Matahari senin pagi terbit seperti menghantuiku. Membuatku terbangun dari mimpi indahku. Membuka mata, kulirik jam dinding merah yang ada di kamarku dengan malas, 07.05 Karena sekolah masuk jam 07.30, tidak ada salahnya kan kalau aku melanjutkan mimpi indahku? Hanya 5 menit.
Ketika aku hendak tidur lagi, suara ketukan pintu menggangguku. Awalnya aku mengabaikan ketukan itu, tapi makin lama, ketukannya makin cepat dan berisik.
"Ada apa sih, Peter?" Tanyaku dengan mata setengah terbuka.
"Peter? Sheera bangun! Aku Kelsey. Kamu belum mandi?! Lihat sekarang jam berapa." Dia bukan Peter kakaku. Dia Kelsey McAndrew, sahabatku.
"Oh, Kelsey ya. Iya-iya aku mandi sekarang."
Segera aku mengambil handuk dan pergi mandi.
"1 menit, Sheer!" Seru Kelsey di luar kamar mandi.
"Banyak menit!" Protesku.
***
Akhirnya kami sampai di sekolah beberapa menit sebelum bel masuk sekolah. Punya sihir apa kami? Padahal jalanan pagi ini macet.
Kelas XII IPS 2 berada di lantai 2. Lebih aman, tenang, dan tentram. Kelas-kelas sosial selalu dipenuhi jiwa seni, pandai bersosialisasi, dan hidup dipenuhi dengan kekonyolan. Kami menyambar bangku kami dan menghempaskan diri. Aku merasa perutkku keroncongan karena tadi di rumah aku tidak sempat sarapan.
"Mau kemana, Sheer?" Tanya Kelsey.
"Kantin, aku lapar." Jawabku lalu pergi meninggalkannya. Seharusnya bel sekolah sudah berbunyi, tapi aku belum mendengarnya, jadi lebih baik aku pergi ke kantin saja untuk mengisi perutku yang kosong ini sembari menunggu bel masuk.
"Tunggu! Aku ikut!" Seru Kelsey.
Baru saja kami tiba di kantin dan ingin memesan makanan, suara bel sekolah berbunyi menandakan pelajaran akan segera dimulai. Mau tidak mau aku harus menahan perutku yang sedari tadi cacing-cacing didalamnya melakukan demonstrasi.
Karena hari senin ini berada di akhir bulan, sekolah tidak mengadakan upacara bendera, melainkan pembinaan wali kelas.
Kami kembali pada bangku kami, bangku yang letaknya di ujung dekat jendela, pemandangan sekolah dari sini terlihat sangat jelas dan indah, maka dari itu kami memilih untuk duduk di sini. Terlihat para siswa sibuk berlarian dari gerbang menuju kelasnya masing-masing. Karena macet, semua orang jadi terlambat.
Eh, tunggu, Harry? Tidak seperti biasanya dia terlambat.
Harry Styles. Ya, dialah kapten kesebelasan disekolahku dan dia juga salah satu teman sekelasku.
Menurutku, Harry itu orangnya dingin, tidak romantis, dan menyebalkan. Banyak sekali siswi di sekolahku yang menyukainya hanya karena dia tampan. Dan aku, entah kenapa sudah 2 tahun ini menaruh hati padanya, bukan karena ketampanannya.
Aku tahu Harry itu tipe orang yang susah jatuh cinta, tentunya juga susah sekali untuk mengetahui apakah Harry memiliki perasaan yang sama denganku atau tidak, meskipun aku pernah mencoba satu kali 'mengkodenya' dengan sebuah lagu, tapi hasilnya? Tidak diketahui.
Sayangnya aku memiliki gengsi yang tinggi, menatap matanyapun aku tidak mampu, jadi aku hanya bisa memendam perasaan ini saja.
"Sudah melamunnya, Sheera?" Tanya bu Roza, guru bahasa Indonesiaku yang menjadi wali kelasku.
Ya ampun, apakah daritadi aku melamun sehingga tidak menyadari kedatangan bu Roza?
"Eh, ibu, aku.. em aku tid-" Ucapanku terpotong oleh Niall, sahabatnya Harry.
KAMU SEDANG MEMBACA
Feeling [h.s] (ONE SHOT)
Fanfiction"If you're not in love with me, please stop making me think you are."