caradelevingne
aku berjalan keluar dari kafe tersebut. berdiri di depan lampu merah sambil menjilat es krim yang ku pegang perlahan. terlihat taxi menuju ke arahku dan berhenti. aku membuka pintu mobil tersebut dan duduk dibangku penumpang bersamaan dengan pria tersebut. siapa dia? "heii kenapa kau masuk sini?"
"kenapa kau tidak pergi saja?" ia merasa tak berdosa, wajahnya yang cuek membuatku kesal. ia terus menatapku dengan tajam.
"apa? aku terlebih dahulu menduduki kursi ini. jadi harusnya kau yang pergi dan mencari taxi lain. kenapa harus aku? dan kau tau? pria yang baik itu akan mengalah untuk wanita. dan mengapa kau tidak mengalah untuk kali ini saja padaku? jika kau tak ingin me-" aku belum selesai berbicara tetapi pria tersebut sudah memotong pembicaraanku saja. sungguh menyebalkan.
"jika aku tak ingin mengalah kenapa?" pria tersebut menanyakan hal yang baru saja akan ku katakan. bagaimana bisa ia menebak perkataanku tadi? hey, itu bukan masalahnya.
seorang supir menengahi perdebatan kami. "permisi Tuan, Nona. kemana tujuan Tuan dan Nona?"
ketika aku hendak menjawab. pria tersebut menjawab lebih cepat. "Dougwart University." jawabnya singkat. Dougwart Universitiy? itu kan kampus ku. kenapa ia tahu tujuanku? sudah kuduga, ia memiliki indra ke-6.
aku mengeluarkan bola mataku dan menatapnya kejam penuh kekesalan. "kau! sungguh menyebalkan."
"kenapa? kau akan pergi kesana juga, bukan?" ya. dia benar. aku tak bisa mengelak lagi. tapi tetap saja, bukan berarti permasalahan ini selesai.
aku terdiam kesal tanpa meliriknya sedikitpun. yang kulakukan hanyalah menjilat eskrim ku hingga habis.
"kau memakan eskrim menjijikan itu di hadapanku, kau tahu?" ia memulai perdebatan kami.
sungguh membuat nafsu makanku hilang. "kenapa? kau mau, pria yang tidak tahu malu? asal kau tahu ya. aku menjilat eskrim yang super lezat ini di sampingmu, bukan di hadapanmu!"
"itu sama saja. aku bisa melihatnya" ia melirikku dengan tatapan seram yang dibuatnya, membuatku ingin tertawa.
"kalau begitu kau pergi saja, agar kau bisa menjauh dari makanan yang menjijikan ini. dan jangan pernah bertemu denganku lagi untuk selamanya." aku membalasnya dengan nada sedikit kesal dan menyodorkan eskrim yang super lezat bagiku, dan menjijikan baginya."
"apa kau bodoh? tentu saja aku akan pergi sekarang. kuharap ucapanmu tidak bersungguh-sungguh, Nona." taxi tersebut berhenti disebuah kampus, tujuannya. lalu ia membuka pintu mobil taxi dan pergi keluar. ketika hendak pergi, ia kembali lagi ke dalam taxi dan membawa berkasnya yang tertinggal. lalu ia meninggalkan beberapa patah kata. "kuharap kau cepat pergi. jika tidak, kau akan tertinggal jam pertama, Nona." aku hanya diam pura-pura tidak mendengarnya dan melanjutkan menjilat eskrim yang super lezat ini. akhirnya, pria menyebalkan tersebut pergi dan menjauh dariku. kini aku bisa menjilat eskrimku dengan tenang.
supir taxi itu mengaburkan kenikmatanku. "Nona, kau tidak turun?"
"turun? untuk apa? aku tak mengenal pria tersebut dan tempat tujuanku adalah Dougwart University, Sir!"
supir tersebut menatapku heran "apa kau gila? lihatlah sekelilingmu, Nona! aku harus pergi mencari penumpang lain." supir ini sama saja dengan pria menyebalkan tadi.
"ah, ya. kenapa kau tak bilang daritadi? kau yang gila!" aku tak ingin kalah dan memarahinya.
"kupikir kau akan mengeluarkan uang. tarifnya bisa Anda lihat sendiri, Nona"
wait... tadi ku kira aku mengusirnya ketika jauh dari kampus. ternyata............ dia hanya pergi begitu saja tanpa membayarnya? hingga tempat tujuan? sungguh pria tak tahu malu! emosiku naik, rasanya ingin memukul wajahnya keras-keras. "ok... ini uangnya" aku bergegas pergi keluar taxi tersebut dan mencarinya. di tengah jalan aku bertemu dengan sahabatku, Miranda.
"wey, wey, Jo! ada apa? kau terlihat terburu-buru." Mir menyegatku.
"kau bisa-bisanya menyegatku ketika aku sedang tergesa-gesa? kenapa hari ini semuanya sungguh menyebalkan?" aku tambah kesal. yang aku inginkan hanya bertemu pria tadi dan memukul wajahnya sekencang mungkin.
Mir memegang pergelangan tanganku, menatapku heran. "ada apa? cerita baik-baik." akupun menjelaskan yang sebenarnya.
"itu tidak bisa dibiarkan, Jo! kita harus menemuinya." ia semangat membantuku.
"kau pikir mudah? tidak hanya ada 3-4 orang yang ada di kampus ini, Mir. itu tidak mudah"
"pria itu... tampan, tidak?" matanya menatapku dengan rasa ingin tahu yang sangat besar.
"tam...pan.... tapi aku tak suka. ia tinggi, kurus, rambutnya ikal, dan-" perkataanku terhenti ketika melihatnya. "hey itu dia! hey pria bodoh. kemari kau!"
"itu Jo?" Mir menunjuknya, namun pria tersebut berlalu. hey ada apa dengannya? dasar tidak tahu malu! awas saja kau.
"ya." jawabku singkat.
"kalau begitu kita harus mengejarnya, Jo!" Miranda sangat semangat.
"aku malas." aku teringat. aku berharap untuk tidak bertemu dengannya lagi sampai kapanpun. akupun berbalik badan dan berjalan menuju perpustakaan.
"kau mau kemana?"
"perpustakaan. tempat dimana aku tidak akan bertemu pria itu lagi karena jika aku bertemu dengannya. aku bisa saja membunuhnya hidup-hidup" aku tetap berjalan, sedangkan Mir masih berdiri di tempat tadi.
"tunggu aku, Jo!"
harrystyles
ada apa dengannya? ia memanggilku bodoh, sedangkan dia sendiri yang bodoh. dia pasti sangat marah besar karena kejadian tadi siang. sudahlah. suruh siapa bodoh. akupun berjalan menuju perpustakaan untuk meminjam buku favorite ku yang kubaca tiap tahun dan menjalankan misi nya. misi? ah, ya. kau akan tahu nanti.
tiba-tiba ketika aku hendak membawa buku tersebut, seseorang telah memegangnya. namun aku raih kembali buku yang berharga tersebut hingga di tanganku. apa? gadis tadi lagi?
"wait... kamu pria menyebalkan yang berada di taxi bersamaku tadi siang, kan? asal kau tahu ya, tadi akulah yang membayar tarif taxi mu. sedangkan kau pergi begitu saja. dan sekarang kau merebut buku yang akan ku pinjam. apa kau tidak tahu malu?" terdengar lagi celotehan gadis bawel tersebut.
"hey kecilkan suaramu! kau mencuri perhatian mereka, kau tahu?" aku memasang muka menakutkan. rupanya dia tetap saja tidak takut padaku.
"aku tidak peduli. kembalikan buku ku sekarang! itu milikku, aku yang pertama menemukannya!" ia beruaha meraih buku dari tanganku.
"masih banyak buku di rak sana yang masih bisa kau pinjam, gadis bodoh!" ia berhasil merebut buku itu, aku berusaha merebutnya. susah sekali didapatkan, genggamannya kuat dan ia sangat sigap.
"kau saja! aku hanya ingin yang ini, pria yang menyebalkan. lebih baik bodoh daripada menyebalkan, kau tahu?!" ucapnya dengan nada sedikit menjengkelkan. yaz. aku berhasil merebutnya dan berlalu meninggalkannya.
tiba-tiba seseorang mengambil buku tersebut dari genggamanku, lagi. akupun mencoba meraihnya kembali dan Bruk! buku itu terjatuh.
'welcome agent to Vadom. type your password bellow to know your mission. you must be done it.'
"kau! kau yang menjatuhkannya dan kau harus bertanggung jawab."
caradelevingne
"aku?" apa maksudnya semua ini? buku itu terjatuh dan mengeluarkan suara begitu saja? misi? password? Vadom? apa itu Vadom?
hello readers! well, here's my first fanfiction. would mean a lot for me kalo kalian vote+comment fanfict ini. danke.
YOU ARE READING
Please Say You Won't Let Go
FanfictionBerawal dari sebuah buku rahasia yang ditemukan Joce dan hal tersebut membuat hidup Harry dalam bahaya! 'If i'm the winner, you die.' -Joce 'I love you. No matter what. If you die, i die' -Harry