Typo everywhere. Maafkan ya^^
***
Lenya's Point Of View.
Aku dan beberapa orang di sekitarku terus berlari mengejar Rafa yang sedang terbaring tak berdaya di tempat tidur. Beberapa suster mendorong tempat tidur itu sampai di depan ruang oprasi.
Mataku mencari-cari seseorang. Datanglah beberapa suster yang tengah mendorong tempat tidur milik Adrian.
"Adrian~" lirihku berusaha menggapai tubuh Adrian yang di bawa masuk ke dalam ruangan yang sama dengan Rafa.
Saat itu, Adrian tak sampai menggapai tali helikopter dan kami berdua jatuh ke trampolin. Sayangnya dari atas penculik itu menembak Adrian dari belakang.
Tangisan kecil mulai tercipta, aku tak tahan lagi! Kenapa harus sesulit ini? Aaaa aku mohon! Adrian Rafa hiduplah untukku!
Relya langsung memelukku. Berusaha memberi kekuatan untukku. Aku ingin mereka selamat, semua gara-gara aku. Masalaluku, membuat semuanya seperti ini.
***
Sudah dua hari semenjak kejadian itu. Aku belum berani keluar rumah. Aku hanya menyendiri di kamar tak berani berbicara dengan siapa-siapa.
Tok. Tok. Tok.
"Kak Leny mau makan? Aku bawa makan nih buat kakak." terdengar suara Gany dari luar sana.
"Aku engga nafsu makan, bawa pergi aja makanannya." ucapku berusaha membenamkan seluruh wajahku pada bantal.
"Aku mau pergi kalau kak Leny makan." ancam Gany membuat aku menyerah. Aku membukakan pintu untuk Gany.
"Nah gitu dong kak, nih makan siangnya. Nanti kak Leny sakit loh." ucap Gany seraya duduk di kursi. Ia menaruh nampan pada nakas samping tempat tidurku.
Aku tak menghiraukan Gany. Aku masih tengkurep sambil membenamkan wajahku pada bantal.
"Bonekanya gede banget. Lucu loh." oceh Gany membuat aku bangun dan mendapati boneka beruang yang terpajang di samping tempat tidur.
Itu dari Naufal.
"Kak Leny harus yakin. Kakak mau milih siapa? Kak Adrian? Atau tetap diem kayak gini aja." ucap Gany membuat aku bungkam. "Coba buka hati kakak."
Mataku sayu, aku bangkit dari tempat tidur. Menggapai jaket kesayanganku dan pergi dari sana.
"Loh kok pergi? Kak ini makanannya gimana? Ah kampret-_-"
***
Author's Point of View.
Pintu kamar ruangan Adrian terbuka. Terlihat sosok Lenya yang masuk ke dalam ruangan itu. Ia membuka kacamata hitamnya dan topi yang menanggal di kepalanya.
Lenya berjalan mendekati Adrian yang terbaring tak berdaya di tempat tidur. Selang infus berada di tangannya. Alat bantu bernafas menanggal di hidungnya.
Apa aku harus membuja hatiku?
Taks!
Betapa terkejutnya ketika Adrian menahan tangan Lenya yang akan memegang rambut Adrian. Mata Adrian perlahan terbuka. Sorot mata lelah, membuat Lenya ingin sekali...

KAMU SEDANG MEMBACA
2. Dear Mantan: Cinta Butuh Kepastian [END]
General FictionSeri 2 dari Dear Mantan. Rilis: 15 januari 2016 - 2 juli 2016 *** Setelah beberapa tahun tidak ketemu dan sempat lost contac akhirnya Lenya dan Adrian bertemu kembali. Tapi kenapa anak kecil perempuan itu memanggil Adrian 'papa'? *** Baca cerita cin...