"Raikan?"
"Hmm." Raikan menjawabnya dengan dehaman.
Raikan melihat kondisi Zea yang menurutnya sangat menyedihkan,ia sangat kacau saat ini. Ada rasa iba dalam hatinya, ingin bertanya kenapa ia terlihat menyedihkan seperti itu.
"Kenapa lo? Ngeri banget muka lo."tanya Raikan dengan nada angkuh dan mengejek.
"Bukan urusan lo."jawab Zea ketus.
"Baik-baik gua nanyain keadaan lo, hih kenapa coba tadi gua pake nanyain. Ga peduli juga gua lagian!"ujar Raikan kesal.
'Raikan bego ngapain lu pake nanyain keadaan dia, jatoh kan harga diri lu! Bego Raikan bego!' batin Raikan.
Zea menatap Raikan yang berlalu dengan wajah kesal dengan tatapan bingung, tapi dia tidak terlalu memikirkan hal itu.
"Zea! Cepat kesini!"teriak Reno, dengan malas Zea melangkahkan kakinya menuju Reno.
"Kamu ikut ayah pulang ke rumah!"ucap Reno tegas tak terbantahkan.
"Barang-barang saya masih ada di apartment saya. Anda duluan saja." ujar Zea menekankan kata 'anda'.
"Panggil saya ayah, Zea!" bentak Reno.
"Hm." jawabnya malas.
"Zea-Zea, kamu ini anak ayah satu-satunya. Tapi kenapa kamu ngga pernah anggap ayah seperti ayah kamu?"
"Apa pantas orang yang membunuh istrinya sendiri dan ibu dari anaknya disebut ayah? Anda seharusnya berfikir! Kenapa anda ini selalu menghancurkan kehidupan saya?!" ucap Zea dengan volume tinggi.
"Tutup mulut kamu Zea! Saya ini ayah kamu, ayah bukan pembunuh! Ayah ga membunuh bundamu Zea, itu kesalah pahaman." Ujar Reno keras.
Orang-orang disekitar mereka menatap heran ke kedua orang yang sedang berdebat itu, Zea dan Reno.
"Hhh... Zea, sekarang juga, kamu ikut ayah pulang kerumah!" ucap Reno dan menyeret paksa tangan Zea.
"Saya bilang barang-barang saya masih ada di apartment saya! Dan saya mohon pada anda supaya saya bisa mengambil barang-barang saya dulu!"ucap Zea.
"Barang-barangmu sudah ada dirumah, ayah menyuruh orang untuk memindahkan barang-barangmu itu."ujar Reno.
Mau tidak mau Zea menyerah. Ia masuk ke dalam mobil dan pulang kerumah ayahnya, rumah yang penuh dengan banyak kenangan dan kisah menyedihkan.
Sampai dipekarangan rumah, Zea turun dari mobil begitu saja dan masuk kedalam rumah.
"Zea tunggu! Ayah masih mau bicara sama kamu!" pekik ayahnya saat Zea menaiki tangga, seketika Zea berhenti melangkah.
"Maaf saya capek. Kita bisa bicara, tapi saya tidak tahu kapan. Dan dengan saya berada dirumah ini, bukan berarti saya harus menuruti perintah anda." ujarnya dan kembali melangkah memasuki kamarnya, membanting pintu kamarnya dengan keras sampai menimbulkan bunyi.
'Suatu saat kamu akan menyadari kalau itu adalah kesalah pahaman Ze, mana mungkin ayah tega membunuh bundamu, istri yang sangat ayah cintai.' batin Reno
.
Zea berangkat sekolah pagi ini, tanpa sarapan dan juga tanpa berpamitan pada ayahnya.
Dia memasuki kelasnya dengan malas dan duduk dibangkunya.
"Ze, lo udah kerjain tugas Biologi?" tanya Anindya.
Satu-satunya sahabat Zea yang menyayanginya, yang mengetahui kisah hidupnya, tempat Zea mencurahkan isi hatinya, teman bermainnya yang sudah Zea anggap sebagai saudaranya sendiri.
"Belum Nin, liat punya lo, dong." pinta Zea.
Anindya pun memberikan bukunya, dengan segera Zea menyalin tugasnya.
Raikan menghampiri Zea dan menggebrak meja Zea.
"Pr itu kerjainnya dirumah bukan disekolah! Lo itu kok kerjaannya bikin masalah terus, banyak kasus atas nama lo, lo juga ga pinter-pinter banget, jadi apa gunanya lo sekolah?" gertak Raikan.
"Gue punya hak untuk sekolah, mau gue pinter kek ngga kek, emang apa hubungannya sama lo? Ngga ngerugiin lo juga, kan?"jawab Zea sambil terus menyalin tugasnya.
"Lo itu kalo dikasih tau bukannya jawab iya,sorry, atau apa malah nyolot. Emang gaada urusannya sama gue, tapi dengan nama lo yang tercatat dengan berbagai macam kasus, lo udah mencoret nama baik kelas ini, ngerti?"
"Gua ga mau pusing mikirin itu, jadi yaa, bodo amatlah. Kalo gamau sekelas sama gue tinggal pindah kelas aja, repot amat." jawab Zea malas.
"Pegel gue ngomong sama cewek ngga tau tatakrama dan berandalan kayak lo! Terserah lo, tapi selama ini gue udah sering nasehatin lo dan ngejalanin tugas sebagai ketua kelas yang baik."
"Gue kan ga minta dinasehatin sama lo." balas Zea datar.
"Shhh... udah lah, buang-buang tenaga gue ngomong sama lo." ujar Raikan lalu meninggalkan Zea.
"Shoo, shooo!" usir Zea, Raikan yang mendengar itu berdecak sebal.
.
Jam istirahat sudah habis dari satu jam yang lalu. Tapi Zea tak kembali kekelasnya. Ia memilih berdiam ditaman yang jarang dikunjungi orang.
Zea merogoh kantung seragamnya dan mengambil sebatang rokok, menyalakannya dan menghisapnya, lalu mengepulkan asap dari dalam mulutnya.
"Satu kasus lagi gue catet di buku kasus. 26 Januari, Priska Kanaya Zeamanda bolos dan merokok ditaman sekolah pada jam pelajaran." tiba-tiba ada suara yang mengagetkan Zea, hingga membuatnya menoleh. Ia mendapati Raikan sedang mencatat kasusnya kali ini dalam buku kasus tercintanya.
"Mau sampe kapan, nama lo selalu ada dibuku kasus?"tanya Raikan.
"Sampe dapet hidayah." jawab Zea asal.
"Kapan lo bisa dapet hidayah?" tanya Raikan.
"Kapan-kapan." jawab Zea asal.
"Zea-zea... Lo itu cewek tapi kelakuan lo itu, sumpah bikin semua orang ilfeel tau. Coba deh lo ubah sedikit sifat lo, pasti yaaa--"
"Seenggaknya lebih baik dikit lah. Sampe hafal gue sama kata-kata lo, Rai! Bosen gue dengernya, lo nasehatin gue itu itu mulu kata-katanya." ujar Zea memotong ucapan Raikan.
"Gausah nasehatin gua, Rai. Urusin aja diri lo sendiri." lanjut Zea.
"Gue kan nasehatin lo supaya lo jadi lebih baik, bego!"
"Udahlah gue mau balik kekelas, gue cuma disuruh sama bu Vivi nyari lo yang bolos kemana terus nyatet kasus lo. Dan itu cukup ngebuang tenaga gue." ucap Raikan lalu melangkahkan kakinya menjauhi Zea.
"Gue ga pernah minta lo ngelakuin itu jadi, whatever lah ya!" ujar Zea mengedikkan bahu dan melanjutkan aktivitas merokoknya.
***
1) Makasih buat yang masih setia baca cerita ini wkw. Aku harap kalian ngga bosen menunggu, ya walau aku tau, menunggu itu melelahkan/curhat/plak/ wkw, yasudah, seperti biasa. Usahakan untuk meninggalkan vote,ehe(:
2) Ini bagiannya Panes, kalian sudah tau, kan? Uname wattpadnya vaneshaiueo. Kalian bisa mampir kesana, disana juga banyak cerita seru, kok. krisannya masih kutunggu, kok(:
3) Selamat membaca^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Love Is Blind
Teen FictionBagaimana jika seorang bad girl menyukai seorang pria tampan pemegang buku kasus, karena semakin hari semakin dekat? Tapi, bagaimana jika Zea justru menyesal pernah mencintai seorang pria yang bahkan tidak menganggapnya teman? Raikan, pria pertama y...