Di sebuah rumah besar, ada seorang anak perempuan yang tubuhnya bagaikan kaca. Ketika tubuhnya tersentuh oleh benda tajam walaupun itu ujung penggaris atau ujung meja, tubuhnya akan terasa pecah, dan ketika ia telah terbangun. Ia sudah berada di rumah sakit. Namanya Sherly Sheena. Umurnya baru 13 tahun, tetapi kata dokternya ini adalah umur terlama, anak yang mempunyai tubuh seperti kaca. Sherly masih mempunyai keluarga kecil yang lengkap. Kakak, ayah, dan ibu. Kakaknya bernama Tiara Sheena. Ibunya sangat menyayangi Sherly lebih dari apapun, hingga membuat Tiara benci terhadap adiknya. Sherly tidak diperbolehkan oleh ibunya untuk bermain keluar kecuali jika bersama Tika. Selain itu Sherly hanya bisa melihat dunia luar lewat jendela. Bajunya yang dibikin khusus ada bantalan untuk berjaga jaga, selalu membuatnya gerah jika dimusim panas.
Pada suatu hari, Sherly menemukan kakaknya di sebuah lapangan tepat disebelah rumahnya. Sedang bermain bola basket sendirian. Bergerak lincah bagaikan melayang di langit. ‘’Main basket itu enak ya kak?’’tanyanya lewat jendela. ‘’Ya enak dong, secara nggak kaya lo yang tubuhnya disenggol dikit dah masuk rumah sakit’’ketus kakaknya yang masih bermain bola basket. ‘’Kalau tubuh ini sudah sembuh, kakak mau bermain denganku?’’harap Sherly terhadap kakaknya. ‘’Mana mungkin lah. Lo kan’ cuman hidup nunggu mati doang’’bentak kakaknya sembari membantingkan bola basketnya dan meninggalkan Sherly sendirian. ‘’Kenapa ya kakak suka marah marah. Salah ku apa coba?’’keluhnya sembari meninggalkan ruangan.
‘’DING DONG’’suara bel berbunyi tanda adanya tamu dirumah Sherly. Tiara membukakan pintu bagi yang membunyikan bel dirumahnya. ‘’Sherly nya ada?’’tanya Tika. ‘’Anak sialan itu? Ya adalah emang dia boleh kemana lagi selain sama lo? Dia kan’ cuman nunggu mati doang. Oh iya by the way kalo lo pengen ajak main dia, sekalian buat mati dia secepatnya’’ketus Tiara sembari membanting pintu ketika Tika sudah memasuki rumah. Ibu menuruni tangga dengan cepat karena ada suara keras yang ditimbulkan Tiara. ‘’Ada apa ini, Tiara?’’tanya ibunya. ‘’Tuh bocah pengen ketemua anak sialan’’ketus Tiara. ‘’Apa apaan sih kamu? Dia kan’ adekmu sendiri!’’bentak ibunya. ‘’Ya ya ya whatever’’kata Tiara tidak peduli sembari meninggalkan mereka berdua. ‘’Maaf ya Tika? Mencari Sherly? Ia ada di kamarnya, ke kamarnya gih’’senyumnya. Tika mengangguk tanda mengerti dengan segera ia berlari lari kecil menyusuri lorong menuju kamar Sherly.
‘’Sherly’’sahut Tika. Sherly membalikkan badan lalu terlihat girang karena kedatangan Tika. ‘’Tikaa’’. Mereka berdua berpelukan bagaikan adik dan kakak, sangat erat. ‘’Kakakmu kenapa tuh, kok pengen banget kamu.-‘’kata Tika sembari memperagakan tangannya memisahkan kepala dari badannya. Sherly yang mengerti itu pun bilang, ‘’Benci punya adik yang nggak bisa diajak main kali’’. ‘’Tapi yaudah lah, semoga aku dan dia bisa baikan lagi’’lanjutku girang. ‘’NEVER’’bentak Tiara yang tidak sengaja mendengar ucapan Sherly. ‘’Daripada LO mohon mohon, berharap biar bisa baikan sama GUE mendingan LO CEPET MATINYA’’bentak Tiara meninggalkan mereka berdua. ‘’Maaf ya, Tik. Kamu jadi lihat adegan yang aneh’’sedih Sherly. Tika memeluk Sherly lagi. ‘’Nggak apa apa, asal ia tidak melakukan hal hal bodoh yang bisa membunuhmu’’senyumnya. ‘’Kamu adalah teman sejatiku’’girang Sherly sembari memeluk balik Tika.
‘’Kamu mau ke taman?’’tawa Tika. ‘’Nanti aku tanyain ke ibumu’’lanjutnya dengan senyuman. Sherly menganguk lalu berjalan mengikuti Tika. Sangat kebetulan Ibunya Sherly melewati kamar Sherly. ‘’Maaf tante, Sherly boleh keluar?’’tanya Tika dengan sopan. Ibunya Sherly melirik Sherly dari bawah keatas. Sherly hanya tersenyum ketika dirinya merasa dilirik oleh ibunya sendiri. ‘’Boleh kok, asal hati hati ya Sherly, Tika’’senyum Ibunya sembari berjalan meninggalkan kamar Sherly. ‘’Mau melihat air mancur di taman kota nggak?’’tawar Tika. Sherly menganggukan kepala lalu menarik Tika keluar rumah. Menuju dunia bebas.
Tika sangat hati hati menjaga Sherly. Ia rela meninggal demi Sherly. Karena Sherly adalah sahabat sejak kecilnya. Tika memperbolehkan Sherly menyentuh air mancurnya karena bentuk air mancur itu berbentuk lingkaran. “Masih sama seperti duu”girang Sherly sembari mencelupkan tangannya dibawah air mancur. ‘’Ya, karena ini adalah simbol persahabatan kita. Walaupun air mancur ini hancur sekalipun aku tetap akan menjadi sahabatmu’’senyum Tika sembari mengusap kepala Sherly dengan pelan. ‘’Padahal aku berharap bisa kesini bertiga bersama kakakku’’. ‘’Semoga ya’’senyum Tika lagi. Tali persahabatan mereka sangat erat tidak gampang putus walaupun dengan pedang setajam apapun. ‘’Apakah kau akan jadi sahabatku, selamanya?’’tanya Sherly. ‘’Ya’’. Mereka berdua tersenyum bersama diiringi nyanyian burung yang bersarang di sebuah pohon besar. Tetapi siapa duga tali persahabatan itu harus putus karena waktu?