1
Jalanan di kota seoul pagi ini sudah ramai. Mungkin karena ini hari senin, di mana semua orang sibuk dengan aktifitasnya. Seorang gadis berusia 21 tahun, jalan terburu-buru sambil sesekali berlari di sepanjang terotoar. Wajah cantiknya yang di poles dengan make up natural mengeluarkan peluh karena tenaganya yang terkuras akibat jalan cepatnya. Rambut panjang lurusnya ia biarkan tergerai. Ia menyeka peluhnya dengan saputangan putih miliknya. Seseorang berjalan dari arah yang berlawanan dengan kecepatan tak kalah cepat menabrak gadis itu.
"Buuugh!"
Benturan keras yang mengenai pundak yoo ra eum -gadis cantik tadi- membuat bibirnya meringis. Saputangan putih miliknya jatuh terlepas. Ia merengut kesal tanpa melihat siapa yang menabraknya lalu berjongkok untuk mengambil saputangan kesayangannya. Tepat saat ia sedang memungut saputangannya, seseorang di hadapannya menginjak saputangannya. Sontak ra eum mendongakkan kepalanya menampakan wajah tak suka.
"Yak! Wae?!" Bentak ra eum. Pria yang menginjak saputangan ra eum tertawa tak percaya.
"Apa maksudmu dengan kenapa?" Pria tersebut balik bertanya.
"Kenapa kau menginjak saputangan ku?" Tanya ra eum sedikit berteriak sambil menarik saputangannya namun tak berhasil.
"Sebesar apa rasa sayang mu pada saputangan ini sampai tidak meminta maaf dengan orang yang kau tabrak?" Tanya pria bermata tajam itu dingin.
"Mwo?"tanya ra eum tak percaya lalu bangkit dari jongkoknya. Kini ia berhadapan dengan pria bermata tajam itu.
"Yak ahjussi! Aku tidak menabrak mu, lalu kenapa kau menginjak saputangan ku?" Ujar ra eum emosi. Pria yang dipanggil ahjussi itu membulatkan matanya tak percaya.
"Mworago? Ahjussi? Memangnya berapa umur mu nona manis?" Ujar pria tadi sambil menginjak saputangan ra eum lebih kuat, bahkan di gosokannya ke aspal yang ia pijaki.
"Yakkk!" Teriak ra eum saat melihat saputangannya diperlukan seperti itu. Tak segan-segan ra eum langsung mendorong pria tadi kuat-kuat hingga jatuh lalu segera mengambil saputangannya. Beberapa orang yang lalu lalang refleks langsung memusatkan matanya pada pria tampan yang sedang*duduk manis di trotoar. Ra eum langsung pergi karena banyak pekerjaan yang menunggunya tanpa menghiraukan teriakan pria yang baru saja ia dorong....
"Dari mana saja kau?" Tanya hoseok pada ra eum ketus.
"Oppa mianhe, tadi ada kejadian yang menghambat perjalananku kesini." Jawab ra eum menunduk. Ia tidak berani menatap atasannya.
"Apa setiap hari selalu ada hal yang menghambat mu untuk pergi ke kantor tepat waktu, apa kau tidak tahu masih ada tugas lain yang menunggumu di kantor?" Tuding hoseok lagi.
"Maaf oppa." Sesal ra eum. Hoseok menghela nafas, setelat apapun ra eum ia tidak bisa melakukan apapun kecuali menasehati hal yang sama. Memang bawahannya yang satu ini suka terlampat tapi ia selalu menyelesaikan tugasnya dengan baik dan tepat waktu. Terlebih lagi ra eum bisa dibilang *adik kesayangannya. Mereka saudara tiri. Mereka suka menyempatkan diri untuk makan bersama atau sekedar minum sambil berbincang tentang kehidupan satu sama lain.
"Cepat masuk keruangan mu." Suruh hoseok. Ra eum membungkuk sambil mengucapkan terima kasih lalu jalan terburu-buru menuju ruangannya.Ra eun tersentak saat melihat hayoung, teman dekat yang bekerja satu ruangan dengan ra eum sedang mempacking barang-barangnya.
"Ya Oh hayoung. Ada apa ini? Kontrak mu sudah habis hari ini?" Tanya ra eum bingung. Hayoung hanya tersenyum sambil meneruskan kegiatanya. "Ne, kontrakku sudah habis hari ini." Ujar hayoung kemudian.
"Mwo? Bukankah kontrak mu selesai bulan depan? Tidak bisakah kau meminta perpanjangan kontrak? Kinerja mu sangat bagus." Ra eum tak rela jika harus berpisah dengan sahabatnya.
"Kontrak tetap kontrak ra-ya, Aku tidak papa kita masih bisa bertemu bukan?" Ujar hayoung.
"Lalu kau akan bekerja dimana?" Tanya ra eum.
"Soal itu aku sudah memikirkan jauh-jauh sebelum waktu kontrak ku habis. Aku akan menikah secepatnya dengan seokjin." Ujar hayong tersenyum.
"Yak kau mendahului ku." Ujar ra eum sambil memajukan bibirnya. Hayoung tertawa melihat sahabatnya.