Chapter 2 - Awkward

8.9K 680 66
                                    

Anna POV

"Buahahaahha..."

Gelak tawa Sassy membuatku semakin dongkol setelah aku menceritakan kejadian di parkiran kampus. Dan sekarang aku ada di rumahnya setelah menjemput adikku dan mengganti pakaian yang santai, celana pendek dan kaos V-neck hitam.

"Stop, stop, ga lucu tau", aku pun merengut.

"Sorry, tapi gue ga bisa bayangin muka loe yang malu abis seperti alien, wuakaka"

"Alien kepala loe. Gue pulang nih!", kataku sambil berdiri.

"Oke, jangan marah donk Ann, so gimana menurutmu, bagus merah apa biru?", jawab Sassy mencoba dress santai nya di depan kaca.

Ini sudah setengah jam dia mondar-mandir di depan kaca bingung memilih baju untuk bertemu si Cantik Ellen di mall. Ugh. Heloow.

"Merah, you know, loe bisa pergi sendiri ke mall dengan mobil Juke-lu daripada pergi ma gue kan?", aku menjawab tanpa melihat bajunya, jujur saja warna bukan masalah, tapi the point is how to look good.

"Heeyy, gue lebih suka naik mobil loe tau, membuat gue terlihat super badass bitch"

"Hoekk, jawab aja loe ingin gue jadi supir loe kan?", aku menyindirnya.

"Dua-duanya, tapi kita udah deal tentang ini bitch, so ga usah protes" jawab Sassy sambil tersenyum senang.

Ya ya ya, aku dan Sassy membuat kesepakatan bahwa aku akan mengantar kemanapun dia pergi, dan dia akan menemaniku berkeliling hunti foto.

Yes I love photography, itu hobiku yang tidak bisa kutinggalkan. Walau sering protes kecapekan, jalan mendaki, dll, untuk mencari spot yang bagus tapi Sassy tetap menemaniku, well, dia emang sahabat yang bisa diandalkan.

Setelah selesai bersiap, kami menuju mall. Di perjalanan, kami menyalakan musik, lagu Taylor Swift, Rihanna, One Direction membahana. Kami bernyanyi seperti orang gila dan tentu saja dengan memakai kacamata hitam, kata Sassy biar terlihat badass, whatthehell!

Kami berpisah setelah dia bertemu si Cantik, dan aku menghabiskan waktuku di toko buku. Setelah photography, kurasa membaca adalah hobi keduaku. Dan aku tidak mau menjadi pengganggu antara temanku dan pacarnya.

Setelah memilih buku yang akan ku baca, aku segera menuju ke kasir, tapi aku melihat seseorang yang tidak ku duga ada di sana, Bobby. Dia bersama seorang cewek yang tidak ku kenal. OMG, situasi gawat darurat terjadi. Aku segera mengambil hpku untuk nge-chat Sassy.

A : Sas, Sos girl, Bobby ada di mall bersama cewek lain!!!

Setelah beberapa saat, aku menerima balasan.

S : Whaaat? Dasar asshole motherfckr, dimana dia, biar gue samperin!! Jangan lupa ambil foto mereka bitch

Ow ow, perang dunia ke III nih. Bobby memang playboy, tapi aku ga bisa melihat sahabatku dikhianati. Sassy pun menghampiri Bobby dan mendampratnya habis-habisan.

Setelah drama yang terjadi di mall, aku pun mengantar Sassy pulang. Dia menangis sambil mengutuki pacarnya sepanjang jalan. Hahaha. Aku hanya bisa menghibur dan memeluknya.

---

Keesokan harinya, aku pergi ke kampus sendirian. Sassy tidak ingin pergi kuliah setelah kejadian kemarin. Dia ingin menenangkan pikirannya. Dan aku hanya berdua dengan Jen.

Reno sendiri masih sibuk dengan kegiatannya. Aku tidak bisa bertemu dengannya hari itu, jadi aku memutuskan untuk pergi ke basecamp anak-anak teater. Ada 2 bangku duduk dan 1 meja di depan basecamp.

"Hey, anak baru ya?"

Aku langsung melihat ke arah orang yang mengajakku bicara. Cowok tinggi dengan tattoo di sebelah tangannya dan piercing di telinganya. Walau terlihat sangar tapi dia lumayan tampan. Dia lalu duduk di bangku depan basecamp sendirian. Mungkin dia senior.

"Iya, maaf siapa ya?", jawabku.

"Ohh, kenalin gue Glen, mahasiswa tingkat 5, gue senior di klub ini, loe?"

"Gue Anna, met kenal mas Glen, by the way kok sepi nih basecamp?"

"Ohh, yang lain pada ke kantin, kelaparan, wakakaka, duduk aja di sini kalau mau", kak Glen menjawab santai.

Setelah mengobrol dengan kak Glen, beberapa saat kemudian anak-anak yang lain berkumpul di depan basecamp. Ternyata mereka memang asyik-asyik orangnya.

Aku tidak terlalu lama di sana, dan aku diberitahu bahwa akan ada briefing, malam keakraban, pelantikan anggota baru dll, yang akan di WA nanti ke seluruh anggota baru untuk detail lengkapnya. Aku pun tidak sabar menanti event tersebut.

Aku hanya mengingat beberapa nama dari mereka, kak Glen, kak Ali, dan kak Tika. Sepertinya kak Tika adalah primadona di klub teater. Dia cantik dan lucu orangnya.

---

Weekend berlalu dengan cepat dan aku menghabiskan waktu dengan Reno. By the way, Sassy sudah dapat pengganti Bobby, namanya Alex, hahaha, dasar cewek sinting.

Dan Senin kembali menghantuiku. Tapi aku senang, hari ini akan ada briefing di basecamp teater jam 2 siang. Aku dan teman-temanku makan siang di kantin sebelum aku berpisah dan pergi ke basecamp. Sassy pulang dengan Jen ntar.

Hari ini aku memakai kaos stripes hitam putih, jaket hitam, jeans, dan sepatu vans. Perjalanan ke basecamp hanya 5 menit. Diperjalanan, kali ini aku tidak sengaja menginjak sesuatu. Aduh, kenapa sih aku?

KREEKKK.

Aku pun pelan-pelan mengangkat kakiku dan itu kacamata milik seorang cewek yang akan mengambil kacamata miliknya. Mungkin tadi terjatuh.

"Ohh, maaf aku ga sengaja menginjaknya, duh, maaf ya, aku-", aku kebingungan saat dia hanya diam.

Dia hanya jongkok sambil memandangi kacamata hitamnya yang rusak dan patah. Aku tidak bisa melihat wajahnya karena dia menunduk. Aku pun ikut jongkok dan segera mengambil kacamatanya yang rusak dan pecah karena merasa bersalah.

"Uhmm, gimana kalau aku menggantinya, nanti kubelikan yang sama persis dengan yang ini, oke?", aku menawarinya.

Dia menggelengkan kepalanya. Aku jadi semakin merasa bersalah. Duh mak.

Setelah beberapa saat dia berdiri, aku juga ikut berdiri merasa canggung uabiss. Tau rasanya jika kamu berbuat sesuatu yang salah dan cuman diem seribu bahasa (seperti dimarahi dosen di depan kelas), merangkai kata-kata and ga pernah bisa buka mulut karena berasa di plester, nah itu noh.

Suddenly tiba-tiba, dia mengangkat wajahnya dan merapikan rambutnya ke belakang telinga seperti di film-film.

Dan aku melihat cewek tercantik di kampus ini. Matanya cokelat terang kehijauan. Dia punya rambut hitam lurus di bawah bahu, tingginya mungkin 163 cm, tapi karena high heels nya dia terlihat lebih tinggi. Dia menggunakan skinny jeans biru ketat dan brown sweater yang terlihat jatuh dan perfect untuknya.

Aku hanya berdiri diam mengaguminya dengan mulut terbuka. Aku seperti orang terkena serangan jantung mendadak. Lemes tapi tegang bray.

"Um...umm, ga usah, t-thanks, aku akan mengambil contact lens ku aja di mobil, bye", katanya akhirnya berbicara dengan gugup. Aih dia kok lucu. Kayak pernah denger suara dia deh.

Dia berlalu dengan cepat dan meninggalkanku sendirian di situ yang mana aku masih agak-agak terpesona gitu. Tanganku sendiri masih memegangi kacamata hitam miliknya yang rusak.

Aku pun tersadar dari lamunanku, dan berkedip.

1 kali.

2 kali.

Gulp.

Aku lalu menghirup udara dalam-dalam. Dan wangi parfum itu kembali lagi, lavender.

Fuck this parfume.

---

Don't forget to vote.
Thanks for reading :)

Roses and Butterflies (On Editing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang