BREATH

8.1K 753 58
                                    

Aku tidak mengerti.

Tapi satu yang kuingat, Umma pernah membawaku memeriksa sumsum tulang belakangku saat aku masih kecil.

.

.

.

Pintu kamar itu terbuka kasar dengan sekali sentak. Tapi Yunho tidak peduli. Ia sudah sangat tahu siapa yang masuk ke kamarnya dengan cara seperti itu. Yah, sudah tidak asing lagi jika mendengar nama Kim Jaejoong di hidup Yunho. Remaja cantik yang selalu bertingkah layaknya bocah kelas lima SD. Pria manis yang sudah dua tahun ini menjadi tetangga dekatnya.

  "Yunnie, kenapa kau masih di sini? Kau tidak sekolah? Aaah~ Kau membolos yaa? Awas saja nanti kuadukan pada Umma Jung!" Cerocos namja cantik itu setelah ia berhasil menerobos masuk ke dalam kamar pujaan hatinya seperti biasa.

Yunho hanya mendengus. Ia melanjutkan bacaan komiknya masih berbaring di atas ranjangnya yang kusut. Melihat dirinya tidak dipedulikan membuat Jaejoong mengerucutkan bibir ranumnya. Ia segera melompat ke samping Yunho dan menyengir lebar saat pria tampan itu memicing kepadanya.

  "Ini hari minggu, bodoh" Desis Yunho kemudian.

Aih.

Jaejoong menaikkan alisnya. Kemudian ia tertawa-tawa kecil. Merasa geli pada dirinya sendiri. Bagaimana bisa ia melupakan tanggal?

Ckckck.

Mungkin karena efek home schooling-nya.

  "Yunnie, aku punya kabar baik untukmu!" Pekik Jaejoong yang selalu semangat itu.

Yunho hanya bergumam malas. Menyibak halaman komiknya.

  "Aku akan sekolah di tempatmu mulai besok! Bukankah itu mengasyikkan? Kita akan selalu bersama!" Ujar Jaejoong dengan senyum termanis yang ia miliki.

Mwo?

Yunho membulatkan mata musangnya. Kemudian ia menoleh, menatap tetangga berisiknya yang terlihat sangat senang. Aish. Itu sungguh berita buruk untuknya. Maksudku, Yunho tidak masalah dengan keributan Jaejoong di rumahnya setiap hari. Tapi ini di sekolah?!

Oh great, ia tidak akan bisa lagi mencari tempat untuk menenangkan dirinya setelah bocah ini masuk sekolah. Jaejoong pasti akan mengoceh dan mengekorinya setiap saat.

Eh—tunggu.

Yunho mengerjapkan mata musangnya. Menatap wajah cantik tetangganya yang tampak memerah segar pagi ini. Kemudian ia tersenyum. Senyum yang bisa digolongkan dalam kategori menakutkan. Setelah ia menyadari bahwa Jaejoong berbeda usia dengannya. Namja cantik itu akan masuk kelas dan lantai yang berbeda karena ia masih 15 tahun.

Yeah!

Pemikiran itu merupakan angin segar bagi Yunho.

  "Baguslah, semoga kali ini kau punya teman" Tanggap Yunho tersenyum.

DEG.

Jaejoong tertegun. Mata bulatnya mengerjap cepat.

Teman?

Pria cantik itu segera mengalihkan pandangannya. Jari-jarinya mulai bergerak gelisah. Oh—ia tidak berpikir sampai ke situ. Yah, kita semua tahu hanya ada Jung Yunho di kepala kecil itu.

  "Kau kenapa, Joongie?" Tanya Yunho khawatir.

Rona merah itu telah hilang. Membuat wajah Jaejoong tampak pucat.

  "Yunnie—kurasa..Kurasa aku tidak jadi masuk sekolah saja..." Cicit Jaejoong lirih. Nyaris tidak terdengar.

Yunho menaikkan alisnya. Ia membuang komiknya ke samping dan beralih menghadap bocah cantik itu.

BREATHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang