Charlotte and Julian

188 51 14
                                    

Charlotte's POV

"Selamat Ulang tahun yang ke-17, Cha!" teriak lelaki disebelahku.
"Kenapa harus teriak, sih? Jarak kita ga lebih dari 100 meter!" balasku.
Ia diam beberapa saat lalu kembali membuka mulutnya, "Tapi kamu juga berteriak..."

Hmm, benar juga.

Perkenalkan, aku Charlotte. Seperti yang bisa kalian baca, aku baru saja berulang tahun yang ke-17. Dan menurutku, ulang tahun ke-17 sama dengan ulang tahun yang lainnya. Maksudku, dimana perbedaannya? Dan...

"Jadi? Ini saatnya kamu menepati janjimu dari 2 tahun yang lalu kan?" tanyanya sambil mengguncangkan bahuku.

Dan, dia, lelaki terbawel yang pernah ada, bernama Julian.
Aku sudah berteman dengannya sejak... mungkin 4 tahun yang lalu.
Sifatnya? Hmm, dia bawel tapi manis. Yap, sifatnya manis. Menurut teoriku, sifat manis berarti perhatian, peduli dan selalu memperlakukan orang lain dengan baik.
Dia seperti sebuah sihir. Saat kamu mengenalnya, boom, kamu akan langsung jatuh cinta padanya. Ekhem, begitupun aku, ekhem. Tapi kumohon, tolong jangan beritahu dia. Biarkan ini menjadi rahasia kita.

"Cha?" Mata coklatnya mendekatiku seolah ia berteriak khawatir membuatku terbangun dari lamunan.
"Iiih, apaan sih pegang-pegang?" kataku ketika baru menyadari tangannya berada dipundakku. Kemudian ia langsung melepas tangannya dari tubuhku. "Jadi, hari ini kamu akan memberitahu rahasiamu kan?"

Sial, kenapa dia harus ingat, sih?
Aku hanya dapat berpura-pura bingung, "Hah? Janji apa?"

"Ga perlu basa-basi deh! Jadi, jadi, jadi, siapa lelaki yang kamu suka?"

Julian's POV

"Ga perlu basa-basi deh! Jadi, jadi, jadi, siapa lelaki yang kamu suka?" tanyaku.

"Suka? Suka apa? Kamu kayak baru kenal aku aja. Aku, kan, cuma suka es cendol," jawabnya. Dasar, perempuan ini!
Mungkin harus dengan sedikit pemaksaan, "Aku serius! Siapa yang kamu suka? Beritahu aku atau aku akan menyuruh Bang Oji tutup cendolnya?"
Matanya langsung terbuka lebar, tak kalah dengan mulutnya, "JUUUUL! Kamu tuh, nyebelin banget, ya?" Oke, oke, kali ini aku tak dapat menahan tawaku. Mana mungkin, sih? Ah, gemasnya. Lihatlah mata mungilnya yang membesar! Dan mulutnya yang menganga seperti singa ingin menerkam mangsanya. Rasanya ingin kubawa pulang singa kecil ini.

"Ok! Aku akan memberitahumu tapi tunggu 5 hari lagi!" Katanya.
Apa-apaan ini? "Kamu sudah membuatku menunggu selama 2 tahun dan sekarang kamu membuatku kembali menunggu?!"
Dia tersenyum licik, "Ya... Biar kamu tau rasanya menunggu."
"Dasar, wanita ular," balasku.

                                 ●●●

Charlotte's POV

Di kantin yang penuh dengan siswa-siwa ini aku berteriak mencari Julian, "Juuul?!" Kemudian aku mendengar suara yang sangat kukenal kira-kira agak jauh dari belakangku, "Ya! Aku disini!"
Aku memutar balikkan badanku, hendak berlari. Tetapi, lelaki itu langsung menghampiriku dengan ekspresi kaget dan berteriak, "Awas, Cha!"
Ia mendorongku pelan dan kedua tangannya memegangi kepalaku.
"Udah berapa kali, sih aku bilang? Kalau mau ambil langkah, tuh, liat sekeliling dulu! Untung reflek-ku bagus, kalau ga kamu udah kesiram air panas segede kebon gitu!"

Reflek-ku. Reflek. Ya, reflek. Tidak ada maksud lain. Hanya reflek. Ya.

Julian's POV

Entah ini keberapa-puluh kalinya aku dibuat khawatir setengah-mati karenanya.
Dan entah berapa-puluh kali pula reflek-ku berjalan dengan baik.
Aku pun ingin bertanya pada diriku, mengapa reflek-ku hanya bekerja padanya.

6 Tahun 3 HariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang