they

150 17 2
                                    

of over or not

.

.

spain/belgium; au
hetalia (c) hidekazu himaruya, author gained no profits in the making.

.

.

Kali pertama Emma diperkenalkan pada lelaki itu, yang katanya akan jadi partner kerjanya untuk beberapa bulan ke depan, dia tidak punya pikiran apa-apa. Selain satu poin: apa yang harus kukerjakan bersama orang ini?

.

Antonio bukan orang yang hanya akan dia temui di satu juta kesempatan sekali. Dia ada di bawah tiang lampu jalanan. Dia ada di samping parlor es krim. Dia ada di jembatan paling sepi. Dia ada di gedung paling tinggi. Dia ada di balik koran-koran dan di depan seorang penyemir sepatu. Dia ada di balik tembok-tembok rumah rapat ala Mediterania yang ternyata juga bisa ditemukan di sekitar Iberia. Dia ada di mana-mana, ditemukan bisa di mana saja, biasa. Sifat mudah lupanya, Emma hanya maklum, pun serupa. Dia bisa ditemukan di berbagai kepala orang lain.

Namun hal terbaik yang ditemukan Emma pada Antonio, adalah hal tanpa nama. Inkorporeal, tetapi bukan sureal—karena dia real. Tidak ditemukan tak berarti tak nyata. Emma suka menjabat tangannya dan menatap mata optimisnya. Emma senang mendengar cara bicaranya meski dia kadang terkekeh sendiri di tengah-tengah kalimat dan berbicara soal hal santai meski sedang di tengah rapat (jika berdua bisa disebut 'rapat').

Sudahlah, kerja sama ini akan mengisi bab di buku putih riwayat pekerjaannya.

.

"Aku sudah melakukan survey." Emma pun menarik kursi di hadapan Antonio. Begitu mudah, satu minggu berkenalan, ruangan ini seolah kamar kerjanya pula dan sekian bungkus kopi krim instan milik Antonio adalah miliknya juga.

"Apa yang kautemukan?" Antonio berkata setelah pamitan mendadak pada seseorang di telepon.

"Masih cukup banyak yang trauma ... tentang nine-eleven."

"Mmm." Antonio membiarkan dirinya berputar-putar di kursinya. Sebuah ornamen kumpulan persegi bersudut melingkar berwarna putih yang dipajang di sudut kamarnya, membuatnya termangu sebentar, terpaku lalu membayangkan sekitar gedungnya di dalam otaknya. Tak pernah kurang dari dua menit ia mencari ide di dalam labirin dinding itu. Sumber inspirasi utama.

"Saranku, 'Tonio, mari kita bicarakan ini dengan duniaku dan duniamu."

"Baiklah, Nona Psikolog," dengan senang hati Antonio melekatkan sikunya pada meja dan menopangkan dagu hanya agar Emma-lah yang ia pandangi puas-puas. "Apa yang bisa kausimpulkan dari semua itu?"

"Begini, Tuan Arsitek," tersayang—tetapi Emma mencoba melupakan semua kehendak—lantas dia menutupi semuanya dengan tersenyum. "Aku memikirkan sebuah masalah baru. Karena, menurut sebuah kebiasaan natural, hilangnya satu masalah adalah mendatangkan masalah lain. Kita memberi solusi, satu pintu tertutup, tetapi solusi adalah hal yang dibuat manusia—sehingga selalu ada celah untuk masalah."

"Em, kadang-kadang aku terlalu pusing hanya dengan mendengarkan prologmu," Antonio lantas terkekeh. Ia berdiri dan meraih kumpulan kopi instan di dalam gelas plastik. "Kopi, Em?"

"Krim enam, kopi empat, oke? Jadi bisakah aku melanjutkan saat kau sedang membuat kopi?" Namun mendadak Emma berdiri, "Aku saja, aku saja! Selalu kau yang membuat kopi—aku ingin melakukannya untukmu!"

"Em—"

Emma menjauhkan tangan Antonio dari kedua cangkir. Antonio dengan mudahnya menyerah sambil tersenyum, tetapi Emma membalasnya dengan cubitan ringan pada lengan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 28, 2016 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

of over or notTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang