I'm Okay. I Love You Mom, Dad

294 9 3
                                    

Namaku Luxy Laronche. Aku berada di tengah-tengah keluarga elit. Ayahku seorang produser dan ibuku seorang desainer terkenal. Kakakku yang laki-laki seorang musisi dan adikku seorang gitaris. Aku bukan siapa-siapa. Aku tidak punya kemahiran apa-apa. Aku berbeda dengan keluargaku. Aku tidak seperti mereka. Oleh karena itu aku tidak disukai oleh keluargaku sendiri.

            Aku bahkan disamakan dengan pembantu di rumahku sendiri. Setiap hari aku melakukan pekerjaan rumah disamping aku sekolah. Aku tidak pernah diberi fasilitas mewah seperti saudaraku yang lain. Aku tidak mempunyai hp, laptop, tab, atau yang lainnya. Aku pernah mengeluh tentang ini semua. Tapi orangtuaku memaki-makiku dan mengatakan aku anak yang tidak tahu diuntung. Akhirnya aku melakukan apa yang mereka katakan, walau aku terpaksa melakukannya.

Aku kurang mendapatkan kasih sayang yang pantas dari orangtuaku sendiri. Aku sering tidak diajak bergabung dengan keluargaku. Aku tidak pernah ikut liburan bersama keluargaku. Aku selalu di suruh untuk tetap tinggal di rumah. Makanya aku sering dipanggil oleh teman-temanku di sekolah dengan sebutan “Anak Buangan”. Bahkan ada orang yang bilang kalau aku ini anak pungutan.  Sungguh menyakitkan mendengar semua hinaan itu.

            Hari ini aku ulangtahunku. Tak satu orangpun yang mengingat hari ini. Aku berencana untuk merayakan ulangtahunku sendirian di halaman belakang. Ternyata orangtua dan saudaraku sedang berkumpul di halaman belakang tanpa mengajakku untuk bergabung dengan mereka. Mereka sangat terlihat bahagia tanpa ada aku di situ. Aku senang kalau mereka senang.

            Aku pergi kekamar untuk belajar karna besok aku ada ulangan. Malam ini aku tidak tidur. Aku tidak bisa focus belajar. Aku malah menangis malam itu. Aku rasa alam ini tidak adil. Kenapa aku ada di keluarga yang tidak menganggapku sebagai keluarganya. Orangtuaku bahkan tidak mengingat ulangtahunku. Sedangkan saudaraku yang lain, ulangtahun mereka selalu dirayakan. Mereka selalu mendapat hadiah yang banyak.

            kring . . . kring . . . kring . . .

            Aku mematikan alarmku. Aku melihat ternyata sudah jam 05.00 pagi. Aku meliha mataku di cermin sembab karna menangis 1 malam. Aku segera mandi. Setelah selesai mandi aku turun ke bawah untuk sarapan. Aku hanya diam di meja makan. Aku tidak tertarik dengan obrolan orangtua dan saudaraku. Mereka mengobrol dengan asyiknya.

            Aku selesai sarapan. Aku pertama bangkit dari meja makan. Aku memasang sepatu dan pergi ke luar rumah.

            “Luxy, kamu ikut Ayah antar, ya?” tawar Ayahku. Aku sontak kaget. Baru pertama kali setelah 5 tahun yang lalu, Ayah mau mengantarku. Biasanyakan aku di suruh naik taxi.

            “Ngak perlu, Yah. Aku naik taxi aja. Nanti kita semua ngak muat di mobil Ayah,” jawabku dengan nada datar. Padahal aku ingin sekali diantar Ayah. Tapi sudahlah, aku tidak ingin mengganggu mereka.

            “Benertuh, Yah. Lagian nanti temen-temen aku nengok Kakak turun dari mobil Ayah, aku malu! Kakak kan . . .” “Hus, diam kamu.” Belum siap adikku bicara, ibu sudah sudah memotongnya.

            Ternyata aku juga membuat malu adikku. Aku pergi dan memanggil taxi. Aku memang anak tidak berguna.

            Aku tidak bisa focus sekolah saat ini. Aku mendengar beberapa temanku membicarakan tentang aku. Waktu jam istirahat, aku kembali mendapat hinaan dari teman-teman adikku. Tapi aku hanya diam dan terus berjalan. Aku memutuskan untuk tidak sekolah. Aku terlalu depresi. Aku hanya berdiam diri di kamar. Aku merenungkan apa yang pernah orang-orang bilang tentangku. Tentangku yang tak dianggap. Aku akan menjadi anak yang berguna, meski hanya sekali.

            Aku merasa tidak enak badan hari ini. Kepalaku pusing sekali. Aku mencoba memanggil bibi atau yang lainnya. Tapi, . . .

            Bruukkk . . . .

            Aku membuka mataku. Dan sekarang aku tidak sedang di kamarku. Aku sedang di rumah sakit. Tak ada siapa-siapa di ruangan ini. Hanya aku seorang diri. Aku pergi mencari suster dan menanyakan kondisiku.

            “Sus, aku kenapa?” tanyaku.

            “Kamu menderita penyakit leukimia. Keluargamu tidak bisa menemanimu. Jadi saya yang akan menemani untuk beberapa hari,” jelas Suster itu.

            Aku mengganggukan kepala. Kemudian aku pergi ke ruanganku. Di saat aku sakit, tak ada satu pun keluargaku yang ingin menemaniku di sini. Padahal aku menderita penyakit yang tergolong tidak bisa diremehkan.

            Sudah 5 hari aku di sini. Tak satu orang pun yang menjengukku. Apa mereka berharap aku mati di  sini? Aku teringat hari ini adalah hari pernikahan orangtuaku. Aku nekat kabur dari rumah sakit untuk beli kado. Dan aku berhasil.

            Aku pergi ke pusat kota. Aku pergi ke sebuah mall. Aku ingin memberi orangtuaku sebuah kue yang di atasnya ada figur kami semua, dimana figurku tidak ada. Dan aku menemukan yang aku cari. Aku mencurigai dua pemuda yang sejak tadi kasak kusuk ntah kenapa. Aku keluar dari mall dan hendak pergi ke rumah. Aku melihat  dua pemuda tadi buat onar. Mereka membawa pistol. Mereka menembakkan pistol mereka berkali-kali. Aku langsung bersembuyi di balik tong sampah. Aku melihat mereka menembaki orang yang lewat dari hadapan mereka.

Gawat! Aku melihat orangtuaku keluar dari mall. Dan pemuda tadi mengarahkan pistolnya ke arah orangtuaku. Aku langsung berlari dengan sekuat tenaga ke arah mereka. Aku membuang pistol pemuda tadi dan memukul kepalanya dengan kayu yang ada disitu. Aku tidak  menyadari pemuda satu lagi mengarahkan pistolnya ke arahku. Aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Aku menatap ke arah orangtuaku.

Duarrr. . . .

Peluru itu menembus tubuhku. Aku melihat kedua pemuda itu pergi berlari. Dan aku sekarat sekarang. Orangtuaku mendekatiku.

 “Luxy, kau tak apa-apa, Nak?” tanya ibuku.

“Kenapa kau lakukan ini?” kata ayahku.

“I’m okay. I Love You Mom, Dad.”

Aku tertidur untuk selama-lamanya. Impianku terkabul. Aku berhasil menjadi anak yang berguna, meski hanya sekali. Aku sudah menyelamatkan nyawa kedua orangtuaku. Aku menyelamatkan 2 nyawa. Nyawa orangtuaku lebih berarti dari nyawaku. Dan aku memang pantas mati. Dan aku tidak akan pernah sedih dan menderita lagi karna aku sudah berda di rumah Tuhan dengan tenang.

-        - - T H E   E N D - - -

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 18, 2013 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

I'm Okay. I Love You Mom, DadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang