Falesha pov.
Disinilah aku.
Mencoba mengikhlaskan takdir yang tak berpihak kepadaku.
Mencoba mengikhlaskan kepergianmu. Membiarkan separuh jiwa dan hatiku yang telah kau bawa pergi.Kau tak tau apa yang aku rasakan saat kau mengucapkan kalimat laknat itu, serasa beribu belati tertancap di hatiku.
Sakit, sangat sakit.Ku rasa apa yang kita jalani selama ini tak berarti untukmu.
Aku tau kau lelah menjalani hubungan ini, tapi aku lebih lelah dari kau.
Menjalani hubungan tanpa seorang pun yang tau. Menahan rasa cemburu dan amarah ketika kau bersama dengan yang lain.
Mencoba menuruti dirimu yang tak ingin hubungan kita diketahui siapapun. Alasanmu sangatlah sederhana 'biar jadi kejutan aja buat mereka di kemudian hari', tapi kini aku lah yang merasa kejutan itu. Ya, kejutan yang teramat sangat sakit. Ditinggalkan demi gadis lain.Aku tak minta lebih darimu, aku hanya ingin kau tetap disini, disisiku.
Apakah aku salah?*flashback (author pov)
Matahari mulai terbit, menggantikan sang malam dengan sang pagi. Kicauan burung yang beralun membuat pagi ini sangat menyenangkan dan segar, karena semalam hujan turun dengan derasnya.
Kringgg..
Kringg..
Kringg..
Bunyi alarm di meja nakasnya tak membuat gadis itu bangun. Ia malah mengambil gulingnya untuk menutup telinganya. Tak ingin tidurnya terganggu oleh alarm itu.
'Pasti Mama deh yang nyetel alarm.'- batinnya.
Tak berapa lama terdengar deringan handphone, membuat gadis itu bangun dengan cepat, kalang kabut mencari handphonenya. Sungguh aneh bukan.
"Hai,Sunshine." Sapa orang yang menelepon dengan suara khas bangun tidur. Membuat gadis itu tersenyum manis.
"Hai,juga tiang listrikku." Jawab gadis itu.
Terdengar kekehan di seberang sana,"Masih aja manggil aku tiang listrik, yaudah dimatiin ya!" Seru laki-laki itu.
"Hihihi. Jangan dong, canda doang. Gitu aja ngambek." Ucap gadis itu cekikikan.
"Ada apa nih, nelpon pagi-pagi? Ganggu aku tidur tau."
"Kebo betina. Aku mau ngajak kamu ketemuan di taman biasa ya. Ada yang ingin aku bicarakan." Jawab laki-laki itu dengan nada serius di akhir-akhirnya.
"Huuuu, tadi aja manggilnya Sunshine. Lah sekarang ngejek aku kebo betina. Iuh, amit-amit--." Balas gadis itu kesal.
"--apa yang ingin kamu bicarakan, sekarang juga bisa 'kan?" Sambungnya.
"Ayolah, Shunshine.
Tak ingin bertemu pacarmu ini?
Jam 10:30, aku memaksamu.""Baiklah, aku datang untukmu Tuan Reis. Bye, tiang listrikku. Mama udah manggil." Dia mematikan sambungan secara sepihak. Tak menunggu balasan di seberang sana lagi. Padahal Mamanya tak memanggil.
'Selalu gitu. Pemaksa, tapi aku cinta.'-batinnya.
Dia bangun dari ranjangnya, melesat ke kamar mandi untuk membersihkan diri, lalu turun ke bawah untuk sarapan bersama keluarga.
"Pagi, semua." Sapa Gadis itu riang.
"Pagi, Sayang." Balas Mama dan Papanya.
"Pagi, Dek."
"Ma, Lesa mau nasi goreng." Ucap gadis itu.
Ya,Lesa. Falesha Aubreena Winata, anak terakhir dan putri satu-satunya di keluarga Winata membuat Lesa manja ke seluruh keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost You
Short StoryKehilangan mu adalaha hal yang paling menyakitkan bagiku. Kau telah membawa separuh hati dan jiwaku bersamamu. Beginikah rasanya sakit ditinggalkan orang yang kita cintai? "Tak inginkah kau untuk tetap disisiku?"-Falesha Aubreena W.