"Maaf Bu Vanya, apa ibu ingin langsung pulang atau kembali ke kantor?" tanya Gendis saat mereka berjalan beriringan keluar lobby kantor Adhinaya Group.
"Gendis, sudah kubilang jangan panggil aku dengan sebutan 'Bu' saat kita hanya berdua. Dan berhentilah bersikap formal di luar kantor" ucap Vanya sebal.
Gendis tersenyum tipis sebelum menjawab,
"Maaf Bu Vanya, tapi ini masih jam kantor dan kita sedang dalam tugas kantor. Jadi saat ini saya masih berstatus sekretaris ibu"
"akan lebih menyenangkan bagiku jika kamu bersikap seperti biasa saja, Gendis. Kau tahu, hampir 6 bulan aku menggantikan posisi kak Verly sebagai Presiden Direktur, tapi tak sehari pun aku bisa menikmati peran baruku ini. Tak bisakah kau setidaknya menghiburku?" ucap Vanya semakin kesal.
"baiklah jika ibu memaksa" jawab Gendis.
"kau menyebalkan. Ya, ini perintah! Bahkan jika kau terpaksa sekalipun" ucap Vanya seraya mulai masuk kedalam BMW bersupir yang telah menghampiri mereka. Dan Gendis justru tertawa terbahak-bahak melihat sikap bos barunya tersebut.
Sepeninggal Verly, sesuai wasiat yang ditinggalkannya pada pengacara perusahaan, Vanya lah yang berhak menggantikan posisinya sebagai Presiden Direktur perusahaan mereka. Dan Vanya pun menjalani peran tersebut demi janjinya pada Verly sebelum ia pergi yaitu untuk menjaga perusahaan dan keluarga mereka. Begitupun dengan Gendis yang telah berjanji untuk selalu membantu dan menjaga Vanya.
Karnanya, Gendis pun yang berlatar belakang ekonomi bisnis kini membantu Vanya yang memang sama sekali tak memiliki pengalaman di bidang ini.
"Aku mau mampir ke taman, Dis. Kalian pulang saja.." ucap Vanya yang sedari tadi memandangi langit mendung Jakarta dari kaca jendela.
"Baiklah, ingin dijemput jam berapa mba?" tanya Gendis yang memang sudah hafal dengan kebiasaan Vanya enam bulan terakhir ini.
"tak usah. Aku bisa naik taksi. Tolong sampaikan pada mama juga ya.. Agar Mama tak khawatir.."
"Baiklah, akan kusampaikan. Kujemput jam 5 sore.." ucap Gendis saat Vanya turun dari mobil. Membuat ia kembali mendongakan kepalanya ke arah gadis yang selalu ia akui sebagai adik sepupunya tersebut.
"Dis, please. Aku sedang ingin sendiri"
"baiklah..Baiklah.." jawabnya pasrah.
"Andai kau tahu, Dis. Yang lebih kubutuhkan saat ini bukanlah seorang sekretaris yang siap membantuku kapan saja, tapi teman yang siap mendengarkanku kapan saja" ucap Vanya lirih seraya menutup pintu mobilnya. Sementara Gendis terpaku mendengarnya.
Tak lama kemudian mobil mereka pun melaju meninggalkan taman terdebut.
Vanya mulai merebahkan dirinya di atas tanah landai yang berumput di pinggir danau, di tengah taman tersebut.
Ia memandangi langit mendung yang tampak teduh dalam diam. Dan pelan-pelan air matanya mengalir dari pelupuk tamannya.
"Dahulu, ada seorang dewa muda yang senang bermain-main di atas awan bumi. Dia adalah anak dewa langit. Setiap kali ia menatap bumi di bawahnya, ia selalu ingin turun ke bumi. Ia begitu iri pada manusia yang memiliki banyak teman dan bebas bergaul dengan siapapun. Ia begitu menginginkan kehidupan di bumi yang begitu dinamis. Meski tak selalu indah, namun justru membuat manusia menjadi semakin bijak dan tampak istimewa. Menurutnya manusia itu hebat. Namun ketika ia tahu apa yang dilakukan para manusia sebenarnya, ia begitu merasa sedih dan marah. Manusia justru menyianyiakan apa yang sudah dianugrahkan oleh mereka. Bumi yang indah, keluarga yang bahagia, teman-teman yang baik dan semua hal indah yang justru mereka hancurkan dengan tangan mereka sendiri. Dan setiap kali dewa muda tersebut bersedih langit bumi pun akan mendung dan hujan pun turun. Suatu saat dewa muda tersebut menangis tak henti-henti karna melihat seorang anak yang menyakiti sahabatnya sendiri. Dan menyebabkan hujan berkepanjangan di bumi. Akhirnya Sang Dewi Langit, ibunda dewa muda tersebut menghibur dewa muda tersebut. Bahwa memang seperti itulah kehidupan Manusia. Diantara mereka ada yang berbuat sebuah kesalahan, agar mereka belajar tentang penyesalan dan saling memaafkan. Diantara mereka ada yang kehilangan suatu hal, agar mereka menghargai apa yang mereka miliki. Diantara mereka ada yang mengalami kegagalan, agar mereka belajar tentang kekurangan dan kesalahan mereka, kemudian mereka akan berusaha lebih keras. Begitulah seterusnya, semua agar mereka menjadi makhluk sempurna dan bisa kembali ke langit. Dan setelah mendengar hal tersebut dewa muda tersebut tersenyum bahagia, karna itu berarti manusia-manusia baik yang berhasil lulus akan menemaninya hidup di langit yang sepi. Dan senyum bahagia dewa muda tersebutlah yang membuat pelangi menghiasi langit setelah hujan"
KAMU SEDANG MEMBACA
Part of Life
RomansAndra, cinta pertama Vanya. Laki-laki yang sudah sejak awal masuk SMP ia sukai tiba-tiba saja menghilang ketika mereka masih duduk di kelas 2 SMA. Vanya yang merasa benar-benar kehilangan pun terus berusaha mencarinya hingga ia bertemu dengan Radit...