Bagian 2

2.3K 76 15
                                    


Pagi ini sungguh menyebalkan.Aku putuskan untuk pergi ke Toko buku untuk membeli Novel.Aku memakai baju rajut pink tangan panjang dengan jeans dan sepatu but dan seperti biasa aku takkan bisa keluar tanpa kupluk dan kacamata.
Sesampainya di toko buku langgananku,aku langsung memlih-milih novel yang akan aku baca.Udara dingin itu kembali terasa,apa mungkin ini hanya dingin AC?tapi kenapa AC nya begitu dingin ya ?.Saat aku menemukan novel berjudul The Golden Lake. Tapi saat aku akan mengambilnya, ada yang mengambilnya.Lalu aku tarik kembali novel itu dan saat aku lihat orangnya,Mischa?

"Hay,Sha!Ketemu lagi."Sapa Mischa.
"Ohh Hay.Kamu lagi beli novel juga yah?"
"Iya nihh, udah nemu,cuman keduluan sama orang lain."
"Kamu juga suka Novel ini? Kalo gitu nihh ambil aja, aku cari yang lain aja."
"Eh gak usah.Lagi pula aku juga udah punya yang seri pertamanya."
"Oh, emang ini novel seri yah? Gimana rame gak ceritanya?"
"Rame.Cocok banget kayaknya buat kamu yang penyendiri dan suka mengkhayal.Novel ini sangat imaginatif.Jadi kamu bisa langsung mengvisualisasikan ceritanya saat kamu membacanya."
"Kalo boleh tau judul seri pertamanya apa?"
"Red Rose."
"Mm,kalo gitu gak papa kan kalo aku yang ambil ini, kita bisa saling pinjem kalo mau baca,gimana?"
"Ya udah.Nih."
Aku pergi ke kasir lalu pulang bersama Mischa.
"Makasih ya kamu mau ngalah."
"Iya.Sama-sama.Apa kamu udah biasa bersembunyi dibalik kupluk dan ponimu itu ? padahal kamu gadis yang cantik."Tanya Mischa yang spontan membuatku terpaku.
Baru kali ini ada orang yang mengatakan itu padaku.
"Masha ?"
"Eh iya ?"
"Kamu gak jawab pertanyaanku."
"Aku lebih nyaman kayak gini."
"Kamu yang kemarin tinju kan ?"
"iya.Kenapa ?"
"Kamu gak terluka?"
"Enggak.Udah biasa kali."
"Gak sakit?"
"Hehe.Ya namanya pukul-pukulan sakit lahh."
"Kalo sakit, terus kamu ngapain mau-maunya jadi atlit tinju kayak gitu?"
Mischa terdiam dan menggenggam tanganku.Jantungku tiba-tiba berdegub dengan kencang dan rasanya begitu sesak.Udara dingin itu datang lagi,pandanganku kabur, yang dapat kulihat hanya wajah Mischa yang menatapku dengan tatapan kosong.Kenapa suasananya menjadi seperti ini.
"Masya?"Tanya Mischa.
Aku masih tak bisa berkata-kata dan tetap melihat kedua bola matanya.Hawa dingin ini serasa membekukan bibirku untuk berkata.Mischa meletakkan telapak tangannya dikeningku dengan rekahan senyuman yang indah.
"Kamu mau seharian disini ?"Tanyanya sambil tersenyum.
"Hah?"Tanyaku balik.
"Busnya sudah datang.Masa kamu mau ikut aku pulang,jalur kita kan beda."
"Oh.Iya.Aku pulang.Terimakasih sudah mengantar "Jawabku bingung.

Aku masuk kedalam bis dan duduk dikursi paling belakang.Aku ambil handphonku dan memasangkan earphone lalu mendengarkan lagu Taylor Swift – Back To December.Lalu aku menoleh kebelakang dan melihat Mischa yang masih berdiri dan menatapku dengan senyuman indahnya.Dia melambaykan tangan,Aku balas senyumannya dan lambayannya.

Sepanjang jalan aku hanya membayangkan kejadian tadi.Kenapa Wajah Mischa mampu membuatku seperti ini? Aku begitu terpaku dengan senyumannya, terdiam karena tatapannya,dan bergetar karena genggaman tangannya.Sesampainya dirumah,Aku membuka tasku dan mengeluarkan novel yang baru saja aku beli.Aku mulai membacanya, tapi bayangan Mischa masih membuat fikiranku kabur.Aku simpan novel itu,lalu kubaringkan tubuhku dan mulai memejamkan mataku,mungkin dengan cara ini aku bisa melupakan Mischa.

Keesokan Harinya

Kulihat jam yang menunjukkan pukul 08.00 pagi.Tapi kenapa udaranya begitu dingin seperti dikutub.Aku berjalan membuka tirai jendela kamarku.Cerah,tapi kenapa udaranya begitu dingin?Aku melihat ke sekeliling dan aku merasa melihat..

"Mischa ?"Tanyaku terkejut.
Dia hanya tersenyum dan melambaykan tangannya padaku.
"Kenapa dia tau aku tinggal disini? Mau apa dia ?"
Aku ambil jaket dan kuplukku dan keluar memastikan bahwa yang kulihat tadi hanyalah khayalan.Saat aku buka pintu rumahku, Mischa memang ada disini.Dengan rasa takut bercampur heran aku hampiri Mischa.
Ku akui dia terlihat keren dengan jaket abu berkupluknya dan celana basket juga sepatu sportnya.Dia tersenyum dan aku membalasnya.
"Kenapa kau tau..?"Tanyaku.
"Rumahmu ?"Potongnya."Ini kemarin aku temukan di jalan,mungkin kamu gak sengaja menjatuhkannya." Tambahnya.
Kartu namaku?Oh ya ampun,mungkin itu terjatuh saat aku memasukkan novel kedalam tasku.
"Ya.Aku tidak sengaja menjatuhkannya.Terimakasih."
"Iya.Karena aku udah cape-cape ngembaliin ini sama kamu,jadi kamu punya hutang sama aku."
"Hutang?" tanyaku bingung.
"Iya hutang."
"Apa?"
"Kamu harus nemenin aku lari untuk persiapan pertandinganku dua minggu lagi."
"Tapi udara hari ini dingin sekali!"
Tanpa menjawab pertanyaanku, Mischa menarik tanganku dan mulai berlari menyusuri jalan bersamaku.Hembusan angin membuat daun-daun kering pohon yang berjajar sepanjang jalan menaburi kita berdua.Aku hanya menatap Mischa dari belakang.Kenapa pria ini? Kenapa saat bersama pria ini aku bisa lupa rasa sakit hatiku,patah hatiku,kecewaku ? Aku baru mengenalnya seperti halnya dia yang baru mengenalku.Tapi kenapa satu titik sifatnya membuatku nyaman?.
Udara yang sangat dingin membuat tulang-tulang kakiku serasa ditusuk.Aku berhenti,Mischa pun menoleh kebelakang dan ikut berhenti.
"Aku cape! Aku mau berhenti berlari ! aku mau pulangg" cerutuku kesal.
Mischa hanya menatapku dengan muka yang merasa bersalah.Kemudian dia membungkuk didepanku.
"Apa yang kau lakukan?"Tanyaku.
"Naik."
Aku tetap diam sambil memegang kedua lututku.
"Naik."Tambahnya.

Dengan terpaksa aku naik dipunggungnya.Mischa mulai berdiri dan secara perlahan dia mulai berlari.Aku bingung,apa yang dia lakukan dengan menggendongku.

