Count mengikutiku sampai ke kamar. Yah, kamarku memang bukan ruangan asing lagi bagi keempat Young Leader. Lihat saja, bahkan sekarang Kevin dan Elvi sedang duduk berhadapan membaca beberapa berkas. Aku menyipitkan mata memerhatikan Kevin yang sedang serius membaca berkas di tabletnya yang justru terlihat ganjil karena Kevin biasanya tidak seserius itu, lebih banyak konyol.
Berbeda dengan Count yang berwajah bangsawan kelas atas dengan gurat wajah tegas tetapi luwes, Kevin berwajah seperti bocah yang suka mengacau. Cocok sekali dengan tingkah lakunya yang suka jumpalitan. Keduanya memiliki wajah yang tampan dan bersih. Count memiliki mata abu-abu gelap yang dalam dan serius sedangkan manik mata milik Kevin berwarna coklat penuh keceriaan.
"Catherine, bisakah kau berhenti membuatku panik?" Bella menghambur kearahku dengan wajahnya yang penuh keringat. Lihat saja, dia bahkan tidak memanggilku Lady Catherine atau My Lady.
"Aku hanya keluar sebentar, Bell," ujarku sambil melepas jubah panjangku dan memberikannya pada Bella, menyisakan gaun tidur putih satin selutut tanpa lengan.
"Tetap saja kau bisa memberitahuku dulu, kan, Lady Cahtherine," ujarnya marah.
"Iya, Kate. Paling tidak biarkan Bella membatumu membereskan wajah bantalmu itu dulu sebelum kau keluyuran dan menakut-nakuti seisi kerajaan," Kevin menimpali, aku buru-buru menimpuknya dengan buku di atas meja. Kevin menghindar ke arah Count yang sudah bergabung dengannya. Elvi masih sibuk dengan tabletnya dan hanya menggeleng-gelengkan kepala.
"Jadi," aku duduk di samping Elvi, berhadapan dengan Count, "Ada apa kalian pagi-pagi sudah mengunjungi kamarku?" Bella menuangkan teh di cangkir yang baru saja diletakkan di atas meja.
"Aku rasa sebaiknya kau mandi dulu sebelum berdiskusi, Kate. Kau mengerikan sekali," Kevin mulai mengolokku lagi. Aku menendang meja kecil dihadapannya hingga mengenai lututnya, dia meringis.
"Bertengkarlah lain waktu Kate, kau harus melihat ini," Count meletakkan tabletnya di atas meja lalu menampilkannya ke udara, deretan tulisan mulai tersusun dalam bentuk holo di atas tablet Count. Aku mulai membaca dengan seksama.
"Ini adalah laporan sementara, bahwa beberapa hari ini Ratu Esmeralda tidak melakukan kontak dengan penderita poiseae, dan juga tidak mengunjungi rumah medis," dia menggeser layar di tabletnya. Grafik di udara pun berpindah.
"Perawat pribadinya pun menyebutkan bahwa Ratu Esme tidak menunjukkan gejala bahwa beliau sakit. Justru akhir-akhir ini kondisinya sangat sehat," aneh, pikirku.
"Bagaimana jika ini ada kaitannya dengan keputusan sidang besar kemarin? Ratu Esme dan para Raja dan Ratu memberikan gagasan untuk mengeluarkan korban yang terkena penyakit ke Eowind. Ada kemungkinan bahwa orang yang tidak suka dengan gagasan tersebut campur tangan dalam insiden ini," Kevin menambahkan analisanya dengan sangat serius. Aku akui, Kevin memang cerdas dan logis. Hanya saja dia kurang bisa serius dan lebih banyak bercanda.
Aku menyandarkan tubuhku. Semuanya terjadi begitu cepat. Sidang besar yang menuai pro dan konta sekaligus ibuku yang tiba-tiba jatuh sakit dan dicurigai terjangkit poisease terjadi di hari yang sama. Aku mengerjap pelan dan menegakkan tubuhku kembali.
"Bagaimana dengan kaum muda? Apakah mereka melakukan tindakan yang menghkhawatirkan?" tanyaku. Mereka serempak menggeleng.
"Sejauh ini tidak," jawab Count. Aku menghela napas lega.
"Setidaknya mereka tidak menambah beban kita. Kalian bisa pergi sekarang, aku akan bersiap-siap dan kita bertemu lagi di ruang Young Lady pukul sebelas," lalu tanpa aba-aba mereka serempak bangkit dan keluar dari kamarku.
"Aku sudah menyiapkan air untuk mandi, My Lady," ucap Bella. Aku mengangguk sekilas lalu melangkah ke dalam kamar mandi dengan handuk yang diulurkan Bella.
Aku berendam dan membiarkan aroma pomegranate memanjakanku. Air hangat yang disiapkan Bella seperti mengalir dalam setiap pembuluh darahku dan membangunkan syaraf-syarafnya. Lalu aku memutuskan untuk tidak berlama-lama dalam melakukan ritual mandiku karena ada banyak hal yang harus aku lakukan sekarang.
