Bab 5. Merusak moment

76 23 6
                                    


"Ih, apaan sih Rai?! Kenapa lo meluk-meluk gue? Wah... Lo emang kebanyakan modus, hih...." ucap Zea saat tersadar bahwa dirinya berada dalam dekapan Raikan, sosok pria yang menyebalkan menurut Zea.

"Lo nyaman-nyaman aja tadi, kok."

"Ihh... Mimpi apa gue di peluk cowok kayak elu!? Kenapa ngga Justin Bieber, Shawn Mendes atau siapa tuh, Zayn-Zayn itu si idolanya Anin yang kece , kenapa malah bocah nyebelin macem elo?!" cerocos Zea.

"Ze, gue mau kasih tau elo." ucap Raikan santai hingga membuat Zea penasaran.

"Apa-apaan? Ngomong apa, buruan!" ketus Zea.

"Tapi jangan ge-er, gue bukan nembak lo, cewek rewel."

"Anjir! Gue juga ogah lo nembak gue, cepet ngomong buruan!"

"Rewel, sebenernya sih gue mau ngomong suatu fakta."

"Fakta apa Raikan Maheeswara Kenandra?" ujar Zea gregetan karna Raikan tak kunjung memberitahu apa yang ingin ia sampaikan.

"Hm. Bagus lo apal nama lengkap gue, tapi bener deh, lo serius mau tau?"

"Yaampun!? Cepet kasitau gue, Raikan!" geram Zea.

"Gue harap lo ngga nelen atau ngapa-ngapain gue setelah tau."

"Tarik kata ngapa-ngapain itu, Rai. Terasa ambigu di telinga gue" ucap Zea.

"Gue tarik."

"Sekarang cepet ngomong!"

"Sebener--" ucapan Raikan terpotong karna tiba-tiba ada seorang guru yang menjewer telinga Zea dan Raikan bersamaan.

"Sebenernya apa nak Raikan? Sebenernya kamu suka sama nak Zea? Hm, ibu rasa kalimat itu pasaran. Jadi kalo mau nembak Zea, kata-katanya ya mbok di bedain sama yang lain, biar berbeda." ucap Bu Risma dengan logat jawanya yang kental.

Padahal kan, gue cuma pingin memberi tahu Zea, bahwa dia mengeluarkan kuah saat berbicara tadi. batin Raikan menggerutu.

"Adu'duh bu... Bukan itu, masa iya saya suka, sama Zea yang rewel begini. Ngga lah, bu." ucap Raikan.

"Heh, lo pikir gue mau suka sama elo?! Dasar tuan pencatat amalan buruk!" ketus Zea.

"Ya sudah-sudah. Jadi kenapa nak Raikan bisa berduaan sama nak Zea ditaman? Kalian bilang ndak mau saling suka, kok ya sampe berduaan? Kalian ndak melakukan hal yang diluar batas, kan?" tanya Bu Risma.

"Ga pa-pa kok bu Ris. Zea tadi lagi nyari hp Zea yang ketinggalan disana, tapi kok ya ngga ketemu-temu. Eh ketemu Raikan, saya jadi minta tolong dia bantu saya cari hp." ucap Zea berbohong.

"Lah iya, alasan nak Zea ibu pahami kalo gitu. Nak Rai, kenapa bisa ada disana saat jam pelajaran baru di mulai?" tanya Bu Risma lagi.

Zea menyenggol lengan Raikan dan memelototinya, berharap Raikan mengerti dengan kodenya.

"Em.. Anu bu, saya tadi nyari Pak Beno mau ngumpulin catatan kasus minggu ini, eh tapi malah sial ketemu sama cewek rewel ini bu, minta bantuan saya lagi." ucap Raikan.

"Oke-oke, ibu pahami nak Rai kali ini. Ibu percaya kok, nak Rai anak yang baik dan penurut, mana mungkin membuat kasus bersama nak Zea yang terkenal dengan kebandelannya ini. Sekarang kalian boleh kembali ke kelas." ucap Bu Risma lalu berjalan melangkah meninggalkan Raikan berdua dengan Zea.

Keduanya menghembuskan napas lega, lalu Zea memutuskan untuk berjalan ke kelas terlebih dahulu meninggalkan Raikan yang masih mematung di tempat.

"Sial! Setan apa barusan sampe gue meluk Zea? Lagipula, itu anak merusak moment banget. Lagi enak pelukan malah ngomelin gue, emang dasar nona rewel!" gumam batin Raikan.

****

1) Hihiw, bab ini bagian gue yapsip. Segala krisan dan pendapat akan aku terima, vote kalian jangan lupa, ya, wkw.

2) Aku cuma beritahu kalian, cerita ini, kan, sempat aku unpublish. Jadi, kalau banyak perbedaan dalam isi cerita, mohon maklum, ya.

3) Terimakasih karna masih setia membaca cerita ini^^ selamat membaca^^

Love Is BlindTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang