun menelan salivanya kasar. Dia bingung bagaimana harus menjelaskannya pada namja di depannya yang kini berstatus sebagai kekasihnya itu.
.
“mianhae chagi...aku tidak bisa mengatakannya padamu. Orang itu mengatakan untuk merahasiakan ini dari siapapun” jawab Woohyun, Key pun hanya mengangguk mengerti.
.
.
“Hyunnie...Sungyeol sudah datang” ucap Key yang berjalan menuju kekasihnya dengan diikuti dua namja di belakangnya.
“annyeonghaseyo Woohyun-shi...aku Sungyeol dan ini kekasihku, Myungsoo. Mianhae...kami baru bisa menjengukmu, karena kami juga baru tahu dari Key. Tapi, kuucapkan selamat anda sudah sadar dari koma, semoga lekas pulih” ucap Sungyeol ramah.
“gwaenchana...dan gomawo” balas Woohyun ramah.
.
“baiklah...aku akan meninggalkan kalian. Aku dan Onew akan makan siang di kantin. Dia titip salam padamu chagi...nanti dia akan ke sini menjengukmu setelah kita selesai” ucap Key.
“baiklah...gomawo chagi...” balas Woohyun. Kemudian Key pergi meninggalkan tempat itu setelah memberikan kecupan singkat di bibir Woohyun.
.
“a-ah...mianhae...Key selalu seperti itu” ujar Woohyun merasa tidak enak pada kedua tamunya karena sikap kekasihnya yang tiba-tiba menciumnya.
“gwaenchana...kekasihku juga seperti itu” balas Sungyeol, sedangkan Myungsoo masih nyaman dengan aksi diamnya.
.
“baiklah...aku akan mengatakan ini hanya pada kalian, Key bahkan tidak mengetahuinya” ucap Woohyun kini dengan nada serius. Sungyeol pun kini juga tampak serius mendengarkan apa yang akan Woohyun katakan. Myungsoo? Myungsoo yang sedari tadi hanya terdiam, anggap saja dia juga sedang serius karena wajahnya sama sekali tidak bisa ditebak apakah dia sedang serius atau tidak.
.
“selama aku koma, aku bertemu dengan Sunggyu hyung” lanjut Woohyun dan kini sukses menarik perhatian Myungsoo.
“jangan bercanda Woohyun-shi...hyungku sudah meninggal enam hari yang lalu” sanggah Myungsoo.
.
“aku tahu Myungsoo-shi...selama aku koma, aku bertemu dengan rohnya. Setiap hari dia selalu mengawasimu” ucap Woohyun.
“apa itu artinya Sunggyu hyung masih ada di sini? Apa aku tidak bisa bertemu dengannya?” tanya Myungsoo tidak sabar. Air matanya sudah berada di ujung pelupuk matanya.
.
“ya...dia masih ada di sekitar kita Myungsoo-shi. Dia akan ada di sekitar kita sampai besok saat matahari tenggelam dan dia akan kembali ke dunianya. Dia sangat menyayangimu. Dia sangat sedih melihatmu setiap hari masih menangisinya” jawab Woohyun. Kini air matanya jatuh tanpa disadarinya.
.
“Sunggyu hyung...aku juga sangat menyayanginya. Dari kecil dia yang selalu menjagaku meski kondisi tubuhnya sangat lemah. Dia rela terluka hanya untuk melindungiku, padahal dirinya tidak boleh terluka dan berdarah. Semenjak appa dan eomma meninggal, Sunggyu hyung yang menggantikan posisi mereka. Aku tahu, sangat berat baginya menjalani semua seorang diri. Bekerja keras untuk membiayai kehidupan kami dan juga penyakitnya. Dia selalu melarangku membantunya bekerja karena katanya aku harus sekolah. Aku mengambil jurusan bisnis agar aku bisa menggantikannya mengurus perusahaan meski aku sangat ingin masuk jurusan seni. Sunggyu hyung memintaku untuk mengambil jurusan yang benar-benar aku suka, tapi aku memutuskan untuk mengambil jurusan bisnis. Aku tidak suka dia terlalu lelah karena sekolah dan pekerjaannya. Aku takut itu akan memperburuk keadaannya” jelas Myungsoo dengan air mata yang sudah tak mampu ditahannya. Sungyeol yang berada di sampingnya pun tak mampu menahan air matanya saat mendengar penuturan kekasihnya. Sungyeol mengelus punggung Myungsoo, berusaha memberikan kekuatan pada kekasihnya.
.
Dia sangat tahu masa-masa sulit yang harus dihadapi dua kakak beradik bermarga Kim itu. Suasana haru langsung menyebar di seluruh sudut ruangan itu. Sosok Sunggyu yang tidak tampak pun ikut merasakan kesedihan yang dirasakan dongsaengnya itu.
.
.
“hyung...apa kau ada di sini?” tanya Woohyun pada udara di depannya seolah sedang berbicara dengan seseorang. Saat ini dirinya tengah sendiri berada di ruangannya. Sungyeol dan Myungsoo telah pulang sedangkan kekasihnya pamit pulang karena sudah dua hari tidak pulang ke rumah dan besok akan kembali menemui Woohyun.
.
“hyung...beri aku tanda jika kau ada di sini. Aku tidak bisa melihatmu hyung...” ucap Woohyun, lagi pada udara kosong di depannya. Dia terdiam sejenak menanti ada sesuatu yang bisa menjadi tanda keberadaan Sunggyu. Namun, sudah beberapa menit ditunggu belum juga ada tanda-tanda keberadaan Sunggyu.
.
“hyung...apa aku tidak bisa lagi bertemu denganmu? Aku ingin sekali bertemu denganmu hyung...aku merindukanmu...” ucap Woohyun lagi dengan suara yang terdengar parau dan bergetar seperti sedang menahan tangis.
.
‘mianhae Woohyun-ah’ ucap ‘roh’ Sunggyu yang kini tengah berada di samping Woohyun yang sudah terlelap. Sebenarnya Sunggyu sedari tadi berada di situ, hanya saja dia memang tidak ingin menunjukkan keberadaannya pada Woohyun. Besok dia harus kembali ke dunianya, akan terasa lebih berat baginya untuk pergi jika dia masih terus berkaitan dengan Woohyun yang sudah sadar.
.
.
Hari Ketujuh
“hyung...biarkan aku ikut denganmu...” pinta Woohyun memelas pada Sunggyu yang saat ini berada di hadapannya.
“tidak bisa Hyun...kau harus tetap hidup” balas Sunggyu. Woohyun berusaha meraih Sunggyu. Tapi sejauh apapun kakinya melangkah dan meskipun Sunggyu masih tetap diam di tempat, Woohyun sama sekali tidak bisa meraih namja sipit di depannya.
.
“hyung...aku mencintaimu...jangan tinggalkan aku sendiri hyung...aku mohon...biarkan aku ikut denganmu” pinta Woohyun lagi kini mulai menangis.
“tidak bisa Hyun...dunia kita sudah berbeda. Kalaupun kau bisa ikut denganku, itu berarti kau harus mati Hyun...” ucap Sunggyu seraya tersenyum.
.
“aku mau mati asal bisa ikut denganmu hyung...” balas Woohyun.
“Woohyun-ah...Kau masih punya kesempatan hidup...kau harus tetap hidup...hiduplah dengan baik Hyun...jebal...” ujar Sunggyu. Dapat Woohyun lihat, mata kecil Sunggyu mulai basah oleh air matanya membuat Woohyun semakin ingin meraih Sunggyu meski gagal untuk yang kesekian kalinya.
.
“Woohyun-ah...aku ingin bertanya padamu. Bagaimana kalau kau yang berada di posisiku saat ini? kau akan pergi ke duniamu meninggalkan orang yang kau cintai, sedangkan orang yang kau cintai mengorbankan hidupnya yang mungkin masih panjang hanya agar bisa ikut denganmu. Apa kau tidak ingin melihatnya hidup bahagia?” tanya Sunggyu berhasil membuat Woohyun terdiam.
.
“Woohyun-ah...kalau kau mencintaiku, dengarkan aku. Aku ingin kau hidup dan melanjutkan hidupmu dengan baik. Kita bertemu hanya dalam waktu 7 hari, mungkin sedikit mengejutkan saat kau mengatakan kau mencintaiku. Tapi, kau harus tahu satu hal...seseorang tidak akan pernah ingin melihat orang yang dicintainya mati karena dirinya. Begitu juga dengan aku Hyun...aku ingin kau hidup bahagia meski tanpa aku. Cukup kita bertemu di dunia ini tanpa orang lain tahu...gomawo...saranghae...” ucap Sunggyu sebe,um akhirnya sosoknya menghilang ditelan sebuah cahaya yang sangat terang dan menyilaukan pandangan Woohyun.
.
“HYUUUNG!! Kajima...hiks...hiks...” Woohyun berteriak memanggil Sunggyu berharap namja yang dicintainya itu kembali menghampirinya dan membawanya pergi bersama. Tapi percuma karena Sunggyu tak juga kembali dan mungkin tidak akan pernah kembali. Woohyun terjatuh lemas, menangisi kepergian Sunggyu. Baginya walaupun hanya bertemu beberapa saat, dia belum pernah merasakan perasaan seperti ini ketika dirinya bersama Key. Hanya bersama Sunggyu dia benar-benar bisa merasakan bagaimana rasanya takut kehilangan dan bagaimana rasanya menangis saat melihatnya menangis.
..
“Hyunnie...gwaenchana?” sebuah suara yang Woohyun kenal pun terdengar di telinga Woohyun. Perlahan dirinya membuka kedua matanya.
“chagi...gwaenchana? apa ada yang sakit?” tanya Key khawatir. Woohyun masih terdiam mencoba untuk mencari tahu apa yang sedang terjadi.
.
“chagi...” panggil Key khawatir saat tak mendapat jawaban dari kekasihnya.
“gwaenchana” jawab Woohyun.
‘ah...ternyata aku mimpi. Benar-benar seperti nyata. Hyung...aku merindukanmu...’ batin Woohyun dalam hati.
.
“apa kau mimpi buruk Hyunnie?” tanya Key masih khawatir dengan keadaan Woohyun.
“kau berkeringat dan tidur dengan gelisah chagi...” ujar Key seraya mengelap keringat yang membanjiri dahi dan pelipis Woohyun.
“e-eoh...aku mimpi buruk” balas Woohyun sekenanya.
.
Berkali-kali Woohyun menatap jam di dinding ruangannya. Wajahnya menyiratkan kegelisahan. Key yang menyadarinya pun sudah berkali-kali menanyakan apa yang sedang Woohyun fikiran, tapi Woohyun selalu mengatakan jika dirinya baik-baik saja.
.
Waktupun berjalan dengan cepat dan kini hari pun sudah semakin sore. Hanya tinggal hitungan jam, matahari akan segera mengakhiri tugasnya hari itu dan itu berarti waktu Sunggyu untuk pergi semakin dekat.
.
“Key-ah...apa kau mencintaiku?” tanya Woohyun tiba-tiba.
“tentu saja Hyunnie...kenapa kau menanyakannya...” jawab Key manja, tapi tak berlangsung lama karena dirinya segera mengangkat kepalanya dari dada Woohyun saat menyadari perubahan nafas Woohyun yang sedikit lebih cepat. Wajahnya berubah menjadi panik saat mengetahui Woohyun tampak seperti kesulitan meraih udara, wajahnya tampak pucat dan matanya mulai terpejam.
.
“Hyunnie...kau kenapa? Gwaenchana?” tanya Key panik.
“DOKTER!!” teriak Key memanggil dokter.
.
“cha...gi...” panggil Woohyun di tengah nafasnya yang tersengal-sengal.
“iya chagi...” jawab Key. Air matanya sudah mulai mengalir melihat keadaan kekasih tercintanya seperti saat ini. Dia takut terjadi hal yang buruk pada kekasihnya itu. Padahal beberapa jam yang lalu, Woohyun tampak baik-baik saja dan dokter sudah mengizinkannya pulang besok.
.
“mi...mian...hae...” ucap Woohyun sebelum akhirnya matanya terpejam sempurna membuat Key semakin khawatir. Tak berselang lama dokter dan beberapa perawat masuk ke ruangan Woohyun dan mulai memeriksa kondisinya. Sedangkan Key berada di luar bersama Onew dan orang tua Woohyun yang baru saja tiba dari Amerika. Mereka sedang menunggu dokter yang sedang berusaha menyelamatkan Woohyun yang tiba-tiba mengalami masa kritis.
.
.
“hyung...kenapa kau menangis?” tanya Woohyun saat dirinya menemukan Sunggyu tengah berada di samping raga Woohyun.
“pabo” umpat Sunggyu sebagai jawaban pertanyaan Woohyun sedangkan yang diumpat hanya tersenyum tipis melihat Sunggyu menangisinya.
.
“aku melakukan ini hanya karena ingin bersamamu hyung. Apa kau tetap akan meninggalkanku sendiri setelah apa yang ku korbankan padamu?” tanya Woohyun seraya tersenyum dan membelai wajah Sunggyu yang entah sejak kapan sudah dihadapkannya pada dirinya.
“kau benar-benar namja terbodoh di dunia” ujar Sunggyu sembari memukul pelan dada Woohyun.
.
“hehe...tapi kau tetap mencintaiku kan? Aku tahu kau datang dalam mimpiku” balas Woohyun membuat Sunggyu tersipu malu dan menundukkan pandangannya menyembunyikan rona merah di pipinya.
“kau keras kepala sekali. Baiklah... karena sebentar lagi matahari tenggelam, kita harus segera pergi sekarang” ujar Sunggyu yang kemudian langsung disetujui Woohyun.
.
Woohyun dan Sunggyu bergandengan tangan melangkahkan kaki mereka menuju sebuah cahaya besar yang akan mengantarkan mereka menuju dunia mereka yang sebenarnya. Seiring hilangnya sosok mereka dalam cahaya besar itu, alat pendeteksi jantung Woohyun pun berbunyi melengking menandakan sudah tidak ada lagi detakan jantung dalam diri Woohyun.
.
“saranghae Kim Sunggyu...”
“nado saranghae Nam Woohyun...”
.
Jika dengan mati aku bisa bersamamu, maka akan ku lakukan. Agar kau percaya bahwa kau benar-benar mencintaimu, Kim Sunggyu. ~Nam Woohyun~
.
Duniaku baru akan ku mulai saat ini bersamamu, Nam Woohyun. ~Kim Sunggyu~
.
.
.
END
KAMU SEDANG MEMBACA
7 Days
FanfictionMain cast : Kim Sunggyu, Nam Woohyun Other Cast : all member INFINITE, Kim Kibum Genre : YAOI, Supranatural *may be*, romance