Aku mematut kembali diriku di depan cermin, membiarkan Bella memasangkan sebuah pita erwarna emas di pundak kiriku. Gaun yang aku kenakan hari ini berwarna hitam dengan bawahan berbahan sifon dan bagian atasnya yang berlengan tiga perempat dimodifikasi sedikit dengan brukrat emas. Sepasang flat shoes hitam telah terpasang sempurna di kakiku. Aku melirik jam emas di pergelangan tangan kiriku, pukul sembilan. Aku harus ke suatu tempat dulu sebelum melakukan pertemuan dengan para Young Leaders. Lalu aku pergi melangkah keluar dan melewatkan sarapan pagiku.
"Selamat datang, Lady Chaterine," sapa Collins ketika aku tiba di laboratorium. Eema, ketua cluster makanan, dan Wenda, serta Goldi, ketua cluster pelayan yang tadinya duduk langsung berdiri dan memnyambutku dengan hormat.
"Maaf karena aku harus mengganggu aktivitas kalian, tapi aku butuh bantuan kalian sekarang," kataku sambil duduk di kursi paling ujung. Mereka ikut duduk.
"Karena kondisi ibuku yang tiba-tiba sakit, aku harus menyelidiki dan memastikan penyebab kejadian yang menimpa ibuku," mereka mendengarkan dengan seksama.
"Eema, aku mau kau memastikan tidak ada racun yang sengaja dimasukkan ke makanan ibuku," aku mengambil napas sejenak. "Goldi, aku mau kau menyelidiki seluruh orang yang mencurigakan yang mungkin ada hubungannya dengan ini dan melaporkannya padaku, termasuk orang-orang yang melakukan hubungan kontak dengan ibuku
"Dan Wenda, aku sangat mengandalkanmu. Tolong lakukan yang terbaik untuk pemulihan ibuku, laporkan segala perkembangannya padaku,dan selidikilah apakan ada orang terinfeksi yang berhubungan dengan ibuku," aku mengakhiri komandoku. Mereka semua mengangguk.
"Kami akan melakukan yang terbaik yang bisa kami lakukan untuk anda dan Ratu Esme, Lady Catherine," jawab Eema sambil membetulkan gaun birunya.
Aku mengangguk lalu berdiri, "Baiklah kalau begitu, terimakasih. Masih ada banyak yang harus aku lakukan," aku bergegas pergi dari ruang kerja Collins, tetapi tidak meninggalkan kawasan Ilmuwan. Aku menuju ke ruang kerja Prof. Ludwig, ruangan yang sudah lama tak tersentuh.
Begitu aku sampai di depan ruang kerja Prof. Ludwig aku menunjukkan kartu identitasku di depan sensor sampai terdengar bunyi 'bib' dua kali dan pintu pun terbuka.
"Selamat datang Lady Catherine, Prof. Ludwig sedang tidak ada di ruangan. Silahkan menunggu di dalam," terdengar suara dari mesin pintu otomatis.
"Tunggulah di luar," kataku pada Bella. Dia menurut.
Ruangan Prof. Ludwig tidak berubah sedikitpun, hanya ada beberapa debu yang tidak terjangkau pembersih otomatis. Ruangan ini memang tidak tersentuh karena hanya Prof. Ludwig, aku, dan ayahku yang memiliki akses masuk. Saat aku masuk mesin pendingin ruangan langsung hidup secara otomatis. Aku duduk setelah mengambil sebuah buku lalu membacanya.
Tiba-tiba saja aku ingin tahu alasan menghilangnya Prof. Ludwig dua tahun yang lalu. Aku berharap aku bisa menemukan beberapa petunjuk di ruangan ini. Sebelumnya aku tidak pernah memiliki niatan untuk masuk ruangan ini, aku tidak punya alasan. Namun, dengan kondisi ibuku yang tiba-tiba sakit seperti membangunkan beberapa syaraf penasaranku.
Sayangnya, sampai Bella mengirimiku pengingat bahwa aku harus segera menuju ruangan Young Leaders, aku tidak menemukan apapun.
Aku bekerja seperti biasa, membicarakan masalah generasi muda, mendiskusikan masalah di masing-masing cluster dengan para pemimpin cluster, memastikan tidak ada konflik yang berarti. Setelah rapat selesai, aku kembali ke ruangan Prof. Ludwig untuk mencari informasi. Menenggelamkan diriku, melewatkan makan siang dan makan malam, sekaligus mengurangi waktu tidur. Dua hari aku berkerja dan melakukan penyelidikan untuk ibuku. Seluruh pemimpin cluster melaporkan penyelidikan mereka, tetapi tidak ada yang terlalu berarti. Dua hari pula aku membiarkan makananku mendingin di meja hingga diganti baru tetapi tetap tak kusentuh.
Maka, pada hari ketiga aku tidak bisa bangun dari ranjang. Terlalu lemah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Antidote (Penawar Racun)
Science FictionSetelah tujuh tahun hidup dalam kedamaian. Tiba-tiba sesuatu terjadi menimpa keluargamu. Kau terpaksa keluar dari tempat yang aman menuju dunia luar yang tak pernah kau bayangkan sebelumnya. Saat itulah petualangan dimulai. Namun, dalam petualangan...