Dentuman musik menggema memenuhi setiap sudut ruangan ini. Tidak ada batas antara pria dan wanita. Semua berbaur sejenak melupakan beban hidup yang begitu berat.
Malam semakin larut tapi semangat manusia-manusia ini belum juga surut. Aku rasa yang datang ke tempat ini adalah orang-orang yang susah move on. Mereka terjebak di satu kubangan besar dan sulit untuk bisa kembali ke daratan. Sehingga mereka membutuhkan pelampiasan untuk menyalurkan emosi mereka.
"Hoy, bengong aja lu."Sebuah tepukan di pundakku mengagetkanku. Aku hanya menatapnya malas.
"Sorry, gue kelamaan ya?"lanjutnya sambil mengacak rambutku
"Lu tu ya, ngajak gue kesini tapi lu nya main tinggal-tinggal aja. Gue kan baru pertama kali datang ke tempat kayak gini." Marahku padanya dan tak lupa kujitak manja kepalanya yang otak nya sudah sedikit bergeser itu.
Saat ini aku duduk di salah satu sudut ruangan club malam. Sepupu gilaku ini orang yang bersamaku saat ini tiba-tiba datang kerumah merusak ketenangan jiwaku.
"Keluar yuk, si." Ucapnya saat dia berhasil menerobos masuk kedalam kamarku.
"Kemana?" Aku bertanya.
"Udah cepet ganti baju gue tunggu dibawah. Daripada lu stress di rumah sendirian ntar lu bunuh diri lagi." Dika terbahak sambil berlalu dari kamarku.
Dika arif anggara
Kakak sepupuku yang jahil dan menyebalkan.Tapi dibalik sikapnya yang seperti itu aku tau dia begitu memperhatikan ku. Walaupun tidak ditunjukkannya.
Orang bilang dia itu ganteng, garis wajahnya sedikit mirip orang belanda. Hidungnya mancung, matanya lebar orang jawa bilang Bawang sebungkul, lindri-lindri damar kanginan, rahang kokohnya ditumbuhi bulu-bulu yang terawat.
Entah darimana neneng moyang kami dulu mendapatkan warisan rupa seperti itu. Padahal setauku keluarga kami keturunan jawa tulen. Atau jangan-jangan........... (kalian pikirkan sendiri saja).
Krrriiingggggg
Bunyi alarm membangunkanku dari tidur nyenyakku. Tapi mata ini seolah tertumpah lem sulit sekali terbuka. Mungkin karna baru jam dua dini hari tadi baru bisa terpejam. Semalam Dika mengajakku pulang dari club jam satu dini hari. Itu pun karna di sana kami bertemu dengan kakaknya Rico fandy wahyudi. Kak Rico memarahinya karna mengajakku pergi ku club malam itu.
Teringat bahwa hari ini ada bimbingan dosen aku segera mandi dan sedikit merias diri sebelum pergi ke kampus. Aku harus cepat sebelum ada yang mendahuluiku.
Selesai bimbingan, aku langsung melangkahkan kakiku menuju kantin. Cacing-cacing di perutku sudah berteriak-teriak karena kelaparan.
Entah karena fokusku berkurang akibat kelaparan tak sengaja aku menabrak seseorang dengan semangkuk bakso ditangannya yang kuahnya masih mengepul.
Prangggggg
Bunyi khas sendok, garpu dan mangkuk yang mendarat di lantai. Reflek kututup mataku karena terkejut.
"Sisilya zahra?"
Aku membuka mata saat ada yg menyebut namaku. Dan yang aku lihat saat ini. Cowok setampan dewa yunani sedang tersenyum manis padaku.
'Aih, senyumnya bikin diabetes'.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Mencoba hal yang baru sangatlah sulit. Ini tulisan pertama saya. Saran dan kritik sangat saya butuhkan untuk yang lebih baik kedepannya.
Terima kasih :-)