"Aku tau kamu sedang patah hati."Ujarnya sambil tetap berlari.
"Heuh?"Tanyaku.
"Kau sedang patah hati."jelasnya.
"Kau itu orang yang serba tau apa so tau?"tanyaku.
"Aku tau dari sikapmu."
"Kenapa kau harus tau tentangku.Kuberi tau pun kau takkan peduli."
"Kau salah."
"Maksudmu?"
"Kau tak percaya padaku?"
Aku terdiam tak menjawabnya.
"kenapa harus membuang waktu 4 tahun untuk pria seperti itu?"Tanyanya.
"Diamlah."jawabku ketus.
"Apa harus dipertahankan selama 4 tahun untuk akhir perselingkuhan?"
"Kumohon,diamlah"Jawabku dengan mata yang mulai berkaca-kaca.
"Dan terakhir dia menelponmu bahwa dia takkan selingkuh darimu lagi,dan kata itu membuat hatimu sakit,kan?"
"Turunkan aku!"Aku tak bisa menahan air mataku lagi dan menangis dipunggung Mischa.
"Aku begitu tau tentangmu."jawabnya santai sambil tetap berlari.
Aku hanya menundukkan kepalaku persandar dipunggungnya dan menangis sejadi-jadinya.
"Kau hanya perlu terbuka pada orang yang memperhatikanmu,kau takkan menjadi seperti ini.Bersembunyi dibalik poni dan kuplukmu yang selalu kau pakai.Berhentilah menyembunyikan perasaan sakitmu sendiri ! Aku akan mendengarkannya jika kau mau membaginya denganku."
Aku tetap menangis dipunggungnya.Setelah mendengarkan perkataan Mischa,ada satu hal yang membuatku menjadi merasa lebih tenang dan nyaman dan kenyamanan ini membuatku dapat melupakan rasa sakitku.
Aku rangkul Mischa dan membuatku makin nyaman.Aku perjamkan mataku dan menikmati alunan langkah-langkah mischa dangan hawa dingin yang menusuk,namun aku menyukainya.
"Kau hanya perlu membagi perasaanmu saja,Masya."Ujarnya.
"Terimakasih."
"Untuk ?"
"Terimakasih karena sudah datang dalam kehidupanku.Kenapa setiap kau ada bersamaku,rasanya udara ini membeku dan membuat tubuhku terasa ngilu dan susah bernafas."
"Kau tak menyukainya ?"Tanyanya sambil tetap berlari.
"Ini tambah aneh.Karena aku menyukai suasana ini."Jawabku sambil menyunggingkan senyuman.
"bukankah kau kedinginan?"
"Tapi,saat kau berada disisiku,kau seperti penghangat ruangan dan membuatku nyaman dengan semua ini."
"Aku juga "

Langkahnya melambat dan berhenti.Aku begitu nyaman berada dipangkuannya sampai aku tak menyadari bahwa aku sudah ada dihalaman rumahku.Aku turun dan memberinya senyuman.

"Terima kasih atas semuanya."
"Seharusnya aku yang berterima kasih padamu."
"hah?"
"Ya aku berterima kasih karena kamu mau nemenin aku lari."
"Pasti kamu cape ya gendong aku sambil berlari ?"
"Cape banget."
"Kalo cape kenapa gak diturunin aja?"tanyaku malu.
"lihat raut wajahmu ?! hehe.Gak papa,walaupun cape tapi aku menikmatinya."Jawabnya sambil membalas senyumanku."Aku pulang ya?"tambahnya.
"Gak akan masuk dulu?"
"Gak.Bye!"

Aku hanya tersenyum melihatnya berlari dan pergi.Rasanya aku akan menyukai udara dingin mulai saat ini.Aku masuk kerumah.Ibu yang sedang duduk disofa sambil memindah-mindahkan acara tv melihatku an bertanya padaku.

"Abis darimana Sha?"
"Abis nganterin Mischa lari,bu."
"ohh.Kenapa akhir-akhir ini Ibu sering denger nama Mischa ya?" Sindir ibu.
"Apaan sih Bu ! Masya mau kekamar dulu."
Aku tutup pintu kamar dan kurebahkan badanku ke ranjang dan kembali membayangkan kejadian tadi.Aku hanya dapat tersenyum dan sesekali kupeluk bantal.Sebenarnya dia siapa? Apa malaikat yang dikirimkan Tuhan untukku atau hanya angin lalu saja?

Bersambung

The FrozenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang