Farid sudah selesai mengganti pakaiannya dan hendak segera pulang. Lapangan sudah cukup sepi karna beberapa penonton yang entah dapat info dari mana sudah banyak yang pulang. Hari pun sudah semakin sore dan sebentar lagi akan azan. Hujan deras jatuh dan mengguyur ibukota tanpa tau rasasakit jatuh berkali-kali. Farid keluar dari kamar ganti dan melihat Vio yang masih berdiri di teras depan gedung futsal indoor ini.
"Lo belum pulang?" Tanya Farid pada Vio yang memeluk dirinya karna ini hujan. Mungkin gadis itu kedinginan.
"Belom," Vio melirik Farid sekilas, rasanya Farid ingin memeluknya, "nunggu Mommy."
"Nunggu terus," Farid terkekeh, "ga aus?"
Vio tau Farid menyindirnya yang selalu menunggu Stev. Bukan Mommynya.
"Ya kali," Vio memutar matanya sambil tertawa. Tadi, Mommynya bilang akan menjemputnya satu jam lagi. Vio dengan sedikit terpaksa menunggu Mommynya. Dia sudah terbiasa dengan situasi seperti ini.
"Mau pulang bareng gue gak?" Tawar Farid padanya, "gue bawa mobil."
Vio tersenyum, "no, thanks."
"Lo yakin? Ujannya gede banget."
"Gue udah minta jemput Mommy, Rid," Vio mengedipkan sebelah matanya, "ga apa-apa."
"Oh, ya udah gue duluan," Farid mengacak rambut Vio sejenak dan berlari menuju mobilnya. Tampak dari sini Farid sedikit basah karna hujannya sangat deras.
Drtt drtt
Vio, Mommy gak bisa jemput. Ada lembur.
–Mommy–
Vio cepat-cepat membalas pesan dari Mommynya.
Oke Mom.
–Viola–
Dan mobil Farid baru saja melesat keluar dari parkiran gedung futsal. Padahal Vio ingin berteriak memanggil Farid. Vio merutuki dirinya sendiri karna menolak permintaan Farid tadi.
Harusnya dia tau.
Vio menatap sekeliling, masih ada beberapa orang yang mungkin menunggu hujan reda. Mungkin mereka membawa motor, bukan mobil. Vio memasuki gedung futsal yang sudah sepi. Tidak ada seorang pun di dalamnya. Padahal Vio berharap masih ada orang yang dikenalnya dan bisa dijadikan tebengan. Vio kembali berjalan keluar gedung olahraga. Menunggu hujan reda sambil berdiri dan memeluk tubuhnya lagi.
Jomblo, sih.
Beberapa orang yang tadi menunggu diluar nekad menerobos hujan yang masih sama derasnya. Vio merutuki dirinya sendiri lagi. Kapan Mommynya memberinya kepercayaan untuk membawa kendaraan sendiri?
Vio mengotak-atik ponselnya dan beberapa rintik hujan mengenai ponselnya. Vio mengabaikannya karna moodnya sedang sangat buruk hari ini.
"Lo belum pulang?" Vio menoleh ke samping dimana dia menemukan Reagan dengan rambutnya yang basah dan wajahnya yang terlihat fresh.
Vio menggeleng. Sebenarnya Vio sedikit kesal pada Mommynya.
"Kenapa?" Tanya Reagan tanpa menoleh pada Vio.
Pake nanya lagi.
"Tadi gue mau pulang bareng Verlin rencananya, tapi lo denger sendiri. Abis itu gue minta jemput nyokap dan dibilang sejam lagi. Padahal gue udah di tawarin Farid buat pulang bareng dia tapi gue nolak karna gue mau nunggu Mommy. Dan tiba-tiba pas Farid baru aja pergi Mommy bilang kalo dia gak bisa jemput. Dan sek—"
"Dan sekarang lo bingung mau pulang sama siapa," sambung Reagan.
"That's right ans," Vio baru menyadari sesuatu, "gue pulang bareng lo ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
MOVIE
Teen FictionGimana kalau hati Vio sebenarnya milih Reagan? Tapi saat Vio milih Reagan, Reagan malah milih yang lain. Dan saat Reagan dan Viola udah sama-sama, datang orang ketiga yang sesungguhnya tidak benar-benar mencintai Viola tapi hanya bersembunyi di bali...